TV digital. 3

 



DVB. Pada sistem ini, terdapat dua kanal antara penyedia layanan

dan pengguna. Yang pertama adalah kanal penyiaran yang

unidirectional untuk memancarkan program-program TV digital dari

penyedia layanan ke pengguna. Sedangkan kanal yang kedua

adalah kanal bidirectional untuk keperluan interaksi.

Kanal interaksi terdiri dari forward interaction channel (downstream)

yang didasarkan atas MPEG-2 transport stream dan

ditransmisikan melalui jaringan penyiaran terestrial DVB-T,

sedangkan return interaction (upstream) dikirim melalui transmisi

terestrial pada kanal-kanal yang tidak terutilisasi pada pita frekuensi

VHF/UHF.

Standar DVB-RCT menggunakan skema modulasi OFDM untuk

downstream (fully DVB-T compliant) dan upstream. Untuk

upstream terdapat beberapa carrier paralel dan time-slot yang

berbeda untuk mengirimkan data dan perintah kembali ke base

station. Penggunaan OFDMA (Orthogonal Frequency Division

Multiple Access) dan TDMA seperti ini menawarkan saluran

nirkabel dengan bandwidth yang lebar, dan cocok digunakan untuk

interaksi secara real-time. Untuk tiap carrier, frekuensi, rentang

daya dan pewaktuan dari modulasi disinkronisasikan oleh base

station.

Bebarapa kelebihan dari sistem DVB-RCT ini adalah sbb.:

- Penggunaan spektrum lebih efisien, dan biaya terminal yang

lebih rendah.

- Dapat melayani cell yang relatif lebih luas, dengan radius

dapat mencapai 65 km dan kapasitas bit-rate mencapai

 

Standard Return 

Channel 

Keterangan 

DVB-NIP - Network independent protocol 

untuk layanan interaktif 

DVB-RCC CATV Return channel DVB untuk 

sistem distribusi TV kabel 

DVB-RCCS SMATV Return channel DVB untuk 

sistem distribusi Satellite 

Master Antenna TV (SMATV) 

DVB-RCD DECT Return channel melalui jaringan 

Digital Enhanced Cordless 

Telecommunications (DECT) 

DVB-RCG GSM Return channel melalui jaringan 

Global System for Mobile 

Communications (GSM) 

DVB-RCL LMDS Return channel melalui Local 

Multipoint Distribution System 

(LMDS) 

DVB-RCP PSTN/ISDN Return channel melalui Public 

Switched Telecommunications 

Network (PSTN)/Integrated 

Services Digital Networks 

(ISDN) 

DVB-RCS Satelit Return channel melalui satelit 

DVB-RCT VHF dan UHF Return channel melalui jalur 

nirkabel terrestrial pada pita 

VHF dan UHF menggunakan 

Orthogonal Frequency Division 

Multiple Access (OFDMA) 

Tabel 6.1. Beberapa spesifikasi return channel untuk layanan interaktif

      pada standard DVB.

beberapa kilobits per detik. Maksimum kapasitas bit-rate

dapat mencapai beberapa megabits per detik, untuk cell yang

lebih kecil dengan maksimum radius mencapai 3,5 km.

- Dapat menangani peningkatan trafik yang tinggi, dan

dirancang untuk memroses sampai 20.000 respon singkat

tiap detik untuk layanan tele-polling.

- Dirancang untuk menggunakan kanal yang kosong atau tidak

terutilisasi pada band III, IV dan V tanpa menimbulkan

interferensi pada layanan lainnya pada band tersebut yang

sifatnya primer.

- Mendukung portabilitas karena digunakan di mana saja

selama sinyal dari penyiaran digital terestrial dapat diterima.

- Dapat digunakan di berbagai negara yang menggunakan

versi DVB yang berbeda, baik yang menggunakan kanal 6,

7, atau 8 MHz.

- Power yang diperlukan tidak lebih dari 0,5W rms untuk

transmisi dari set-top box ke base station.

6.3. Middleware pada Set-Top Box

Konsep-konsep untuk perangkat keras pada TV digital sudah

dijelaskan pada bab-bab terdahulu dan infrastruktur untuk layanan

interaktif telah didiskusikan pada sub-bab sebelumnya. Hal yang

masih kurang adalah pengembangan perangkat lunak set-top box

untuk aplikasi interaktif.

Gambaran umum layering untuk pengembangan perangkat lunak

set-top box adalah sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.5.

 

 

Gambar 6.4: Sistem Jaringan DVB beserta Terestrial Return channel

          (DVB-RCT). Sumber: [Rao, 2006]

Layer terbawah adalah set-top box yang melakukan proses

pengiriman dan penerimaan data digital, dengan berbagai

komponennya misalnya tuner, demodulator, demultiplexer,

decryptor, pemrosesan data MPEG, pembaca smart card, media

penyimpanan, dan sebagainya. Layer di atas hardware, mulai dari

device drivers sampai aplikasi mulai digolongkan pada layer

software. Device drivers memberikan modul library spesifik untuk

device hardware tertentu yang hendak diakses oleh aplikasi.

Selanjutnya, terdapat RTOS (Real-Time Operating System) yang

memberikan dukungan pada sistem level, misalnya dalam hal

pengalokasian sumber daya, untuk aplikasi yang sedang berjalan.

Untuk conditional access, dibuat layer tersendiri di mana

dimungkinkan middleware untuk dapat langsung mengakses

sumber daya pada layer hardware. Dalam penggunaannya, sering

terdapat kombinasi antar middleware dan sistem conditional

access tertentu. Satu layer penting yang akan dibahas dengan

lebih detil pada sub-bab ini adalah layer middleware sebagai layer

software yang menjembatani layer aplikasi dengan layer-layer

lainnya.

Dengan adanya middleware, pengembang aplikasi dapat

berkonsentrasi penuh pada konten dan tidak perlu repot-repot

dengan hal-hal yang sifatnya low seperti protokol komunikasi,

sistem operasi dan sumber daya perangkat keras lainnya. Hal ini

dimungkinkan karena middleware memberikan abstraksi atas

fungsi-fungsi di layer bawah dan sebagai gantinya menyediakan

fungsi-fungsi interface untuk mengaksesnya.

Selain itu, keberadaan middleware dengan profil-profil yang

diberikan membantu pengembangan aplikasi-aplikasi yang

kompleks, menjamin portabilitas saat aplikasi digunakan pada

hardware atau sistem operasi yang berbeda dan interoperabilitas

antara aplikasi yang satu dan yang lainnya.  Kondisi di mana

beberapa aplikasi berjalan secara bersamaan tanpa ada konflik

juga dibantu dengan keberadaan middleware, yang umum disebut

sebagai application manager.

Beberapa layanan yang diberikan oleh middleware diantaranya

akses ke MPEG decoder/demux, akses ke fitur-fitur grafik/video,

akses ke service information, manajemen memori, akses ke return

channel, lingkungan pengembangan software dalam bahasa C/

C++, Java, HTML, dsb, beserta profil untuk akses internet.

Middleware yang tersedia ada dua jenis, yaitu proprietary

middleware dan open middleware. Proprietary middleware biasanya

dirancang oleh suatu perusahaan yang telah memiliki segmen

pasar yang cukup besar, dan lisensinya kemudian dipakai oleh

pembuat set-top box. Proprietary middleware umum digunakan

pada jaringan TV berbayar.

Permasalahan dengan proprietary middleware di antaranya adalah

biaya lisensi yang tinggi yang menaikkan harga set-top box. Selain

itu, aplikasi yang dikembangkan terkunci pada vendor-vendor

tertentu dan harus dikembangkan lagi dari awal bila hendak

dipasarkan pada pengguna atau pasar yang berbeda. Beberapa

contoh dari proprietary middleware adalah PowerTV, Liberate,

Microsoft TV, MediaHighway, dan OpenTV Core yang merupakan

iTV middleware dari Microsoft.

Sedangkan open middleware distandarisasi oleh konsorsium

industri atau lembaga internasional yang sifatnya nirlaba, dan dapat

diimplementasikan oleh siapa saja tanpa lisensi atau dengan biaya

lisensi yang rendah. Open middleware umum digunakan untuk

aplikasi pada jaringan TV bebas (free-to-air). Tantangan dari open

middleware adalah bagaimana keterbukaannya dapat

memperbesar pasar.

 

Middleware

STB hardware

CA System

Device drivers

RTOS

Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi

Gambar 6.5: Gambaran layering untuk pengembangan aplikasi

Popularitas dari open middleware dapat membuat keseluruhan

industri mengubah model bisnisnya, karena pasar yang

sebelumnya bersifat vertikal, kini menjadi horisontal dengan

interoperabilitas antarproduk dari vendor-vendor baru. Set-top box

akan dijual secara retail, sehingga pengguna memiliki banyak pilihan

dan tidak lagi terikat dengan penyedia jaringan. Beberapa contoh

open middleware adalah MHEG, DAVIC (MHEG + Java), MHP,

OCAP, ACAP, dan JavaTV. OCAP adalah standar terbuka untuk

pasar TV kabel di Amerika Serikat, ACAP adalah standar

middleware untuk ATSC, dan MHP adalah standar middleware yang

awalnya dirancang untuk DVB dan telah memperoleh dukungan

luas dari industri dan juga menjadi acuan dari standar-standar yang

lain.

Untuk memperoleh dukungan yang lebih luas, DVB juga telah

merilis MHP dengan spesifikasi GEM (Globally Executable MHP),

dengan menghilangkan bagian-bagian yang spesifik DVB sehingga

dapat dikustomisasi untuk standar yang lain. Pengembangan

software sangatlah penting untuk menilai skala ekonomi dari

implementasi TV digital. Oleh karena itu, dalam mempelajari suatu

standar, perlu mempertimbangkan keseluruhan protocol stack dari

layer terbawah sampai ke layer aplikasi.

Akan menjadi suatu pertanyaan yang menarik apakah negara kita 

perlu juga mendefinisikan standar software set-top sendiri yang

disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Sebagai contoh, negara

Brasil melakukan penyesuaian standar baik di level hardware

maupun software dan menyebut middleware versi Brasil yang

didasarkan atas GEM dengan nama GINGA [Zuffo]. Dalam buku

ini, MHP dipilih untuk dijelaskan lebih lanjut karena sifatnya yang

terbuka, serta dapat dikembangkan dan diselaraskan dengan

standar DVB.

6.3.1. Multimedia Home Platform (MHP)

Dibandingkan dengan open middleware yang lain MHP terlihat lebih

menonjol dan diterima oleh berbagai kalangan. Ini dikarenakan MHP

yang lebih mendekat ke pasar, dan menyediakan platform yang

sifatnya umum untuk pengembangan aplikasi pada TV digital.

Karena sifatnya yang terbuka, spesifikasi standar ini disediakan

secara gratis dan pengembang bebas mengimplementasikannya.

Biaya yang muncul hanya untuk pengujian compliance supaya

aplikasi yang dibuat memenuhi spesifikasi MHP dengan benar.

Secara umum biaya pengujian compliance lebih murah

dibandingkan dengan lisensi untuk proprietary middleware.

Walau MHP dikembangkan dengan standar DVB, namun telah

dilakukan harmonisasi standar sehingga spesifikasinya lebih

bersifat global. Dengan menghilangkan spesifikasi-spesifikasi MHP

yang spesifik DVB (misalnya DVB service information API), forum

standarisasi DVB kemudian merilis spesifikasi Globally Executable

MHP (GEM). Spesifikasi ini juga diakui oleh ITU sebagai

Rekomendasi ITU-T J.202.

Spesifikasi GEM tidaklah berdiri sendiri, namun dapat digunakan

oleh organisasi standar lainnya sebagai basis standar mereka,

dan dimungkinkan penggantian elemen-elemen GEM dengan

teknologi yang lebih relevan dengan pasar mereka. Sebagai contoh,

ATSC, ARIB dan CableLabs telah menggunakan pendekatan ini

dan menggunakan GEM sebagai basis untuk standar ACAP, ARIB

B23 dan OCAP.

Keberadaan GEM menguntungkan pengembang aplikasi karena

aplikasi yang dibuat akan kompatibel pada platform GEM apa saja,

demikian juga dengan pengembang middleware karena dapat

menggunakan GEM sebagai core (inti) dari produk-produk mereka

dan kustomisasi sesuai dengan pasar yang ada. Jadi, MHP tidak

semata menjadi pengganti berbagai solusi proprietary yang telah

ada, namun digunakan untuk menyempurnakan dan menjamin

interoperabilitas antaraplikasi di masa depan.

Spesifikasi MHP menyediakan profil-profil berikut ini:

- Enhanced broadcast.

Profil ini ditujukan untuk memberikan nilai tambah pada

layanan penyiaran tradisional yang satu arah (broadcast).

Pada profil ini, data stream video dan audio dikombinasikan

dengan aplikasi yang dapat di-download sehingga interaksi

lokal dapat terwujud antara pengguna dan set-top box.

- Interactive broadcast

Profil ini menyediakan berbagai layanan interaktif dari penyedia

layanan interaktif yang dapat terpisah dengan penyedia

layanan penyiaran. Profil ini mensyaratkan keberadaan return

channel.

- Internet services

Profil ini ditujukan untuk penyediaan layanan internet.

Keberadaan profil ini memungkinkan MHP menggunakan

berbagai protokol komunikasi generik pada jaringan internet.

Klasifikasi profil-profil MHP dengan beberapa aplikasinya

ditunjukkan pada gambar 6.6. Pada gambar tersebut juga

ditunjukkan perkembangan standar MHP di mana dengan makin

lengkapnya profil layanan internet akan mencakup semua layanan

yang ada, dengan tentunya tetap mempertimbangkan sumber daya

yang spesifik untuk layanan TV.

Agar dapat melihat pengorganisasian MHP secara lebih efektif,

dan hubungannya dengan komponen-komponen software lainnya,

Gambar 6.6: Profil-profil pada standar MHP.

          Sumber: [MHP]

maka diperlukan suatu abstraksi pelapisan (layering) dari suatu

terminal berbasis MHP sebagaimana ditunjukkan pada gambar

6.7. Spesifikasi MHP memberikan suatu lingkungan eksekusi

(excution environment) untuk aplikasi yang tidak tergantung dengan

perangkat keras atau perangkat lunak dari vendor tertentu. Untuk

itu, digunakan lingkungan eksekusi JVM (Java Virtual Machine)

yang dikembangkan pada kerangka kerja CDC (Connected Device

Configuration) sebagai bagian dari JavaTM Mobile Edition (Java

ME). Teknologi yang didasarkan atas CDC ditujukan untuk

perangkat-perangkat embedded seperti komunikator cerdas, PDA

dan set-top box.

Setiap aplikasi memiliki persyaratan tersendiri yang disesuaikan

dengan kebutuhannya. Untuk itu, di atas JVM disediakan API

(Application Programming Interface) generik untuk MHP yang

menyediakan akses ke sistem dan sumber daya hardware, dan

menjamin interoperabilitas antaraplikasi MHP. Selain API generik

untuk MHP, tersedia juga berbagai add-on API untuk memudahkan

akses ke berbagai informasi lainnya. Pada gambar 6.7, ditunjukkan

beberapa add-on API seperti PBP (Personal Basis Profile), DVB-

Gambar 6.7: Arsitektur software pada terminal berbasis MHP.

SI (Service Information), HAVI-UI (Home Audio Video

Interoperability-User Interface), Xlet Management, JMF (Java

Media Framework), dan sebagainya.

Penggunaan PBP untuk lebih melengkapi fitur-fitur yang ditawarkan

oleh Java versi ringan untuk perangkat embedded. Beberapa fitur

tambahan dari PBP adalah dukungan yang lebih baik untuk peng-

input-an dan tampilan teks, dan dukungan pada penggunaan IPv6

yang sangat diperlukan apabila jumlah device yang terhubung

makin banyak.

DVB-SI dan HAVI-UI digunakan oleh aplikasi MHP untuk mengakses

layanan informasi dari transport stream, misalnya untuk EPG

(Electronic Program Guide) dan aplikasi berita atau ramalan cuaca

yang meliputi informasi video dan audio juga ada opsi pemilihan

data yang lebih spesifik. Pada SI terdapat metadata yang diperlukan

untuk melokasikan, menyesuaikan dan menampilkan layanan pada

terminal, dan data tersebut disebar di berbagai tabel seperti EIT

(Event Information Table), SDT (Service Description Table), dan

BAT (Bouquet Allocation Table). Sedangkan HAVI API diperlukan

untuk penampilan grafik dan teks pada layar.

Pada sistem TV digital juga disediakan mekanisme penyampaian

obyek secara mengalir (carousel-like fashion). Contoh

penggunaannya adalah saat suatu aplikasi interaktif harus

disinkronkan dengan sebuah acara TV, misalnya acara kuis. Untuk

ini, aplikasi harus bereaksi pada waktu yang tepat, dan disesuaikan

dengan jadual event yang disampaikan melalui DSM-CC.

Sebagaimana disampaikan di atas, sistem TV digital harus

mengendalikan baik video, audio, subtitle, dan data-data lainnya.

Salah satu media pengaturan ini adalah melalui JMF (Java Media

Framework). Beberapa fungsi spesifik untuk aplikasi TV telah

ditambahkan ke JMF, misalnya penyampaian subtitle, peletakan

dan skala, konversi format decoder, dan metode referensi konten.

Untuk dapat menggunakan fitur JMF, disediakan JMF API yang

diakses melalui MHP API.

Arsitektur layering pada gambar 6.7 menunjukkan fleksibilitas MHP

dengan berbagai API plug in yang dapat disertakan, walau tidak

semua API pada terminal MHP disertakan. Pada gambar tersebut

juga disertakan suatu layer untuk aplikasi-aplikasi yang sifatnya

generik seperti navigator yang spesifik vendor dan memiliki akses

langsung ke sistem dan sumber daya pada hardware. Karena

spesifik vendor, umumnya aplikasi-aplikasi generik ini tidak

berinteraksi langsung dengan aplikasi MHP, namun secara tidak

langsung dapat terjadi melalui sistem apabila mereka mengakses

layanan yang sama.

6.3.2 Aplikasi berbasis MHP

Keberadaan middleware MHP menjamin interoperabilitas

antaraplikasi dan membantu developer untuk fokus pada

pengembangan aplikasi. Aplikasi MHP sendiri dapat ditulis dengan

script HTML atau bahasa pemrograman Java. Kedua jenis aplikasi

ini umum dinamakan aplikasi DVB-HTML dan DVB-Java (DVB-J).

Untuk DVB-HTML, aplikasi disusun sebagai kumpulan halaman

HTML yang dikirim sebagai bagian dari layanan. Spesifikasinya

didasarkan atas versi modular dari XHTML 1.1, dan juga termasuk

CSS 2.0, DOM 2.0 dan ECMAScript. Sayangnya, spesifikasi HTML

pada profil MHP awalnya hanya bersifat opsional, sehingga kurang

popular pada industri set-top box. Selain itu, pengembang aplikasi

merasakan penggunaan HTML pada media TV sangat kompleks

dan susah untuk diimplementasikan. Kelemahan HTML adalah

tidak tersedianya komputasi lokal sehingga mempersulit

pengembangan aplikasi interaktif. Selain itu, tampilan halaman

pada layar TV berbeda dengan layar komputer, sehingga

memerlukan penyesuaian lagi atas berbagai konten HTML yang

tersedia pada jaringan internet.

Aplikasi DVB-Java juga disebut dengan istilah Xlet, karena

konsepnya mirip dengan Java aplet, yaitu kode-kode yang

dipindahkan melalui jaringan dan dieksekusi pada browser lokal.

Untuk aplikasi Xlet, application manager pada set-top box akan

mengatur eksekusinya. Keuntungan penggunaan Java adalah

karena sifatnya yang portabel, sehingga pengembang hanya perlu

menulis kode aplikasinya sekali, dan dapat dieksekusi di semua

jenis terminal dan tidak tergantung dengan sistem operasi dan

konfigurasi hardware yang digunakan. Kelemahan HTML juga

teratasi karena Java memungkinkan komputasi lokal yang

menunjang berbagai interaksi tingkat lanjut dan pengaturan grafik

yang lebih optimal dalam perancangan user interface, navigasi,

penyusunan dan pemindahan konten.

Dikarenakan penggunaan TV dan komputer personal sangatlah

berbeda, pengembang aplikasi pada set-top box harus

mempertimbangkan beberapa kendala dan kriteria dalam hal:

ukuran layar, kompleksitas peng-input-an data melalui remote

control, konteks data dengan isi program TV, dan tentu saja

keterbatasan sumber daya dari set-top box dan jaringan TV seperti

memori, media penyimpanan, latency dan bandwidth. Kendala-

kendala di atas memberikan tantangan untuk pengembang-

pengembang yang inovatif. Untuk melatih penggunaan MHP,

pembaca dapat mencoba software OpenMHP yang merupakan

proyek open-source untuk lingkungan pengembangan aplikasi

berbasis MHP [OpenMHP].

6.4 Model Konverjensi Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kita telah menyaksikan bagaimana teknologi yang tersedia pada

sistem TV digital memungkinkan pengembangan layanan-layanan

interaktif berbasis multimedia, dan berpotensi tumpang tindih

dengan layanan pada media komunikasi lainnya. Selain itu, kita

juga dapat menyaksikan bahwa konten dari TV digital dalam bentuk

MPEG transport stream tidak harus selalu dikirimkan melalui media

penyiaran (broadcasting), namun dapat dikirimkan melalui media

komunikasi lainnya. Konverjensi pada teknologi informasi dan

komunikasi ini merupakan fenomena yang memerlukan kajian

tersendiri dikarenakan besarnya peranan pasar dan regulasi, selain

teknologi, yang mempengaruhi arah perkembangannya. Untuk itu,

sub-bab ini akan membahas model konverjensi teknologi informasi

dan komunikasi yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaku

industri TV digital.

Pada paparan sebelumnya, konverjensi hanya dilihat dari aspek

teknologi, di mana digitalisasi memungkinkan perpindahan konten

dalam bentuk multimedia. Namun, pengertian konverjensi sendiri

amatlah luas dan belum ada suatu standar definisi yang baku.

Selama ini konverjensi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

yang berbeda tergantung kepentingannya.

Definisi yang cukup generik diberikan oleh ITU (International

Telecommunication Union) yang mengartikan konverjensi sebagai

kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi, pasar, kebijakan

dan regulasi yang sebelumnya didefinisikan pada struktur industri

yang terpisah. ITU juga mengaitkan konverjensi dengan proses

globabalisasi konten dan layanan teknologi informasi dan

komunikasi.

Untuk melihat faktor-faktor pendorong konverjensi, konsep yang

merujuk pada network ekonomi dapat dijadikan rujukan. Pada

konsep ini, keluaran yang dilihat adalah nilai tambah ekonomi,

dengan menempatkan teknologi, kebijakan dan kondisi pasar

sebagai masukan. Ketiga masukan di atas dapat dianggap sebagai

peluang ekonomi yang harus diimplementasikan menjadi suatu

aplikasi, layanan dan regulasi yang efektif, sebagaimana

ditunjukkan pada gambar 6.8. Adanya sinergi antara aplikasi,

layanan, dan regulasi yang efektif akan mendorong pertumbuhan

ekonomi yang nyata.

Dari ketiga faktor pendorong tersebut, tidak dapat ditentukan yang

mana yang lebih tepat untuk didahulukan. Semua itu kembali ke

 

 

  

 

 

G b 6 8 F k f k d k i j

Pasar Teknologi 

Kebijakan 

Aplikasi Layanan 

Regulasi 

Gambar 6.8. Faktor-faktor pendorong konverjensi menuju

           pertumbuhan ekonomi. Sumber: [Henten,2002].

strategi yang diterapkan pada tiap negara. Dapat saja

perkembangan teknologi yang pesat menciptakan berbagai aplikasi

yang direspon dengan cepat oleh pasar, sebelum regulasi yang

diperlukan berjalan, namun dapat juga regulator yang proaktif untuk

membuat berbagai regulasi lebih dahulu sebagai antisipasi

perkembangan teknologi yang diikuti oleh minat investasi.

Pendekatan awal melalui regulasi lebih banyak dilakukan di negara-

negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat,

yang selain menata regulasinya, juga untuk menarik minat investasi

dan menstimulasi berbagai aktivitas ekonomi.

Dari beberapa model konverjensi TIK yang ada, semuanya terlihat

menuju ke suatu model yang hampir serupa didasarkan atas

konsep di atas. Perbedaannya adalah dalam bagaimana

implementasi model yang mirip itu pada klasifikasi industri yang

diinginkan. Perbedaan ini secara umum disesuaikan dengan

kondisi pihak-pihak yang merancang dan mengimplementasikan

model konverjensi itu sendiri.

Dalam mengklasifikasikan suatu industri dalam menuju

konverjensi, umumnya mengacu ke model pada gambar 6.9. Pada

model ini, sektor industri yang dipilih adalah penyiaran

(broadcasting), telekomunikasi (telecommunication), teknologi

informasi (information technology) dan berita (media). Terlihat

bahwa konverjensi dapat terjadi antar industri (konverjensi

horisontal) ataupun antarlevel yang berbeda pada satu industri

(konverjensi vertikal atau konglomerasi).  Namun, tidak tertutup

pula kemungkinan disintegrasi (divergence), di mana terjadi

pemisahan aktivitas oleh pelaku tertentu pada satu industri, dalam

rangka efisiensi kerja dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang

lebih optimal.

Salah satu model untuk kondisi negara kita  adalah yang diusulkan

oleh Masyarakat Telekomunikasi negara kita , yang pada dasarnya

selaras dengan konverjensi rantai nilai pada gambar 6.9. Mastel

memilah industri teknologi informasi dan komunikasi ke segmen-

segmen sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.10. Pembagian

segmen-segmen tersebut adalah sebagai berikut:

- Segmen industri yang masuk ke blok content adalah industri

pencipta/penyedia isi (content generator) dan pengintegrasi

isi (content packager).

- Segmen industri yang masuk ke blok service adalah industri

penyedia jasa (service provider) seperti penyedia jasa konten

dan penyedia jasa aplikasi.

- Segmen industri yang masuk ke blok infrastruktur adalah

penyedia jasa jaringan (network service provider) dan

penyedia fasilitas jaringan (network facilities provider-NFP).

- Segmen industri yang masuk ke blok terminal adalah industri

perangkat yang akan digunakan atau terkait langsung dengan

konsumen.

Dari masing-masing segmen industri ini seperti penyiaran,

telekomunikasi, teknologi informasi dan lainnya tentunya harus

dikelompokkan menjadi segmen yang sesuai dengan segmen yang

ada. Seperti misalnya, semua industri penyedia isi di industri

telekomunikasi, penyiaran, teknologi informasi dan lainnya harus

dikelompokkan ke segmen ini. Sehingga tidak ada lagi suatu industri

menguasi semua segmen yang ada.

Namun, dengan pembagian ke dalam segmen-segmen ini semua

industri yang ada tersebut harus dapat saling bersinerji untuk

memberikan yang terbaik bagi konsumen. Permasalahan yang

ada sekarang adalah satu industri pada umumnya menguasai

semua aktivitas dari hulu ke hilir. Kondisi seperti ini menyebabkan

beberapa hal, antara lain:

Gambar 6.9. Konverjensi pada rantai nilai (value chain) industri

teknologi informasi dan komunikasi. Sumber: [Henten,2002].

O Menyulitkan pemain baru untuk ikut bersaing dalam bisnis

yang sama terutama dalam biaya investasi, infrastruktur,

menggaet konsumen dan lain-lain.

O Menghambat penetrasi penggunaan aplikasi teknologi

informasi dan komunikasi yang sangat dibutuhkan pada

saat ini.

O Menghambat tumbuhnya inovasi-inovasi baru di bidang

teknologi informasi dan komunikasi.

Dari penjelasan model konverjensi tersebut, terlihat bahwa sistem

TV digital memiliki peranan yang cukup besar. Berbagai teknologi

dan model usaha pada sistem TV digital yang telah dijelaskan

sebelumnya, memungkinkan pembagian segmen industri seperti

pada model konverjensi di atas, dan dapat memberikan nilai

tambah ekonomi untuk tiap transisi antarsegmen sebelum

mencapai konsumen.

6.4.1. Problem Regulasi

Untuk tercapainya berbagai layanan yang bersifat konverjensi,

diperlukan suatu pemetaan atas regulasi-regulasi yang ada.

Beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah turunannya

Gambar 6.10. Segmen-segmen industri Teknologi Informasi

dan Komunikasi versi Masyarakat Telekomunikasi negara kita .

Sumber: [Mastel, 2005].

yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi adalah

sbb.:

- UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

- UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.

- PP Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi.

- PP Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum

Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

- PP Nomor 49 tahun 2005 tentang Pedoman Kegiatan

Peliputan Lembaga Penyiaran Asing.

- PP Nomor 50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran Swasta.

- PP Nomor 51 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran Komunitas.

- PP Nomor 52 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Selain regulasi yang spesifik telekomunikasi dan penyiaran,

terdapat rencana regulasi yang masih dalam bentuk rancangan

undang-undang yaitu RUU tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE).

Dapat terlihat bahwa telah disusun suatu regulasi untuk tiap sektor

industri. Namun, perlu dikaji dampak berbagai konverjensi yang

telah dijelaskan, dan apakah terjadi tumpang tindih atau kerancuan

di antara regulasi yang ada.

Secara tradisional, regulasi penyiaran biasanya ada pada kerangka

kerja regulasi layanan radio dan TV. Namun, dengan adanya

konverjensi diperlukan suatu regulasi baru ataupun penyelarasan

atas regulasi-regulasi yang telah ada. Sebagai contoh, apakah

penyediaan fitur interaktif pada layanan TV diatur pada regulasi

penyiaran atau telekomunikasi, dan bagaimana pula dengan

penyiaran TV melalui infrastruktur telekomunikasi pita lebar.

Penyelarasan regulasi tiap sektor ataupun penyusunan regulasi

super yang memayungi konverjensi antarsektor memerlukan kajian

lebih lanjut, agar keberadaan teknologi TV digital dengan berbagai

keuntungan yang ditawarkan dapat segera dimanfaatkan.

PPerkembangan TV

Digital di Dunia

BAB 7

erkembangan sistem penyiaran TV digital di sebagian besar

negara di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini

berlangsung begitu cepat. Beberapa negara bahkan telah

Banyak perhatian dan biaya dicurahkan negara-negara itu untuk

mempercepat proses perkembangan TV digital, walaupun masing-

masing negara memiliki alasan berbeda tentang tujuan migrasi.

Namun paling tidak ada beberapa kesamaan alasan yang

mendasari langkah mereka itu. Antara lain: efisiensi daya

pemancar dan efisiensi dalam penggunaan pita frekuensi

(bandwidth), peningkatan kualitas gambar dan suara, sinyal TV

digital dapat ditangkap dalam keadaan TV bergerak (mobile),

peluang terbuka untuk konvergensi dengan aplikasi lain (telepon

selular dan komputer), layanan multimedia, TV interaktif, TV on

demand.

melakukan atau sedang dalam persiapan untuk mematikan secara

total (switch off) TV analognya.  Belanda telah melakukan switch

off pada 11 Desember 2006. Inggris akan melakukan switch off

TV analog secara bertahap. Kongres Amerika Serikat telah

memberikan mandat untuk menghentikan siaran TV analog secara

total 2009, begitu pula Jepang (2011). Negara-negara Eropa lainnya

dan Asia juga akan mengikuti migrasi total itu.

Dalam bab ini dibahas perkembangan TV digital di beberapa

negara, yang dikelompokkan berdasarkan kategori negara maju,

kelompok negara berkembang, dan kelompok negara yang

mengembangkan sendiri teknologi TV digitalnya.

7.1. Perkembangan TV Digital di negara-negara maju

Sebagian besar negara maju di dunia telah melakukan migrasi

siaran TV dari analog ke digital. Bahkan ada beberapa yang sudah

selesai melakukan cut off analog atau paling tidak sudah

menentukan secara resmi kapan waktu penghentian siaran

analog.

7.1.1. Perkembangan TV Digital di Inggris

Inggris memperkenalkan siaran digital terestrial dengan standar

DVB-T sejak 1996, ketika pemerintah secara resmi

mengumumkan pemberian lisensi untuk multiplex. Pada

November 1998 sebuah stasiun TV mengudara dengan sistem

tersebut yang diyakini merupakan siaran digital komersial pertama

di dunia. Saat ini teknologi HDTV (High Definition Television)

sedang diuji coba oleh beberapa stasiun penyiaran seperti BBC,

ITV, Channel 4 dan Channel Five yang sudah mulai dapat dinikmati

di beberapa kota.  Uji coba DVB-H (Digital Video Broadcasting –

Handheld) juga sudah dilakukan khususnya di Kota Oxford yang

dilakukan oleh operator seluler O2 dan broadcaster Arqiva.

Di akhir September 2006 populasi pemirsa DVB-T telah mencapai

73%, dan tahun 2007 sudah berada dalam tahap persiapan swich

off TV analog secara bertahap dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Namun pemerintah mensyaratkan paling tidak dua kriteria untuk

dapat dilakukan switch off. Kriteria pertama availability; setiap

orang yang sudah memperoleh layanan publik berupa siaran TV

analog, harus dapat menerima siaran dalam format digital. Kriteria

kedua: affordability; migrasi ke digital harus memberikan pilihan

yang berguna kepada masyarakat luas.

Office of Communications (Ofcom) – lembaga independen yang

mengelola regulasi dan kompetisi untuk industri komunikasi di

Inggris – telah menetapkan dimulainya Digital Dividend Review

(DDR), berupa pengujian terhadap sisa spektrum yang ditimbulkan

akibat migrasi ke digital.  Migrasi penyiaran digital akan

menggunakan spektum 6 kali lebih hemat dibanding penggunaan

spektrum analog. Hal ini membuat pemerintah dan para pelaku

industri penyiaran publik terus melakukan sosialisasi TV digital

kepada masyarakat, agar proses migrasi berlangsung dengan

sukses.

 

Periode Perkembangan Migrasi TV Analog ke TV Digital di UK 

Oktober 1996  Pemerintah mengumumkan pemberian lisensi untuk 

multiplex 

Desember 1997  British Digital Broadcasting (kemudian menjadi Ondigital dan 

ITV Digital) memperoleh tiga izin penyelenggaraan layanan 

TV digital 

November 1998  Ondigital diluncurkan, menjadi lembaga penyiaran TV 

digital pertama di Inggris, bahkan di dunia  

Mei 1999  STB (Set-top box) dibagikan bebas untuk waktu terbatas 

September  

2000  

Ondigital membawa internet ke dalam TV 

Desember 2000  Tercapai satu juta pelanggan  

Maret 2002  STB untuk pertama kali tersedia di pasar dengan harga 

retail di bawah 100 poundsterling  

Juli 2002  Tiga lisensi multiplex lain diberikan kepada konsorsium 

BBC (yang sudah memiliki satu izin layanan multiplex) dan 

Crown Castle  

Maret 2004  Harga STB sudah mencapai di bawah 40 poundsterling 

Februari 2005 Uji coba layanan HDTV dan DVB-H 

September 2006 Populasi DVB-T telah mencapai 73% dari seluruh pemirsa 

TV 

[Sumber: Dari beberapa sumber] 

 

Tabel 7.1: Perkembangan TV Digital di Inggris

Kondisi pasar

Saat ini paling tidak ada 5 penyedia layanan TV analog untuk publik

(Public service broadcaster - PSB) di Inggis dengan pelanggan

sekitar 24,5 juta yang siap melakukan migrasi menuju TV digital.

Model Bisnis TV Digital

Sejak pemberian lisensi penyelenggaraan multiplex, yang dibatasi

6 operator dan jumlah kanal per multiplex sebanyak 4-8 channel,

pemerintah telah berperan besar terhadap terjadinya model bisnis

TV digital berbasis pay TV dan free to air (FTA).

Keenam operator multiplex tersebut, baik yang dimiliki pemerintah

maupun swasta, telah berhasil membuktikan bahwa mereka

mampu memberikan layanan yang optimal kepada para pelanggan

dan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas layanannya.

g

Channel analog terestrial (nasional)  5  

Public service broadcaster (PSB)  BBC  

PSB analog (nasional)  5 

Jumlah pelanggan TV   24,5 juta 

Jumlah pelanggan TV khusus Terestrial 14,1 juta 

Jumlah pelanggan TV kabel 3,4 juta 

Jumlah pelanggan DTH TV   7 juta 

(sumber: dari beberapa sumber) 

Tabel 7.2: Pasar TV Analog

Jumlah penyedia Multiplex 6 

Jumlah Channels per multiplex 4–8 

Assignment mechanism Per multiplex 

Business model Pay-TV, FTA sejak 2002 

Target Jumlah Transmitter sites untuk DTV 1154 sites 

Tabel 7.3: Pemberian izin TV Digital

Pemberian izin kepada enam operator membuat model

penyelenggaraan penyiaran TV digital di Inggris berbeda dengan

era penyiaran analog, yang bisa dikelompokkan jenis penyiaran

berdasar content serta efisiensi penggunaan bandwidth.

Produksi conten (content production) merupakan pengeluaran

yang paling dominan untuk broadcaster. Pada 2003, berdasarkan

perhitungan Ofcom, lima penyedia siaran analog telah

memberikan pendapatan sekitar £ 4.9 milyar, dari jumlah itu £ 2.9

milyar telah dikeluarkan untuk memproduksi konten. Ofcom juga

 

Multiplex  Operator sebelum 1 Mei 2002  Operator sesudah 1 Mei 2002  

1  BBC  

2  Digital 3 & 4 (untuk ITV & Channel 4)  

A  SDN (swasta dengan izin untuk multiplex)  

B  ITV Digital  BBC  

C  ITV Digital  Crown Castle  

D  ITV Digital  Crown Castle  

 

Tabel 7.4: Operator multiplex

NTL CROWN CASTLE

SDN (A); 

Dig 3&4 (2)

Network Operator

MUX Operator

Content 

(Channels)

Subscription Advertising Public Funds

Top Up TV

(Pay TV)

FTA Channels

ITV, Sky, UKTV, etc

BBC 

Channels

BBC 

(1 & B)

Crown 

Castle

(C & D)

Gambar 7.1: Model penyelenggaraan TV Digital Terestrial di Inggris

telah mengusulkan program digital switch over, dimulai 2008 dan

selesai sekitar 2012.

TV Digital Mobile & Interaktif

Walaupun masih terbatas popularitasnya, solusi ITV digital telah

menawarkan layanan interaktif yang lebih bervariasi seperti internet

access, email, sport interactivity. Dengan layanan sport

interactivity penonton dapat memperoleh data statistik selama

pertandingan sepak bola, skor pertandingan lainnya dan

berpartisipasi dalam berbagai kuis dan kompetisi interaktif.

Parameter Teknik

Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi, pemerintah bekerja sama

dengan masing-masing lembaga penyiaran telah memutuskan

untuk menentukan beberapa parameter teknik yang digunakan

dalam implementasi TV digital.(Tabel 7.7)

Switch over digital

Sejak TV digital diperkenalkan pada 1998, pertumbuhan jumlah

konsumennya sangat tinggi. Hal itu antara lain karena tidak

 

Layanan Lembaga Penyiaran 

Free to Air  BBC1, BBC2, BBC3, BBC4, ITV1, ITV2, Channel 4, Five, ftn, Sky Travel, 

UKTV Bright Ideas, UKTV History, Cbeebies, CBBC, The Hits, BBC News 

24, BBC Parliament, Sky News, Sky Sports News, ITV News, Community 

Channel QVC, Ideal World, Bid-up TV, Price-Drop TV, Screenshop, ABC1 

(since September 2004)  

Top Up TV 

(Pay-TV)  

E4, UKTV Gold, UKTV Style, Discovery, Discovery Home & Leisure, TCM, 

Boomerang, Cartoon Network, Bloomberg, Television X: The Fantasy 

Channel  

Layanan 

terprogram 

ITV3 (November 2004), More 4 (2005)  

Radio  BBC Radio 1, 1Xtra, Radio 2, Radio 3, Radio 4, Five Live, Five Live 

Sports Extra, Radio 6 Music, Radio 7, BBC Asian Network, BBC World 

Service, The Hits Radio, Smash Hits Radio, Kiss, Heat, Magic, Q, 

Oneword, Jazz FM, Mojo, Kerrang!, talkSport, 3c, Premier  

 

Tabel 7.5: TV Digital di Inggris berdasarkan jenis Layanan

diperlukan lagi antena parabola, sebagaimana mutlak diperlukan

pada DTH, dan kabel coaxial pada TV kabel. Proyeksi Ofcom

mengindikasikan bahwa jumlah rumah tangga yang memiliki

pesawat penerima TV digital akan naik 7-8 juta sampai akhir 2010.

Ofcom juga merekomendasikan rencana switch over secara

regional seperti di Jerman. Diyakini bahwa dengan mengumumkan

tanggal switch over akan mempercepat pertumbuhan TV digital.

Switch over juga memungkinkan peningkatan level power

transmitter pada siaran digital tanpa meningkatkan risiko

interferensi terhadap sinyal TV analog.

7.1.2. Perkembangan TV Digital di Jerman

Jerman mengawali siaran TV digital terestrial dengan standar

DVB-T pada 2002. Migrasi ke digital dilakukan secara bertahap

dari daerah satu ke daerah lainnya dengan periode waktu transisi

yang cukup pendek. Bahkan di Berlin siaran analog sudah

dimatikan pada Agustus 2003 dan sudah terdapat 28 program

siaran digital dengan 7 kelompok multiplex. Sedangkan uji coba

DVB-H telah dimulai sejak 2005 di beberapa kota besar seperti

Berlin, Hamburg, Hannover, Munich dan beberapa kota besar di

Jerman bagian utara. Sistem DVB-H sedang dipersiapkan untuk

diluncurkan secara komersial tahun 2007.

Parameter Detail 

Tipe Modulasi 16QAM untuk multiplex 1, B, C dan D  

64QAM untuk multiplex 2 dan A  

Tipe Jaringan national MFN  

Channel bandwidth  8MHz pada UHF band 

Mode carrier Saat ini 2k, akan dirubah menjadi 8k pada 2012 

FEC (redundancy)  3/4 untuk 16QAM, 2/3 untuk 64QAM  

Guard interval  1/32  

Transmitter ERP 20kW (max.)  

Cakupan saat ini Sekitar 80% untuk BBC multiplex (1 & 2); 73% 

untuk semua multiplex 

Target cakupan 98.5% Digital TV Terrestial coverage dari 3 

multiplex Lembaga Penyiaran Publik (1, 2 dan B)  

Tabel 7.6: Parameter Teknik

abe e e ba ga g a

Tanggal Perkembangan Migrasi ke TV Digital di Jerman 

Agustus 1997  

Uji coba pengoperasian Digital TV Terrestrial (DTT) dimulai 

dengan SFN network dalam suatu pilot project oleh 

Deutsche Telekom, MABB dan SFB; Uji coba lainnya 

dilakukan di bagian utara Jerman dan Bavaria. 

17 Desember 

1997 

Dibentuk ‘Digital Broadcasting’ Initiative oleh kabinet untuk 

mengelaborasi strategi  yang dapat mendukung 

terbentuknya siaran digital. 

July 2001  MABB mengumumkan peraturan tentang DTT  

17 Desember 

2001  

MABB’s board (media council) memutuskan untuk 

mendukung  secara finansial proses switch over ke DTT 

13 February 2002  

MABB, ARD, ORB, SFB, ZDF, ProSiebenSAT.1 dan RTL 

mengadakan perjanjian mengenai detail switch-over ke DTT 

di area Berlin-Brandenburg  

Oktober 2002  

Regulatory Authority for Telecommunications and Posts 

(RegTP) mengalokasikan frekuensi yang diminta oleh MABB 

untuk kepentingan pemerintah Berlin dan Brandenburg 

28 February 2003  

Transmisi analog untuk semua TV komersial siaran nasional 

diakhiri.; TV layanan publik yang menggunakan high-power 

frequencies (kecuali untuk channel 39) telah diubah menjadi 

siaran digital; Program-program layanan publik diubah menjadi 

kanal analog yang menggunakan power lebih rendah. 

4 Agustus 2003  Transmisi TV analog terestrial di Berlin-Brandenburg diakhiri  

Mei 2004  

DTT dimulai di Cologne Bonn, Bremen/Unterweser dan 

daerah-daerah Hannover/Braunschweig  

November 2004  DTT dimulai di North Rhine-Westphalia  

Mei 2005  

Diluncurkan di Leipzig/Halle, Erfurt/Weimar dan Bavaria 

(Munich / Nuremberg)  

Januari  2006  Diluncurkan di Stuttgart Mannheim/Heidelberg/Ludwigshafen  

Maret 2007 DTT telah diluncurkan di Lüneburger Heide dan Wendland 

April 2007 

Regulator media untuk daerah Baden-Wuerttemberg, LFK, 

bersama dengan regulator media daerah lainnya 

menyiapkan prosedur yang diperlukan untuk melakukan 

seleksi  terhadap penyedia layanan DVB-H.  

Semua kandidat dapat mengajukan permintaan izin 

penyelenggaraan DVB-H nasional, yang memungkinkan 

penyelenggaraan sampai 16 program siaran TV dan radio. 

Applikasi harus dikirim kepada LFK pada 13 April 2007. 

   

 [Sumber: Dari beberapa sumber] 

Tabel 7.7: Perkembangan TV Digital

Proses Migrasi

Perkembangan migrasi TV analog ke digital di Jerman dimulai

1997, ketika dilakukan uji coba oleh Deutsche Telekom, MABB

dan SFB. Uji coba lainnya dilakukan di bagian utara Jerman dan

Bavaria. Sejak saat itu Jerman memberikan perhatian sangat besar

bagi migrasi TV analog ke digital. Bahkan sampai pada akhir 2006

hampir seluruh pemirsa TV di kota-kota besar Jerman sudah dapat

menikmati layanan TV digital berbasis teknologi DVB-T.

Kondisi pasar siaran TV

Saat ini paling tidak terdapat 5 penyedia layanan TV analog untuk

publik di Jerman dengan total channel sekitar 12, dengan

pelanggan sekitar 36,2 juta yang siap melakukan migrasi menuju

era siaran TV digital.

Model Bisnis TV Digital

Sejak memberikan lisensi penyelenggaraan multiplex – dengan

pembatasan jumlah penyedia multiplex sebanyak 5-7 operator di

tiap kota dan jumlah channel per multiplex sebanyak 4-5 –,

Pemerintah Jerman memiliki peran besar dalam perubahan model

bisnis TV digital berbasis FTA.

g

Jumlah channel analog terrestrial  3–12  

Public service broadcaster (PSB)  ARD, ZDF  

Jumlah PSB channel analog  2–5  

Rumah Tangga pelanggan TV   36.2 juta 

Pelanggan TV Terrestrial  2.6 juta 

Pelanggan Cable TV Kabel 20.6 juta 

Pelanggan TV Digital Terrestrial 13 juta 

Tabel 7.8: Pasar TV Analog di Jerman

 (sumber: dari beberapa sumber)

Ketujuh operator multiplex tersebut (Berlin) telah berhasil

memberikan layanan yang optimal kepada para pelanggannya.

Untuk dua operator multiplex telah ditetapkan channel secara

individual, sementara lima operator multiplex lainnya kanal dipilih

sendiri oleh operator multiplex tersebut.

TV Digital portable & Mobile

Terjadinya kombinasi layanan antara digital TV dan jaringan

komunikasi mobile, misalnya yang disediakan oleh Vodafone, telah

memberikan solusi TV digital yang lebih bervariasi. Aplikasi DVB-

 Berlin Bremen / 

Unterweser 

Hannover Cologne/ 

Bonn 

Jumlah operator multiplex 7  5 - 7  5  6  

Jumlah channels per multiplex 4 4 – 5 4 4 

Mekanisme penunjukkan  Per multiplex dan per channel  

Business model  FTA (Free to Air) 

 

Tabel 7.9: Pemberian izin/lisensi TV Digital di Jerman

NETWORK OPERATOR 

T SYSTEM

Transmission Charge 

Regulated by Reg TP

Major Broadcaster receives 

a multiplex each

Public Funds (& 

Some Advert.)

CSB mux’s

RTL, Pro 7

PSB mux’s

ARD, ZDF, 

RBB

Other Channels 

BBC, etc

Advertising + MABB Subsidy

Gambar 7.2: Model penyelenggaraan TV Digital Terestrial di Jerman

T portable dapat dinikmati pelanggan di rumah dan DVB-H mampu

memberikan layanan bergerak untuk pelanggan yang sedang

dalam perjalanan.

Parameter Teknik TV Digital

Pemerintah Jerman dan para broadcaster bersama-sama telah

menentukan parameter teknik yang digunakan dalam

implementasi TV digital.( Tabel 7.10)

Switch over digital

Proses switch over secara regional pada perioda simulcast diyakini

dapat memberikan keseimbangan antara kebutuhan biaya siaran

dari sebagian besar operator TV dan ketersediaan spektrum pita

frekuensi UHF. Sebab kanal UHF di Jerman telah digunakan secara

intensif dan hampir semua kanal sudah terisi penuh. Hal ini

menyebabkan hampir tidak mungkin lagi dilakukan simulcast

dengan jumlah multiplex yang banyak. Switch off analog yang

sudah, sedang  atau akan dilakukan di masing-masing daerah

secara regional diperkirakan akan selesai secara nasional pada

tahun 2010.

Parameter Detail 

Jumlah multiplex 4 operator 

Tipe Modulasi  16QAM  

Tipe Network  SFN dalam area yang kecil, beberapa area MFN 

Channel BW  8MHz UHF & 7MHz VHF  

FEC 2/3 & 3/4 (redundancy) 

Guard interval  1/8  

Transmitter ERP  10kW VHF, 120kW UHF (maksimum) 

Midleware Akan diadopsi MHP (Multimedia Home Platform) 

Cakupan saat ini Mendekati angka 100% di Berlin-Brandenburg; 44% dari seluruh 

rumah tangga secara nasional  

Target cakupan  100% di Berlin-Brandenburg; 55% dari seluruh rumah tangga secara 

nasional di tahun 2005  

Tabel 7.10: Layanan TV Digital

7.1.3. Perkembangan TV Digital di Belanda

Digitienne operator multiplex TV digital terestrial (Digital Terrestrial

TV— DTT) yang sudah mengantongi izin selama 15 tahun sejak

2002 dari Kementerian Ekonomi – lembaga pemerintah yang

memiliki kewenangan pemberian izin – pada awalnya mengalami

kesulitan untuk mendapatkan pelanggan. Karena sebagian besar

(92 %) rumah tangga di Belanda sudah merasa nyaman

berlangganan televisi kabel analog. Sementara itu operator TV

kabel digital dan TV Satelit DTH (Direct to Home) juga mengalami

kegagalan karena selama beberapa tahun beroperasi hanya

mendapatkan sekitar 100.000 pelanggan untuk TV kabel digital

dan sekitar 400.000 untuk DTH.

Untuk mengatasi hal tersebut, Digitienne berupaya mendapatkan

pelanggan dengan terus memberikan informasi tawaran kelebihan

layanannya, seperti penerimaan portable, di samping kelebihan

lainnya dalam hal inovasi teknologi digital terestrial.

Proses Migrasi TV Digital

Belanda merupakan salah satu negara yang sangat cepat dalam

melakukan proses migrasi siaran TV analog ke digital. Dalam

waktu hanya empat tahun, telah dilakukan persiapan, uji coba

sampai implementasi siaran DTT. (Tabel 7.12)

Kondisi pasar siaran TV

Saat ini kondisi pasar TV digital di Belanda cukup kondusif, yang

diramaikan oleh lima operator multiplex termasuk satu penyedia

layanan TV untuk publik yang sebelumnya memiliki 3 kanal analog

dengan pelanggan sekitar 6,7 juta.

Model Bisnis TV Digital

Terdapat 5 operator multiplex, 4 operator di antaranya berada di

bawah bendera Digitienne, satu sisanya di bawah NOS yang

merupakan satu-satunya lembaga PSB di Belanda. (Tabel 7.13)

p p g g

Tanggal  Perkembangan DTT di Belanda 

Agustus 2001  Pendirian Digitienne  

Januari 2002  Digitienne mendapat izin sebagai  operator DTT  

April 2003  Peluncuran DTT pada tanggal 23 April 2007 

Januari 2004  Digitienne diperkirakan telah memiliki 40.000 pelanggan  

Mei 2004  Peningkatan cakupan layanan menjadi 2,7 juta pelanggan di rumah di 

sekitar Amsterdam, Den Haag dan Utrecht  

November 2004  Peningkatan cakupan layanan menjadi sekitar 3 juta pelanggan 

termasuk di daerah Rotterdam  

Desember 2005 Operator Telekomunikasi KPN mengakuisisi 100% saham operator 

jaringan penyiaran Nosema yang memiliki 40% saham di Digitienne, 

untuk mengembangkan siaran berbasis DVB-H. 

11 November 

2006 

Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melakukan analog 

switch off menuju siaran TV digital  

Maret 2007 KPN yang memiliki izin operasi DVB-H, mengundang seluruh 

broadcaster di Belanda untuk berpartisipasi dalam siaran DVB-H. 

 

 [Sumber: Analysys, DVB.org] 

Tabel 7.11: Tahap perkembangan TV Digital

Jumlah channel analog terrestrial  3 channel 

Public Service Broadcaster (PSB)  NOS 

Jumlah PSB channel analogue  3 channel 

Jumlah penduduk 16.1 juta (UN 2003) 

Pelanggan TV  6.700.000 

TV Terestrial  100.000 

Pelanggan TV kabel  6.200.000 

Pelanggan DTH TV  500.000 

 

 [Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.12: Kondisi pasar siaran TV di Belanda

Model bisnis TV digital yang diselenggarakan oleh Digitienne

berbentuk pay-TV. Pelanggan dapat menikmati sekitar 25 program

siaran dengan membayar uang langganan bulanan. Cara ini

mudah diterima pelanggan TV di Belanda, karena mereka sudah

terbiasa menyisihkan sebagian dari penghasilan bulanannya untuk

membayar iuran TV kabel. Selama ini pelanggan TV kabel biasanya

dapat menikmati sekitar 30 program siaran.

Dalam layanan TV digital penonton dapat memperoleh pilihan

kombinasi program siaran antara paket program basic dan paket

premium, di samping tambahan program siaran FTA yang

disiarkan oleh lembaga layanan TV publik (PSB) NOS. Paket

program premium yang ditawarkan Canal+ sebanyak 3 kanal

memiliki tarif yang sama dengan siaran TV kabel. Tarif awal

langganan bulanan yang ditetapkan oleh Digitienne sekitar • (Euro)

8,95 per bulan untuk paket satu set TV, • 11,95 untuk dua set TV

dan •14.95 untuk tiga set TV. Sedangkan tarif langganan bulanan

beberapa operator TV kabel sekitar •11 per bulan.

Perkembangan ke arah era konvergensi antara telekomunikasi

dan penyiaran sudah mulai dapat dilihat di Belanda. Hal ini

tercermin dari diakuisisinya kepemilikan 100% saham operator

jaringan transmisi broadcast Nozema yang memiliki 40% saham

di Digitienne oleh operator Telecommunication KPN (Koninklijke

KPN N.V.).  Nozema memegang lisensi izin operasi jaringan

transmisi TV digital, yang untuk operasinya memperoleh

kompensasi pembayaran dari Digitienne dan operator PSB NOS.

Dapat diprediksi bahwa perkembangan jaringan transmisi TV

digital ini akan disesuaikan dengan perkembangan jaringan

transmisi telekomunikasi milik KPN. Saat ini KPN berkembang

menjadi operator multimedia termasuk penyedia jaringan telepon

Jumlah operator multiplex  5 operator  

Channel per multiplex  5-6 channel (dipilih oleh multiplex operator) 

Mekanisme izin  Per multiplex  

Model Bisnis Pay-TV  

 

[Sumber: DVB.org] 

 

Tabel 7.13. Mekanisme pemberian  izin siaran TV di Belanda

Free to Air (FTA)  Paket Basic  Paket Premium  

Nederland 1 

Nederland 2 

Nederland 3 

RTL4 

RTL5 

SBS6 

Yorin 

NET5 

Veronica 

Regio TV 

Fox Kids 

Nickelodeon 

Discovery Channel 

Animal Planet 

National Geographic 

Eurosport 

MTV 

TMF 

CNN 

BBC World 

Spice Platinum 

Canal+ Rood 

Canal+ Blauw 

Canal+ Geel 

 

 [Sumber: Digitienne] 

Tabel 7.14: Penawaran siaran TV digital di Belanda

NETWORK OPERATOR 

NOZEMA

Subscribers

DIGITIENNE

(Pay Platform)

PSB 

NOS

Public Funds Advertising

Channels 

(including 

Cannal+)

Gambar 7.3: Model jaringan siaran TV digital di Belanda

tetap dan telepon selular, termasuk jaringan 2G dan 3G yang

beroperasi di Belanda, Jerman dan Belgia [www.kpn.com].

Calon pelanggan TV digital mudah mendapatkan STB  yang dijual

di banyak toko pengecer. Harga STB berkisar • 149 sampai model

yang lebih mahal sekitar • 676. Harga tersebut sudah termasuk

conditional access system yang memungkinkan pelanggan

menonton program yang di-encrypt pada kanal program premium.

Harga STB di pasar Belanda lebih mahal dibanding di kawasan

Eropa lainnya.

Parameter Teknik TV Digital

Pemerintah Belanda dan para broadcaster bersama-sama

menentukan parameter teknik yang digunakan dalam

implementasi TV digital di negeri tersebut.(Tabel 7.16)

Perluasan penerimaan di dalam ruangan (indoor reception)

merupakan salah satu inovasi kunci di Belanda. Jaringan TV digital

dirancang untuk penerimaan indoor  pada ground level dengan

cakupan sebesar 70% pada area yang diharapkan dapat dilakukan

Cakupan siaran saat ini  45% dari seluruh rumah tangga 

Target cakupan siaran  100%  

Tipe Modulasi 64QAM  

Tipe network  MFN dan local SFN  

Transmitter power ERP  10kW (maximum) 

Channel bandwidth  8MHz  

Operation band UHF 

FEC (redundancy)  2/3  

Guard interval  1/8 

Tipe carrier 8k 

Penerimaan Tetap, portable dan mobile (DVB-H) 

Midleware MHP (dalam perencanakan & uji coba)

 

 [Sumber: DVB.org] 

 

Tabel 7.15: Parameter teknik  siaran TV digital di Belanda

penerimaan siaran TV, dan direncanakan 90-95% untuk

penerimaan di daerah yang padat penduduk. Peningkatan daerah

cakupan dilakukan dengan penambahan infrastruktur transmisi

baik dengan penambahan perangkat transmiter utama maupun

penambahan gap filler.

TV Digital Mobile

Sejak 2005 KPN yang memiliki izin operasi DVB-H, telah

mengundang seluruh broadcaster di Belanda untuk berpartisipasi

dalam siaran DVB-H. Ini dapat memberikan peluang bagi

diterimannya siaran TV secara mobile. Saat ini siaran DVB-H

sudah dapat dinikmati oleh sebagian besar pelanggan,

menggunakan pesawat penerima yang diproduksi oleh Samsung.

7.1.4. Perkembangan TV Digital di Perancis

Di Perancis, DVB-T telah ditetapkan sejak 2000 dan diperbaharui

tahun 2004. Lembaga otoritas regulasi penyiaran Perancis, CSA

(Conseil supérieur de l’audiovisuel) telah menetapkan dan

membagi siaran ke dalam 6 multiplex,  untuk menyiarakan siaran

TV digital di seluruh Perancis. Transmisi MPEG4 SDTV telah

ditetapkan untuk dipergunakan oleh semua layanan  komersial

TV digital, namun CSA juga telah mengizinkan TPS broadcast

untuk melakukan uji coba penerapan HDTV menggunakan sistem

kompresi MPEG-4.

CSA juga telah memberikan izin kepada 3 lembaga penyiaran yaitu

TDF, TPS dan Cannal + untuk melakukan uji coba DVB-H dan

satu broadcaster lainnya untuk melakukan uji coba T-DMB yang

semuannya dilakukan di Paris pada September 2005. Uji coba

DVB-H memberikan hasil yang cukup memuaskan karena dari

500 pengguna, 73% mengatakan puas dan lebih dari 65%

menyatakan akan berlangganan siaran DVB-H ini.

CSA juga telah memberikan izin kepada NRJ 12 untuk melakukan

uji coba MHP (Multimedia Home Platform). CSA juga melakukan

konsultasi publik untuk mengimplementasikan HDTV melalui

jaringan DVB-T. Dalam implementasi TV digital ini Pemerintah

telah menunjuk ART (Agence de Régulation des

Télécommunications) sebagai lembaga yang melaksanakan

perencanaan jaringan TV di Perancis.

Proses Migrasi TV Digital

Prospek pasar TV digital di Perancis sangat cerah karena jumlah

pemirsa TV sangat banyak yaitu sekitar 23,5 juta, jauh lebih banyak

dibanding Inggris misalnya. Di samping itu, akibat rendahnya

penetrasi layanan multikanal dari kabel TV dan DTH membuat

peluang TV digital menjadi sangat menarik. Walau negara ini

menganut sistem per-channel licensing yang dapat menghambat

implementasi TV digital, namun  proses migrasi TV digital yang

dimulai pada awal Maret 2002 telah ditargetkan oleh pemerintah

untuk diselesaikan dalam waktu lima tahun.(Tabel 7.16)

Pada bulan Februari 2007 Majelis Nasional Perancis  menyetujui

rancangan Undang-undang baru bernama “Télévision du Futur”

yang mengatakan bahwa switch off analog akan dilakukan per

daerah  mulai 31 Maret 2008 dan selesai 30 Nov 2011. Mulai

Desember 2007 semua pesawat TV yang dijual harus dilengkapi

dengan tuner digital,  televisi berformat HD akan dilengkapi dekoder

HD MPEG4 AVC mulai 1 Desember 2008.

Setelah switch off analog, layanan TV digital akan dapat dinikmati

oleh 95% penduduk dan 5% sisanya akan dapat mengakses siaran

yang sama melalui transmisi satelit yang disediakan oleh

pemerintah. Layanan satelit ini akan tersedia mulai Desember

2007. Penonton akan dapat memperoleh siaran dari 20 FTA dan

TV digital berbayar.

Kondisi pasar siaran TV

Di Perancis, TV berbayar telah diperkenalkan oleh Canal+ pada

1984. Setelah Canal+ ada dua operator DTH yaitu TPS dan Canal

Satellite, yang secara kolektif memiliki 4 juta pelanggan. Di

samping itu terdapat sekitar 3,75 juta pelanggan TV kabel, 1 juta

pelanggan di antaranya adalah pelanggan TV kabel melalui

sambungan DSL yang baru saja diluncurkan oleh beberapa

perusahaan seperti Neuf Telecom, Free, dan France Telecom yang

semuanya menyediakan siaran FTA sebagaimana yang dilakukan

juga oleh TPS dan Canal+.

Model Bisnis TV Digital

Saat ini di Perancis terdapat 5 operator multiplex, yang dalam

waktu dekat direncanakan bertambah menjadi 6. Masing-masing

multiplex dapat menyiarkan antara 5-6 channel yang izinnya

g g g

Tanggal Perkembangan migrasi TV Digital 

Maret 2002  70 channel TV mengajukan izin layanan TV digital  

Oktober 

2002  

CSA memilih 20 channel TV digital (untuk menambah channel analog 

existing)  

Juni 2004  Keputusan untuk DTT difinalisasi, switch off analog akan dilakukan 5 

tahun setelah  TV digital dimulai 

Oktober 

2004  

Pemerintah mengeluarkan peraturan yang memberikan sinyal untuk 

menggunakan teknologi MPEG2 bagi TV digital FTA (free to air) 

Oktober 

2004 

Pemerintah mencabut kembali 6 izin yang telah dikeluarkan 

16 Des 04  CSA membuka tender baru untuk 6 channel TV digital 

28 Februari 

2005  

Hari terakhir untuk penerimaan aplikasi izin TV digital (dalam menanggapi 

tender oleh CSA)  

17 May 05  Penerbitan izin baru untuk 6 channel 

Maret 2005  Peluncuran layanan TV digital FTA berbasis MPEG2  

Nov 2005 Peluncuran TV digital berbayar (Pay Digital TV) berbasis MPEG4 

Jan 2006 Sebanyak 1,73 juta  STB terjual sepanjang 2005 

Maret 2006 Hasil uji coba DVB-H diumumkan dengan hasil sangat memuaskan 

Maret 2006 NRJ 12 broadcast mendapat izin untuk melakukan uji coba MHP  

April 2006 CSA memberikan izin untuk melakukan uji coba HD digital TV secara 

terbatas kepada 5 broadcaster untuk perioda 28 Mei-17Juli 2006 

Mei 2006 Pemerintah melakukan proses konsultasi publik untuk melakukan 

peninjauan dan amendmen terhadap UU penyiaran tahun 1986. 

September 

2006 

Uji coba HD digital TV berbasis MPEG-4 secara terbatas tahap kedua oleh 

7 broadcaster untuk perioda September 2006-Januari 2007 

Feb 2007 Majelis Nasional Perancis  menyetujui rancangan undang-undang baru 

bernama Télévision du Futur yang menetapkanswitch off analog dilakukan 

per daerah  mulai 31 Maret 2008 dan selesai 30 Nov 2011. Mulai 

Desember 2007 semua TV yang dijual harus dilengkapi dengan tuner 

digital.  

 

 [Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.16: Perkembangan migrasi TV digital di Perancis

diberikan per channel. Terdapat 3 operator jaringan yaitu TDF,

Antalis dan Towercast yang dipilih oleh operator multiplex.

Pada saat peluncuran TV digital, direncanakan dapat diperoleh

siaran sebanyak 15 kanal ditambah saluran TV berbayar, dengan

target harga langganan sekitar •10 - •15 per bulan.

Dalam model bisnis siaran TV digital di Perancis, kanal siaran

FTA dan TV berbayar disalurkan melalui beberapa multiplex. Kanal-

kanal yang sama pada multiplex bekerja sama membentuk sebuah

operator multiplex. Secara umum CSA telah memberikan izin kanal

berdasarkan kedekatan hubungan (affinity) antarlembaga

penyiaran, dengan cara mengelompokkan kanal dari lembaga

penyiaran yang sama ke dalam multiplex yang sama.

Operator multiplex dapat memilih salah satu dari tiga operator

yang ada, yaitu TDF, Antalis dan Towercast. ART sebagai lembaga

p

Jumlah  channel analog 6 

PSB  France Television  

Jumlah kanal PSB analog  3  

Populasi penduduk 60,1 juta 

Pelanggan TV teresterial 23,5 juta 

Pelanggan TV  15,7 juta 

Pelanggan TV kabel 3.75 juta 

Pelanggan DTH TV 4 juta 

 

 [Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.17: Kondisi pasar siaran TV di Perancis

p

Jumlah  penyedia multiplex 5 sudah beroperasi, direncanakan 6 

Jumlah channel per multiplex  5-6  

Mekanisme pemberian izin Per channel  

Model Bisnis Hybrid, FTA dan TV berbayar 

 

 [Sumber: Analysys] 

Tabel 7.18: Mekanisme pemberian  izin siaran TV di Perancis

yang melaksanakan perencanaan jaringan TV telah

mengidentifikasi site mana yang akan dipergunakan dalam

transmisi siaran. TDF sebagai penyedia jaringan televisi nasional

dalam kenyataanya dapat mengontrol pengopersian site transmisi

dalam jumlah besar, karena sebagian site tersebut saat ini berada

di bawah pengawasannya.

Di Perancis sempat terjadi debat panjang di kalangan stakeholder,

dalam rencana penggunaan standar kompresi MPEG2 atau

MPEG4.10. Pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk

menggunakan MPEG2 pada TV digital FTA dan MPEG4.10 untuk

siaran TV digital berbayar.

Mulai awal 2005, para pelanggan TV digital dapat memperoleh

STB di pasaran dengan harga  sekitar • 30 yang hanya dilengkapi

fungsi dasar (tidak ada fasilitas interaktif). STB dengan

kemampuan lebih lengkap akan mulai dipasarkan kemudian pada

saat pasar TV digital sudah benar-benar siap.

g

Free to Air (FTA) Pay-TV channels 

TF1  AB1  

M6  Comédie !  

Canal+   Cuisine TV  

France 2  Eurosport France  

France 3  LCI  

France 5  Match TV  

Festival  Paris Première  

Arte  TF6  

La Chaîne parlementaire  TPS Star  

Direct 8   

M6 Music  

NRJ TV  

NT1  

TMC  

 

 [Sumber: CSA] 

Tabel 7.19: Siaran TV digital di Perancis

Parameter Teknik TV Digital

CSA dan para broadcaster bersama-sama menentukan parameter

teknik yang digunakan dalam implementasi TV digital. (Tabel.20)

NETWORK OPERATOR

TDF, Antalis, Towercast

MULTIPLEX OPERATORS

For Multiplexes R1 to R6

Public Funds Advertising

Pay TV 

Platform

FTA Channels Pay Channels

Subscribers

Gambar 7.4: Model jaringan siaran TV digital di Perancis [Sumber: Analysys]

 

Operational bands UHF 

Tipe Carrier  8k 

Guard Interval (GI) 1/32 kecuali mux R1 di Paris GI = 1/8 

FEC 2/3 kecuali mux R1 di Paris FEC=3/4 

Modulation 64QAM 

Tipe Jaringan Sebagian besar MFN 

Channel bandwidth 8 MHz 

Compression MPEG-2 dengan MPEG-4pt.10 untuk Pay TV

Middleware MHP (dalam perencanaan & uji coba) 

Layanan Tambahan HDTV, sedang diuji coba 

 

[Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.20: Parameter teknik  siaran TV digital di Perancis

TV Digital penerimaan bergerak

CSA telah memberikan persetujuan untuk uji coba siaran TV untuk

penerimaan bergerak. Ada empat program uji coba: tiga program

menggunakan DVB-H, satu menggunakan T-DMB. Uji coba yang

dipimpin oleh operator TDF menggunakan kanal 37 selama 9 bulan

dimulai 15 September 2005 dan kemudian dalam channel yang

sama dilakukan uji coba yang kedua dipimpin oleh TPS. Uji coba

yang ketiga dipimpin oleh Canal+ menggunakan channel 29

selama 9 bulan. Uji coba ini memberikan hasil yang cukup

memuaskan.

7.1.5. Perkembangan TV Digital di Denmark

Sejak 2002, TV digital sudah mulai dikembangkan di Denmark

dengan dimulainya layanan TV digital terestrial oleh lembaga

penyiaran publik DR, DR2 dan TV2 dalam satu multiplex. Pada

2006 daya cakupan TV digital ini hampir sama dengan cakupan

siaran TV analog. Para pelanggan dapat menikmati layanan

interaktif dalam format DVB-MHP. Pada 22 Juni 2005 pemerintah

Denmark telah mengumumkan pelaksanaan switch off TV analog

pada bulan Oktober 2009.

Uji coba DVB-H telah dilakukan oleh konsorsium PSB Denmarks

Radio, Nokia Corp dan Motorola yang dikoordinasi oleh the

Technical University of Denmark untuk mengirimkan siaran video

dan data melalui ponsel.

Kondisi pasar siaran TV

Dengan jumlah penduduk sekitar 5,5 juta dan populasi pelanggan

TV sebanyak 2,4 juta, Denmark merupakan negara yang memiliki

peluang cukup bagus untuk implementasi TV digital. Perincian

kondisi pasar siaran TV adalah sebagai berikut. (Tabel 7.21)

Parameter Teknik TV Digital

Pemerintah dan para broadcaster bersama-sama telah

menentukan parameter teknik yang digunakan dalam

implementasi TV digital. (Tabel 7.22)

Saat ini siaran TV digital masih bersifat basic, namun uji coba

MHP  sedang dilakukan untuk persiapan siaran TV digital interaktif

di masa mendatang.

7.1.6. Perkembangan TV Digital di Australia

Di Australia telah diluncurkan Digital Action Plan pada 23

November 2006, dengan tujuan untuk memberikan panduan bagi

Australia untuk melakukan transisi ke televisi digital. Rencana aksi

yang diberi nama “Ready, Get Set, Go Digital” berisi garis besar

dalam melakukan langkah-langkah migrasi ke digital, termasuk

Tabel 7.21: Kondisi pasar  siaran TV di Denmark

p

Jumlah Populasi penduduk   5.5 Juta (UN 2003) 

Pelanggan TV terestrial   2.34 Juta (2002) 

Pelanggan TV digital terestrial   Sekitar 600.000 

Pelanggan TV kabel analog   Sekitar 1.3 juta 

Pelanggan TV kabel digital   Sekitar 60.000 

Pelanggan Satelit Digital    Sekitar 500.000 

  

 [Sumber: DVB.org] 

 

  

Lembaga penyedia Multiplex   Direncanakan 4, saat ini baru 1 

Operational Band   UHF 

Tipe Carrier   8k 

Guard Interval   ¼ 

FEC   2/3 

Tipe Modulasi   64QAM 

Model Penerimaan TV   SDTV 

Tipe Network   MFN dengan SFN 

Transmitter ERP (maximum)   50kW 

Middleware   MHP 

Channel bandwidth   8MHz 

 

 [Sumber: DVB.org] 

 

Tabel 7.22: Parameter teknik  siaran TV digital di Denmark

pembentukan badan khusus migrasi yang bernama “Digital

Australia”. Lembaga ini bertugas melakukan koordinasi dengan

pemerintah, kalangan industri, pabrikan, regulator dan konsumen

dalam persiapan migrasi.

Negara ini telah secara resmi menentukan standar DVB-T sejak

2001 dan switch off analog diharapkan dapat terjadi antara  2010

dan 2012. Pemerintah telah melakukan percobaan penyiaran digital

sejak 1998 dan di akhir Juni 2006 diperkirakan sudah lebih dari

1,74 juta digital TV receiver terjual atau sekitar 23% dari 7,6 juta

total populasi penduduk yang memiliki pesawat televisi. Negara

ini juga telah melakukan uji coba DVB-H yang dilakukan oleh Bridge

Networks dan uji coba MHP TV interaktif oleh stasiun TV SBS.

7.2. TV Digital di negara-negara berkembang

Sebagaimana negara-negara maju, sebagian negara berkembang

di dunia juga telah melakukan migrasi siaran TV dari analog ke

digital. Bahkan ada beberapa negara yang sudah menentukan

secara resmi kapan waktu cut off analognya. Alasan utama migrasi

adalah lebih disebabkan karena negara-negara maju sebagai

pemasok utama perangkat penyiaran TV digital telah mulai beralih

ke teknologi digital sehingga mengakibatkan mulai berkurangnya

suplai perangkat dan komponen TV analog.

Alasan lainnya sama dengan negara maju yaitu peluang

peningkatan nilai ekonomis dari implementasi TV digital yang

diakibatkan oleh adanya peningkatan efisiensi daya pemancar dan

efisiensi dalam penggunaan pita frekuensi (bandwidth),

peningkatan kualitas gambar dan suara, penerimaan bergerak

(mobile), konvergensi dengan aplikasi lain (ponsel, komputer),

layanan multimedia, TV interaktif, TV on demand dll.  Dalam sub

bab berikut ini dibahas perkembangan migrasi siaran TV dari di

India, Singapura, Malaysia dan Hongkong yang dapat digolongkan

ke dalam kelompok negara-negara berkembang, khususnya dalam

hal tingkat penguasaan teknologi TV digital.

7.2.1. Perkembangan TV Digital di India

India telah memilih standar DVB-T sejak Juli 1999 setelah

melakukan telaah dan uji coba selama 18 bulan. Stasiun penyiaran

milik pemerintah Doordarshan telah melakukan uji coba di New

Delhi selama tahun 2002 yang diperluas ke Calcutta, Mumbai dan

Chenai. Uji coba DVB-H akan dimulai awal 2007 yang dilakukan

oleh Doordarshan dengan dukungan dari Nokia. DVB-H

dimungkinkan akan menjadi standar tambahan bagi siaran TV

digital di India khususnya untuk penerimaan bergerak. Negara

dengan jumlah penduduk satu milyar ini memiliki jumlah penonton

TV terestrial sekitar 700 juta dan TV kabel sekitar 29 juta.

7.2.2. Perkembangan TV Digital di Singapura

Siaran TV digital telah diluncurkan Singapura sejak Agustus 2004

dan saat ini kurang lebih ada 250.000 rumah yang telah

menikmatinya. Siaran TV digital dipancarkan melalui jaringan TV

terestrial melalui dua jaringan multiplex MFN (Multi Frequency

Network) dan SFN (Single Frequency Network), bermodulasikan

QPSK, 2K untuk penerimaan bergerak dan 64QAM, 8K untuk

penerimaan tetap melalui band UHF. Sejak Juni 2006, MediaCorp

yang merupakan perusahaan penyiaran terbesar di Singapura

bekerja sama dengan  Media Development Authority (MDA) sedang

melakukan uji coba HDTV.  Siaran HDTV ini dipancarkan secara

terestial oleh MediaCorp melalui kanal 38 UHF dan melalui kabel

oleh StarHub. Saat ini MediaCorp menyiarkan 1 kanal mobile TV

dan 5 channel SDTV berbasis teknologi DVB-T.

Jumlah penduduk  4.2 Juta 

Jumlah pemirsa TV  796.000 (2002) 

Pelanggan TV Kabel  250.000 

Satelit digital Tidak diizinkan  

[Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.23: Pasar  siaran TV di Singapur [Sumber: DVB.org]

Kondisi pasar siaran TV

Walau kondisi pasar siaran TV di Singapura termasuk relatif kecil,

dengan jumlah penduduk sekitar 4,2 juta jiwa (tahun 2002) dan

jumlah pemirsa sekitar 796.000, namun negara ini cukup

berpotensi menjadi penentu pasar siaran TV digital. Pasalnya,

beberapa lembaga penyiaran di Singapura telah mengembangkan

bisnisnya di negara lain khususnya di kawasan Asia.

Parameter Teknik TV Digital

Negara ini telah melakukan uji coba siaran TV digital bergerak

sejak 1999 dan dilanjutkan dengan uji coba siaran TV digital

penerimaan tetap pada 2000. Pemerintah telah memberikan izin

penyelenggaraan siaran TV digital mobile pada 1999 namun

peluncuran secara komersial baru dilakukan pada 2001. Uji coba

siaran HDTV juga sudah dilakukan sejak bulan Juni tahun 2006.

Uji coba siaran HDTV ini melibatkan 2.000 pemirsa, 1.000 dari

pemirsa TV digital terestrial dan 1.000 lainnya dari pelanggan TV

kabel. Uji coba dilaksanakan selama jangka waktu enam bulan

dan direncanakan segera dilanjutkan dengan peluncuran layanan

secara komersial.

Operational Band   UHF 

Tipe carrier   2k untuk mobile, 8k untuk fixed 

Guard Interval   1/4 mobile, 1/8 fixed 

FEC   1/2 mobile, 2/3 fixed 

Modulasi   QPSK mobile, 64QAM fixed 

Model Penerimaan   Bebas 

Tipe Network   MFN dan SFN 

Transmitter ERP (maximum)   40kW 

Middleware   OpenTV, direncanakan MHP 

Channel bandwidth   8MHz 

[Sumber: DVB.org] 

Tabel 7.24: Parameter teknik  siaran TV digital di Singapura

7.2.3. Perkembangan TV Digital di Malaysia

Dalam simposium yang diselengggarakan oleh Asia-Pacific

Broadcasting Union Digital TV, di  Kuala Lumpur pada April 2007,

pemerintah Malaysia secara resmi telah mengumumkan untuk

mengadopsi DVB-T sebagai standar bagi siaran TV digital. TV

digital juga sudah dirintis sejak 1998. Mulai November 2006, secara

resmi pemerintah melakukan uji coba siaran digital yang dilakukan

di daerah Klang Valley dengan melibatkan sekitar 1.000 pemirsa

di rumah. Uji coba menggunakan satu multiplex pada channel 44

UHF menggunakan mode 8k, yang mampu menyediakan 5

program TV dan 7 program siaran radio, yang kemudian akan

dikembangkan secara bertahap dengan dana awal 75 juta ringgit.

Selama perioda uji coba ini akan dilakukan beberapa tes termasuk

uji coba layanan interaktif.

Pemerintah juga merencanakan akan mengadakan uji coba HDTV

pada 2009. Pada 2007 pemerintah berencana untuk melakukan

siaran digital secara nasional.

7.2.4. Perkembangan TV Digital di Hongkong

Pemerintah Hongkong telah mengadakan uji coba siaran digital

menggunakan standar ISDB-T, ATSC dan DVB-T pada 1999. Uji

coba siaran digital telah dilakukan untuk sistem DVB-T dan ISDB-

T baik penerimaan tetap maupun penerimaan bergerak sementara

untuk sistem ATSC 8-VSB hanya dilakukan untuk penerimaan

tetap saja. Pada tahun 2000 pemerintah telah mempublikasikan

consultation paper yang pertama dilanjutkan yang kedua pada 5

Desember 2003. Walaupun sistem DVB-T telah dipilih namun

merujuk kepada hasil tanggapan atas consultation paper oleh  ATV

dan TVB, pemilihan standar diundur sambil menunggu

perkembangan standar di China. Sampai saat ini sistim DVB-T

masih digunakan dengan pemahaman bahwa akan segera diganti

dengan perangkat yang kompatibel dengan standar yang

digunakan di China bila sudah tersedia. Di samping itu potensi

model bisnis baru berdasarkan keinginan pasar juga sedang

dijajaki sebelum standar yang baru tersedia.

7.3. Negara-negara  yang mengembangkan Teknologi TV

digital

Ada beberapa negara telah berhasil mengembangkan sendiri

teknologi TV digitalnya, baik yang secara khusus mampu

menciptakan dan membangun teknologinya, maupun yang hanya

melakukan modifikasi terhadap teknologi yang sudah diciptakan

dan dibangun oleh negara lain.

Amerika Serikat (AS) dikenal pengembang teknologi ATSC, Jepang

mengembangkan teknologi ISDB-T, China mengembangkan

teknologi DMB-T dan Korea Selatan (Korsel) mengembangkan

teknologi T-DMB.

Alasan utama mereka melakukan migrasi dengan

mengembangkan sendiri atau melakukan modifikasi karena

potensi pasar domestiknya besar. Alasan ini terkait dengan nilai

tambah yang akan didapat untuk ekonomi domestiknya bila

mengimplementasikan TV digital menggunakan standar yang

dikembangkan sendiri.

7.3.1. Perkembangan TV Digital di Amerika Serikat

Negara ini berhasil mengembangkan sendiri teknologi TV digital

ATSC (Advanced Television Systems Committee). Sistem ini

diberlakukan sejak 16 Desember 1995, ditandai dengan dirilisnya

dokumen A/53 tentang Standar Televisi Digital oleh ATSC. Setelah

AS memakai sistem itu lantas menyusul beberapa negara seperti

Kanada, Meksiko, Korsel dan terakhir Honduras sejak 16 Januari

2007.

7.3.2. Perkembangan TV Digital di Jepang

Jepang yang dikenal sebagi negara yang mengembangkan

teknologi ISDB, memiliki potensi pasar siaran TV yang tinggi. Sejak

diperkenalkan setengah abad lalu, TV siaran terestrial telah menjadi

pilihan utama bagi masyarakat Jepang dalam memperoleh

informasi melalui TV. Walaupun luas daratan di Jepang hanya ¼

luas daratan AS misalnya, namun kondisi topografi yang sebagian

besar pegunungan dan memiliki banyak pulau yang terisolasi,

membuat negara ini memerlukan stasiun relai yang relatif banyak,

hampir dua kali yang dibutuhkan AS.

Sebagian dari stasiun tersebut bahkan memerlukan frekuensi yang

berbeda-beda untuk mengurangi interferensi. Kondisi seperti inilah

yang membuat teknologi TV digital terestrial menjadi hal yang

sangat penting dan menjadi harapan bagi solusi keterbatasan

jumlah siaran.

Perkembangan TV digital di Jepang secara resmi ditandai dengan

dikeluarkannya keputusan mengenai proses perizinan stasiun

penyiaran digital terestrial pada 27 September 2002 oleh MPHPT

(the Ministry of Public Management, Home Affairs, Posts and

Telecommunications). Keputusan itu sejalan dengan rencana

dasar penyiaran untuk melakukan migrasi penyiaran analog ke

digital secara dini dan lancar. Pelaksanaan siaran dilakukan pada

2003 di kota-kota metropolitan Kanto, Chukyo dan Kinki, dan

daerah lain pada 2006.

Perizinan itu mensyaratkan paling tidak dua kondisi yaitu penyiaran

program sebagaimana yang secara umum ada dalam siaran

analog, dan penyiaran program seperti pada penyiaran HDTV.

Dalam hal ini stasiun penyiaran harus memerhatikan sejumlah

kewajiban antara lain; menyediakan siaran simulcast identik

seperti pada siaran analog paling tidak 2/3 dari waktu siaran harian,

harus menyediakan siaran HDTV paling tidak 50% dari siaran

mingguan, dan paling tidak 10% dari siaran mingguan harus

mengandung unsur program edukasi dan 20% mengandung

unsur budaya. Pengajuan aplikasi izin siaran digital dimulai pada

11 November 2002.

Menindaklanjuti aplikasi yang telah dilakukan oleh NHK dan 16

lembaga penyiaran swasta, pada 18 April 2003, MPHPT telah

mengeluarkan izin siaran TV digital kepada total 20 lembaga

penyiaran di daerah Kanto, Chukyo, dan Kinki. Penyiaran digital

terestrial ini termasuk siaran HDTV, data broadcasting, dan

layanan EPG (Electronics Program Guide) serta beberapa

layanan baru seperti multi-channel broadcasting, interactive

programs, dan broadcasting for mobile technologies.

Penyiaran dilakukan melalui 8 channel UHF (channel 20-27) di

daerah Kanto (Tokyo) dan 7 channel UHF (channel 13, 18-23) di

daerah Chukyu (Nagoya) dan 7 UHF channel (13-18, dan 24) di

daerah Kinki (Osaka).

Sejak dikeluarkannya izin ini, perkembangan siaran TV digital di

Jepang berlangsung sangat cepat, yang ditandai dengan uji coba

implementasi siaran HDTV melalui penerimaan bergerak dan TV

digital yang dilengkapi akses Internet.

Pada 29 Januari 2003, dengan dukungan dari  Toyota CRDL Inc

dan Telecommunication Advancement Organization of Japan

(TAO) telah dilakukan uji coba siaran untuk penerimaan bergerak

di Nagoya. Hasil yang didapat sangat memuaskan. Siaran HDTV

dapat ditangkap dengan bagus walau pesawat penerima bergerak

di daerah perkotaan di antara bangunan-bangunan yang tinggi.

Uji coba menggunakan high-sensitivity glass antenna yang

dipasang di kendaraan ini dilakukan di channel 15 UHF, mode 3,

dengan guard interval 1/8, modulasi 64QAM, coding rate 3/4, dan

13 segments menggunakan bandwidth 6 MHz. Data bit rate yang

digunakan adalah 18 Mbps (dengan sebuah bit rate HDTV 15

Mbps). [www.dibeg.org].

Pada September 2004 diluncurkan layanan multikanal ETV

(Educational TV channel), menggunakan siaran TV digital.

Penonton dapat menikmati dua sampai tiga siaran saluran pada

saat bersamaan hanya dengan menggunakan satu channel HDTV.

ETV-1 bersiaran simulcast (analog dan digital secara bersamaan)

sementara ETV-2 dan ETV-3 dikhususkan untuk menyiarkan

beberapa variasi program seperti ilmu pengetahuan, hobi,

permainan dan program latihan bahasa asing.

Saat ini sejalan dengan sangat tingginya penetrasi layanan

broadband di Jepang yaitu sekitar 23,2 juta (data akhir Maret 2006)

– berarti lebih dari setengah rumah tangga di Jepang sudah

menikmati layanan broadband, dimana lebih dari 87% - nya adalah

layanan mobile broadband – perkembangan TV digital juga sangat

dipengaruhi olehnya. Bahkan menurut NTT, pemerintah sedang

menyiapkan “Roadmap for Building the Next-Generation Network

(NGN).

Perkembangan lanjut “jaringan generasi mendatang” itu antara

lain jaringan telepon tetap yang akan bermigrasi ke jaringan

berbasis Internet Protocol (IP-based networks) yang kemudian

akan dikombinasikan dengan jaringan komunikasi mobile secara

menyeluruh. Jaringan telepon lokal akan menjadi jaringan

broadband yang dihubungkan dengan jaringan FTTH (fiber to the

Home) dan jaringan penyiaran TV analog akan bermigrasi secara

total ke siaran TV digital. Saat ini perjalanan menuju konvergensi

komunikasi dan penyiaran, dan bahkan konvergensi beragam

teknologi seperti jaringan kabel dan nirkabel dan komputer dan

barang-barang elektronik sedang mengalami proses yang sangat

cepat dan signifikan di Jepang. [www.soumu.go.jp].

Sejak April 2006, Jepang juga sudah mengimplementasikan

layanan one-seg service yang menggunakan satu dari 13

segment pada total satu  bandwidth 6Mhz UHF, yang dipergunakan

oleh siaran TV digital (5,6 MHz digunakan untuk penerimaan tetap

dan dan 429 kHz untuk penerimaan bergerak). Siaran ini mampu

mengirim informasi gambar dari TV digital terestrial ke ponsel,

pesawat penerima siaran TV di mobil,  komputer dan sebagainya.

Layanan ini juga dilengkapi “sistem peringatan dini”. Fasilitas

layanan ini sangat membantu bila terjadi keadaan darurat misalnya

gempa bumi dan angin topan, karena memberikan informasi

mengenai rute evakuasi, keamanan anggota keluarga dsb,

walaupun penerimaan sinyal pesawat telepon kurang baik.

Direncanakan pada awal 2007 seluruh rumah tangga di Jepang

sudah bisa menerima layanan TV digital dan direncanakan siaran

analog akan dimatikan secara total pada 24 Juli 2011.

7.3.3. Perkembangan TV Digital di China

China yang merupakan negara dengan jumlah pemilik TV

terbanyak di dunia yaitu sekitar 340 juta, memiliki strategi migrasi

TV digital melalui tiga tahapan. Tahap pertama yaitu peluncuran

TV kabel digital pada 2003. Tahap kedua peluncuran layanan DTH

dan uji coba TV digital terestrial pada 2005. Tahap ketiga

mempromosikan layanan TV digital terestrial dan menyediakan

program HDTV pada 2008. China sudah merencanakan untuk

melakukan swich off layanan TV analog pada 2015.

Pada 18 Agustus 2006, pemerintah China, mengeluarkan standar

untuk penyiaran TV digital terestrial. Standar dengan nomor

GB20600-2006 tersebut bernama Framing structure, Channel

Coding and Modulation for Digital Television Terrestrial

Broadcasting. Standar tersebut dikenal dengan nama DMB-T/H

(Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial/Handheld). Standar

ini dihasilkan atas kerja sama dua universitas kenamaan di China

yaitu Tsinghua University yang berlokasi Beijing dan Jiaotong

University yang berada di Shanghai.

Standar ini merupakan integrasi dari pengembangan dua sistem

modulasi yang berbeda: sistem milik Tsinghua yaitu TDS-OFDM

(Time Domain Synchronous OFDM) yang menggunakan

multicarriers seperti pada DVB-T dan ISDB-T milik Jepang, dengan

milik Jiatong yang menggunakan ADTB-T (Advanced Digital

Television Broadcast Terrestrial) yang merupakan single carrier

vestigial sideband system berbasis pada standar 8-VSB milik AS.

Regulator industri penyiaran China SARF (State Administration

of Radio, Film and Television in China) juga mengabarkan

pengembangan teknologi yang memungkinkan penyelenggara

layanan ponsel melakukan penyiaran TV untuk ponsel. Standar

baru tersebut bernama StiMi (Satellite Terrestrial Interactive Multi-

service Infrastructure) yang saat ini sudah mulai digunakan secara

luas di China.

7.3.4. Perkembangan TV Digital di Korea Selatan

Negeri ini pada 1997 mengadopsi standar ATSC berbasis modulasi

8-VSB dari AS, yang diluncurkan secara komersial di Seoul dan

dikembangkan di sekitar Provinsi Kyonggi pada 2002. Pada 2003

komunitas penyiaran Korea, dibawah koordinasi Badan Penyiaran

Korea melakukan peninjauan kembali standar ATSC karena

kualitas teknologinya dinilai kurang memuaskan. Namun setelah

melalui beberapa uji coba dan diskusi di beberapa level pengambil

keputusan dalam kalangan industri, penggunaan standar ATSC

tetap dipertahankan.

Sejak 2003 di samping terus melakukan roll out berbasis standar

ATSC yang difokuskan kepada uji coba ATSC-HDTV, beberapa

kalangan juga melakukan uji coba beberapa standar khususnya

untuk penerimaan bergerak baik DVB-H maupun standar baru

berbasis DAB yaitu T-DMB (Terrestrial-Digital Multimedia

Broadcasting).

Walau pemerintah Korsel sedang berkonsentrasi untuk

mengembangkan teknologi DMB, pada 2005 dibentuk suatu satuan

tugas untuk melakukan uji coba DVB-H yang beranggotakan unsur

dari Kementerian Informasi dan Komunikasi, Komisi Penyiaran

Korea), KBS (Korean Broadcasting System) dan lainnya. Uji coba

ini dilaksanakan sampai pertengahan 2005.

Standar TV digital T-DMB yang diluncurkan pada 1 Desember 2005

lebih menitikberatkan pada aplikasi penerimaan bergerak (mobile)

dengan memanfaatkan jaringan DAB. Sistem ini mulai

berkembang setelah mendapat dukungan yang kuat dari para

pelaku industri manufaktur yang memproduksi perangkat-

perangkat elektronik seperti ponsel, perangkat navigasi GPS,

komputer, kamera digital, pemutar MP3 dan set-top box yang

modul-modulnya dikembangkan untuk dapat bersinergi dengan

teknologi T-DMB ini.  Setelah 6 bulan diluncurkan sistem berbasis

T-DMB diperkirakan telah memiliki 1 juta konsumen.  Awal 2007

ini paling tidak ada 7 kanal televisi dan 13 kanal radio yang telah

beroperasi menggunakan teknologi ini.

7.4.5. Perkembangan TV Digital di Brasil

Pemerintah Brasil yang menyadari bahwa potensi pasar TV

domestiknya sangat besar – lebih dari 120 juta penonton TV –

sejak semula telah merencanakan untuk memiliki standar TV

digital sendiri. Penjajakan pun telah dilakukan terhadap

kemungkinan penggunaan standar TV digital yang sudah ada yaitu

ISDB, ATSC 8-VSB dan DVB-T. Namun, upaya untuk

mengembangkan standar sendiri masih terus diintensifkan di

tengah keterbatasan dana penelitian.

Setelah melalui serangkaian uji coba, telaah mendalam terhadap

sistem DVB, ATSC dan ISDB dan studi banding ke Eropa, AS dan

Jepang, pemerintah Brasil mengambil keputusan. Pada 29 Juni

2006 Presiden Luiz Inaciao Lula da Silva menandatangani

keputusan akhir penggunaan standar baru TV digital untuk

negerinya. Standar yang bernama Sistema Brasileiro de Televisao

Digital Terrestre (SBTD-T) ini berbasis ISDB-T dari Jepang yang

dikembangkan berdasar permintaan khusus dari Brasil, atas kerja

sama dengan pemerintah Jepang. Standar ini menggunakan

kompresi baru berbasis MPEG-4, H.264 AVC dan  Brazilian

Middleware.

Sistem yang mirip ISDB-T ini mampu mentransmisikan beberapa

program video dengan bit rate rendah ke pesawat penerima yang

bersifat mobile dan pada saat bersamaan dapat mengirimkan

sinyal video kualitas lebih tinggi ke pesawat penerima tetap.

Sistem ini juga mampu mengirim sinyal ke perangkat ponsel tanpa

harus melalui infrastruktur jaringan telekomunikasi, yang membuat

sistem ini sangat menarik bagi para pelaku industri penyiaran.

Dalam perjanjian antara pemerintah Brasil dan Jepang ditawarkan

pengecualian dalam pembayaran royalti kepada pemerintah

Jepang dan pembangunan fasilitas pabrik semikonduktor di Brasil

sebagai kompensasi penerapan teknologi berbasis ISDB-T ini.

Di samping itu lembaga keuangan Jepang JBIC bekerja sama

dengan bank pembangunan Brasil, BNDES, memfasilitasi

peralihan standar TV analog PAL-M menjadi SBTD-T.

Diperkirakan masa peralihan TV digital ini akan dapat

diimplementasikan di seluruh Brasil dalam waktu sepuluh tahun.

Namun beberapa kalangan di Brasil mengangap bahwa keputusan

pemilihan standar berbasis ISDB-T ini akan sangat memberatkan

para pemilik TV, sebab harga pesawat penerima (STB) relatif

mahal karena belum ada negara lain yang mengadopsinya.

Brasil yang merupakan negara pertama di luar Jepang yang

mengadopsi standar ISDB-T diperkirakan akan terus bekerja sama

dengan Jepang dalam pembangunan dan pengembangan sistem

tersebut agar lebih sempurna dan sesuai yang diharapkan.

JPenerapan Sistem Penyiaran

TV Digital di negara kita 

BAB 8

8.1. Media akses informasi TV

Jaringan media informasi TV merupakan salah satu sarana

media informasi yang paling banyak penggunanya di

negara kita . Bahkan penetrasi penyebaran pengguna atau

Jumlah kepemilikan TV sebanyak itu tentu saja merupakan pasar

yang sangat potensial bagi Industri teknologi, informasi dan

komunikasi (TIK)  dan TV digital. Media TV digital akan bisa

dimanfaatkan sebagai salah satu media akses informasi yang

memiliki prospek tinggi di samping media akses informasi

internet.

Media TV digital bakal menjadi salah satu alternatif teknologi

transpor digital yang mampu membawa muatan konten yang besar

di masa mendatang. Dengan penambahan fitur-fitur interaktif dan

pemirsa TV di negara kita  lebih merata dibanding dengan pengguna

media informasi lain seperti internet dan telepon tetap (fixed

telephone). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2004,

jumlah pesawat televisi di negara kita  antara 69 – 147 buah per

1.000 penduduk. Dengan populasi negara kita  dewasa ini sekitar

230 juta orang, maka jumlah pesawat TV berkisar antara 16 juta

– 33,8 juta buah.

sesuai kebutuhan penggunanya, seperti video on demand,  maka

media TV akan menjadi salah satu pesaing atau komplementari

bagi teknologi akses broadband lainnya.

Berdasarkan Data Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi

BPPT 2005 mengenai tingkat aksesibilitas informasi di negara kita ,

angka akses ke informasi sudah berkisar antara 40 - 50 juta saluran

yang berasal dari berbagai media akses seperti telepon tetap,

telepon seluler, televisi,  radio serta dari media wireless lainnya. Di

era digital saat ini aspek yang paling tepat untuk melihat indikator

pengguna TIK adalah bukan lagi hanya melalui penetrasi telepon

tetapi “accessibility numbers”.

Istilah tingkat penetrasi pengguna telepon kini juga sudah tidak

dipakai lagi oleh International Telecommunication Union (ITU) dan

badan-badan regulator lainnya, dan diganti dengan istilah

aksesibilitas yaitu apakah masyarakat bisa atau tidak mendapatkan

akses informasi. ITU menyatakan, aksesibiltas ke sumber informasi

di jaringan internet tidak selalu harus melalui fixed telepon. Akses

atau penyebaran informasi juga bisa melalui berbagai media seperti

jaringan TV.

Akses informasi berbasis teknologi internet yang cukup popular

saat ini adalah melalui broadband wireless. Akses ini –

disebut hot spot atau wifi yang menggunakan kanal frekuensi radio

2,4 GHz ke atas – lebih banyak dinikmati masyarakat di kota-kota

besar. Bagi masyarakat negara kita , terlebih yang tinggal di kota

kecil dan terpencil atau di desa,  infrastruktur broadband nirkabel

selain terbatas juga mahal. Data 2006 menyebut, biaya minimum

per jam akses internet melalui telepon (dial up) Rp 6.000 dengan

bit rate rata-rata 56 Kbps, sedangkan biaya broadband wireless

rata-rata mencapai Rp 2.000.000 per bulan dengan bit rate 64-

128 Kbps.

Konverjensi antara teknologi telekomunikasi dan penyiaran sudah

tidak bisa dihindarkan. Hal ini tampak dengan menyatunya akses

multi layanan aplikasi berbagai jenis data dan informasi melalui

beragam Infrastruktur jaringan, baik itu jaringan telekomunikasi,

jaringan internet-data maupun jaringan penyiaran.  Jadi, akses ke

program TV tidak lagi harus  melalui jaringan TV tetapi bisa melalui

jaringan internet atau jaringan telepon bergerak. Begitu pula akses

ke jaringan internet-data tidak selalu harus melalui komputer yang

terhubung ke internet, tapi pula bisa melalui ponsel atau televisi di

rumah dengan TV interaktif. Fenomena konverjensi inilah yang

disebut dengan “Open Platforms Access”.

Sistem jaringan TV digital untuk akses televisi di rumah diarahkan

menjadi layanan  multimedia. Artinya layanan ini bisa sekaligus

untuk keperluan telefoni, akses data internet, juga siaran televisi

dengan kualitas gambar yang semakin mendekati realita melalui

pesawat TV –Ultra High Definition. Perkembangan layanan ini

biasa disebut dengan konsep “extended home”, dimana para

pengguna bisa menikmati akses berbagai konten multimedia (data

teks, suara, audio dan video). Selain itu, layanan TV digital tidak

lagi melulu bersifat fixed access, tetapi juga mobile access yang

bisa digunakan kapan saja, di mana saja hanya dengan

menggunakan satu terminal saja. (Lihat gambar 6.2)

8.2. Kesenjangan Informasi

Masyarakat negara kita  masih belum semuanya dan juga belum

sepenuhnya dapat memanfaatkan TIK, khususnya teknologi

internet dengan mudah dan murah dibandingkan dengan

masyarakat di negara-negara tetangga dekat seperti Malaysia,

Singapura, Australia dan bahkan Filipina. Padahal internet sangat

penting untuk mengakses informasi publik yang bermanfaat seperti

informasi pendidikan, kesehatan ataupun informasi lainnya yang

bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Perkembangan TIK saat ini hanya bisa dirasakan di kota-kota besar

di Jawa dan hanya di beberapa ibukota provinsi di luar Jawa. Untuk

daerah yang berada di luar kota besar, kondisinya masih jauh dari

memadai dalam akses internet dengan mudah dan murah. Kondisi

inilah yang sering disebut dengan “kesenjangan (informasi) akses

digital” alias digital divide.

Apa boleh buat. Jangankan kesenjangan digital, kesenjangan

analog pun masih sangat terasa. Masyarakat di daerah perbatasan,

terpencil dan tertinggal masih sulit memperoleh siaran televisi.

Hampir semua program TV nasional yang disiarkan dari Jakarta

dan ibukota provinsi cakupannya hanya bisa diterima di ibukota

provinsi saja. Ada saluran nasional TVRI tetapi jangkauan dan

waktu siarannya masih sangat terbatas. Kesenjangan akses ini

sangatlah ironis apabila dikaitkan dengan akses informasi yang

bersifat strategis seperti pendidikan, kesehatan dan berita-berita

peringatan bencana atau  early warning.

Masyarakat di kota besar lebih diuntungkan. Mereka bisa lebih

mudah dan bisa lebih murah dalam mendapatkan akses informasi

dan membeli perangkat TIK dan TV. Di sisi lain pendapatan per

kapita masyarakat di kota besar umumnya lebih besar dibanding

masyarakat di daerah. Namun, dalam menempuh sistem

penjenjangan  pendidikan yang bersifat nasional, masyarakat

daerah diperlakukan sama dan setara dengan masyarakat di kota

besar. Tentu saja sistem ini  sangat merugikan masyarakat di

daerah yang kurang mendapatkan layanan akses informasi yang

seharusnya bersifat universal.

Berdasarkan realita tersebut, tak heran peringkat DOI (Digital

Opportunity Index) negara kita , yang dibuat ITU, berada di posisi

ke-38, di bawah Singapura (peringkat 8), Malaysia (24), Thailand

(29) dan Filipina (37). DOI merupakan salah satu indikator dari

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada suatu

negara. DOI diukur berdasarkan 3 kategori yaitu peluang,

infrastruktur dan utilitas. Ini berarti negara kita  tergolong sebagai

salah satu negara yang tingkat kesenjangan digitalnya masih cukup

tinggi.

Peringkat tersebut bisa ditingkatkan bila Pemerintah pusat dan

daerah mampu mendayagunakan seluruh potensi dan sumber

daya manusia yang dimiliki untuk bersama-sama menciptakan

peluang, memanfaatkan segala utilitas dan infrastruktur yang ada.

Upaya bersama itu lebih khusus terfokus pada penguasaan dan

pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (TIK). Sudah

menjadi pengetahuan umum bahwa di era informasi keunggulan

dan kemajuan sebuah negara diukur dari aspek ini, yang berbasis

masyarakat ber-ilmu pengetahuan (knowledge-based

communities).

Kunci keberhasilan pemanfaatan TIK, pertama adalah membangun

infrastruktur jaringan TIK sebanyak mungkin di daerah-daerah, baik

itu jaringan telefoni, jaringan internet sampai jaringan TV.  Kedua,

memperbanyak pemanfaatan piranti lunak  sistem operasi dan

sistem aplikasi yang berbasis open source. Ketiga, digitalisasi dan

memperbanyak konten yang bersifat lokal, khususnya konten ilmu

pengetahuan, sehingga bisa diakses secara cepat, baik oleh

terminal komputer ataupun TV.

Pada saat ini pipa jaringan untuk akses internet dan TV memang

belum menyatu. Artinya saluran transmisi untuk mengakses data

dan TV-video secara fisik masih berbeda protokol jaringannya. Hal

ini dikarenakan belum terpadunya kebijakan atau regulasi,

mahalnya bandwidth dan aspek-bisnisnya. Namun, dengan

perkembangan teknologi TV digital dan akses broadband internet

generasi terbaru atau yang disebut dengan Next Generation

Convergence Networks (NGcN) yang semakin murah dan cepat

maka satu pipa dengan multi konten akan lebih mudah disatukan.

8.3 Sistem Penyiaran TV Nasional

Sistem penyiaran TV merupakan sarana penyebaran informasi

yang paling ampuh di antara media lainnya. Keunggulannya dalam

menyajikan sekaligus teks, suara, dan gambar bergerak, serta

kecepatannya dalam mengirim informasi itu, menjadikan media

ini alat yang amat efisien dan efektif dalam mempengaruhi opini

publik. Dengan demikian keberadaan media ini sangat strategis,

baik bagi rakyat maupun pemerintah, sehingga diperlukan

pengaturan tersendiri.

Dunia penyiaran televisi diatur berdasarkan Undang-Undang

Republik negara kita  Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Pada

pasal 13 ayat 1 tentang jasa penyiaran dinyatakan bahwa jasa

penyiaran terdiri atas Jasa Penyiaran Radio dan Jasa Penyiaran

Televisi. Kemudian pada ayat (2) dinyatakan bahwa Jasa Penyiaran

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh :

- Lembaga Penyiaran Publik

- Lembaga Penyiaran Swasta

- Lembaga Penyiaran Komunitas dan

- Lembaga Penyiaran Berlangganan

Dinyatakan dalam UU tersebut bahwa yang dimaksud dengan

Sistem Penyiaran Nasional adalah tatanan penyelenggaraan

penyiaran nasional berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku menuju tercapainya asas, tujuan, fungsi,

dan arah penyiaran nasional sebagai upaya mewujudkan cita-cita

nasional sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik negara kita  Tahun 1945. Sedangkan

Tatanan Informasi Nasional yang adil, merata, dan seimbang

adalah kondisi informasi yang tertib, teratur, dan harmonis terutama

mengenai arus informasi atau pesan dalam penyiaran antara pusat

dan daerah, antarwilayah di negara kita , serta antara negara kita  dan

dunia internasional.

Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan

manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral,

kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan,

serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya negara kita .

Berpijak kepada makna dan tujuan sistem Penyiaran nasional, itu

jelas bahwa masyarakat haruslah terbantu dengan adanya

informasi yang berasal dari siaran televisi dan radio, sehingga

masalah kesenjangan informasi di negara kita  bisa teratasi melalui

siaran televisi dan radio.

Namun, kondisi penyiaran televisi nasional dewasa ini masih jauh

dari harapan yang diinginkan dalam UU No 32/2002 tersebut,

ditinjau dari aspek budaya, sosial, ekonomi, ideologi, politik, dan

keamanan negara. Dari sisi sosial, ekonomi dan budaya tampaknya

dunia penyiaran TV nasional masih didominasi oleh kepentingan

bisnis-ekonomi dibandingkan dengan sisi edukasinyaMemang

diakui bahwa untuk menghasilkan suatu konten program TV

membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Salah satu stasiun TV menyebut angka Rp. 50.000.000 untuk

membuat suatu program yang sangat sederhana seperti peliputan

dengan waktu tayang 1 jam. Di sisi lain, terjadi  persaingan sengit

antarstasiun TV dalam berebut iklan di program prime time. Karena

itu sulit dihindari faktor bisnislah yang menentukan bentuk konten

dalam suatu program.

Faktor bisnis semata tentunya dapat berpengaruh kurang baik

karena mengakibatkan program siaran, termasuk juga produksi

lokal, lebih bermuatan budaya konsumtif,  dan kurangnya muatan

inovatif, edukatif dan variatif. Di samping itu kuatnya budaya asing

dalam konten yang terkadang bertentangan dengan budaya dan

etika nasional kita.

Keterbatasan cakupan siaran juga berdampak kurang

menguntungkan dari sisi politik dan pertahanan negara. Masih

banyak daerah terpencil, dan daerah-daerah perbatasan yang

belum bisa menikmati secara utuh siaran nasional TVRI, dan

stasiun televisi swasta. Di daerah perbatasan dengan Malaysia di

Kalimantan, misalnya, tidak bisa menerima siaran nasional.

Sedangkan program siaran TV dari Malaysia hampir seluruh

kanalnya bisa diterima dengan jelas dan baik kualitasnya. Hal ini

bisa mengakibatkan kurang tercapainya keseimbangan informasi

bagi masyarakat di daerah-daerah perbatasan dan terpencil

tersebut, yang bisa berpengaruh negatif pada ketahanan nasional.

Memang tidak semua program-program siaran televisi nasional

belum memuaskan masyarakat.

Ada beberapa program TV nasional yang cukup baik dan edukatif.

Hanya sayangnya jumlah program tersebut masih terbatas serta

kemasannya kurang menarik. Boleh dikata, hampir semua

penyelenggara siaran “berwajah” sama, kecuali satu yang

mengkhususkan program siarannya bersifat informasi yang

informatif dan berita atau “news TV”. Umumnya semua program

siaran TV memiliki karakter yang hampir sama sehingga

keberagaman isi siaran (diversity of content) hampir tidak ada

walaupun jumlah lembaga penyiaran sudah begitu banyak.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

pemanfaatan penyiaran TV nasional masih belum mendukung

program siaran yang memberi edukasi kepada masyarakat secara

optimal, yaitu berorientasi pada pendidikan demi nation and

character building. Kondisi penyiaran televisi baik yang berada di

pusat maupun di daerah, sedang mengalami euforia kebebasan

yang luar biasa. Mereka kurang memahami tanggung jawab yang

inheren dalam kebebasan tersebut. Ada kecenderungan,

khususnya penyelenggara penyiaran di daerah, masih belum

memahami secara menyeluruh arti, hakikat dan tujuan dari sistem

Penyiaran Nasional.

8.3.1. Indikator Sistem Penyiaran TV Nasional

Pada saat ini jumlah penyelenggara siaran TV nasional ada  11

stasiun yang terdiri dari 1 lembaga penyiaran TV publik yaitu TVRI

dan 10 Lembaga Penyiaran TV swasta yaitu (sesuai abjad):

ANTV  (Anteve) ,Global TV (TVG), Indosiar, Lativi, Metro TV, RCTI,

SCTV, TPI, Trans TV dan TV7. Selain itu, terdapat kurang lebih 70

penyelenggara siaran TV lokal.

Semua penyelenggara siaran itu menggunakan jaringan transmisi

terestrial free to air terestrial. Standar sistem transmisi TV analog

di negara kita  adalah Analogue transmission  625 lines System B

(VHF, channels 2-12) atau System G (UHF channels 21-69,

channels 22-62) yang secara resmi dialokasikan untuk

pemanfaatan siaran TV dengan PAL colour.

Ada pula siaran TV yang bisa diterima melalui satelit dan kabel

dengan menggunakan sistem berlangganan (Pay per View TV).

Penyelenggara siaran TV-berlangganan adalah : Indovision,

Telkomvision, Astro, dan Cablevision, dengan total pelanggan

diperkirakan sekitar 1 juta.

Hampir semua stasiun nasional telah memanfaatkan teknologi

digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk

memproduksi program, melakukan editing, perekaman dan

penyimpanan data. Di samping itu untuk pengiriman sinyal gambar,

suara dan data sekalipun telah digunakan sistem transmisi digital

melalui satelit yang umumnya dimanfaatkan sebagai siaran TV

berlangganan. Sistem transmisi digital melalui satelit ini

menggunakan standar DVB-S (Digital Video Broadcast-Satellite).

Sistem transmisi melalui satelit siaran TV-berlangganan juga

dikirimkan melalui transmisi kabel yang di beberapa lokasi sudah

menggunakan sistem digital dengan memanfaatkan standar DVB-

C (Digital Video Broadcast -Cable).

8.3.2. Kondisi Kanal TV

Layanan TV terestrial di negara kita  sampai saat ini masih

sepenuhnya menggunakan sistem analog. Standar TV analog yang

digunakan untuk VHF adalah PAL-B dengan bandwidth 7 MHz.

Penggunaan pita VHF diawali oleh TVRI sebagai stasiun penyiaran

nasional, dan saat ini jangkauan siarannya telah mencapai sekitar

80% wilayah negara kita . Dengan penetrasi yang sedemikian besar,

dapat dikatakan penggunaan kanal VHF untuk penyiaran TV di

negara kita  sudah padat.

Dengan padatnya pita VHF, pilihan selanjutnya adalah

menggunakan pita UHF. Keperluan penggunaan pita UHF juga

didorong dengan munculnya layanan TV swasta. Secara perlahan

sejak 1990 dilakukan pembuatan master plan frekuensi TV UHF,

di mana standar TV analog yang digunakan untuk UHF adalah

PAL-G dengan bandwidth 8 MHz. Pada perencanaan awal

disediakan7 kanal frekuensi UHF untuk 5 penyelenggara TV swasta

nasional dan 2