celah kerawanan digital

Tampilkan postingan dengan label celah kerawanan digital. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label celah kerawanan digital. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 November 2024

celah kerawanan digital


 



Kesenjangan digital menjadi isu yang penting dan mendesak di negara berkembang selama 

pandemi COVID-19. Isu ini  di negara kita  sangat penting untuk segera ditemukan solusi 

yang tepat. Dengan pesatnya perkembangan telekomunikasi dan semakin murahnya 

teknologi informasi, terutama internet, diharapkan mampu mengurangi masalah 

kesenjangan digital. Hingga saat ini diskursus mengenai kesenjangan digital lebih banyak 

diasosiasikan pada ketersediaan akses dan infrastruktur, padahal kemampuan digital yang 

mumpuni menjadi prasyarat kesetaraan digital. riset  ini  menelaah 

bagaimana kondisi kesenjangan digital di negara kita  dan solusi yang dihadirkan oleh baik 

pemerintah atau individu untuk mengatasi kesenjangan digital. Kualitatif deskriptif menjadi

metode yang dipakai  dalam riset  ini, dipakai  untuk menjelaskan bagaimana 

kondisi kesenjangan digital antarprovinsi dan wilayah di negara kita  dan apa saja solusi yang 

telah dilakukan dalam menangani kesenjangan digital di negara kita . riset  ini 

menyimpulkan bahwa peningkatan akses internet di negara kita  belum disertai kesiapan 

kemampuan digital warga nya. Kemampuan digital mencakup motivasi untuk bisa 

lebih produktif memanfaatkan internet, mendapatkan informasi yang bermanfaat, serta 

memakai nya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan perekonomian.Pandemi Covid-19 memberikan dampak buruk. Namun, di lain sisi terdapat sisi positif yang 

muncul yakni percepatan perkembangan teknologi digital. biasanya  teknologi hanya tersedia 

bagi mereka yang dapat mengaksesnya. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan dengan 

berkegiatan secara daring muncul masalah baru, yakni kesenjangan digital, baik antarwilayah 

maupun antarstrata-sosial. Digitalisasi yang berkembang pesat erat kaitannya dengan kebutuhan 

tenaga kerja dengan keahlian TIK khusus, namun  pendidikan dan pelatihan yang ada belum cukup 

untuk memenuhi permintaan skill digital yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Bila hal ini terus 

terjadi, dapat menyebabkan kesenjangan perkembangan kemajuan teknologi, sehingga terjadi 

ketidakmerataan sektor perekonomian, pendidikan dan kesejahteraan warga .

Kesenjangan digital telah menjadi isu bagi dunia internasional. Pada akhir tahun 2020, 

International Telecommunication Union (ITU, 2020) memperkirakan sekitar 2,9 miliar orang di 

dunia masih belum terhubung internet (offline). Situasinya jauh lebih buruk di negara-negara 

terbelakang di mana rata-rata dua dari setiap sepuluh orang yang mendapatkan akses online. 

Menilik balik sejarah, berawal dari kemunculan internet tahun 1990-an, saat itu internet masih 

dinikmati oleh kelompok sosial ekonomi tinggi sehingga memicu diskriminasi sosial baru .

Istilah kesenjangan digital atau digital divide menjadi perdebatan. berdasar  informasi 

dari National Telecommunications and Information Administration (NTIA) di bawah Departemen 

Perdagangan AS (NTIA US 1999) menyebabkan perbedaan signifikan untuk teknologi digital yang 

juga merupakan keterbatasan akses terhadap teknologi baru yang bisa dipicu  oleh banyak 

faktor.

Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (2001) berpendapat bahwa 

ketimpangan kemajuan digital memiliki perbedaan yang signifiikan di tingkat sosial ekonomi 

bergantung pada seberapa besar peluang mereka dalam mendapatkan akses teknologi informasi 

secara luas.  mengatakan bahwa kesenjangan digital yaitu  

ketimpangan yang dialami sebagian orang dalam mengakses dan memakai  teknologi digital 

yang memicu  orang ini  sulit dalam memakai  teknologi digital, atau ‘gagap 

teknologi digital’.  memaknainya sebagai kesenjangan yang 

memisahkan segmen warga  dan negara menjadi mereka yang memiliki dan tidak memiliki 

akses, keterampilan, dan pengetahuan digital, yang mengarah pada perbedaan pemakaian , 

peluang, dan manfaat digital.

Konseptualisasi kesenjangan digital yang paling terkenal  mengidentifikasi beberapa bidang penting 

kesenjangan digital ke dalam 4 dimensi urutan akses dalam pemakaian  teknologi digital. 

Pertama, dimensi motivasi dan akses fisik material atau kepemilikan teknologi sebagai 

kesenjangan digital level satu. Kemudian kesenjangan digital level dua yaitu  dari kemampuan 

atau digital skills dan frekuensi atau perbedaan akses pemakaian  internet. sedang   membedakan kesenjangan digital menjadi tiga tingkat, yaitu 

kesenjangan digital tingkat pertama dari akses TIK. Kemudian, kesenjangan digital tingkat kedua 

dari pemakaian  TIK. sedang  kesenjangan digital tingkat ketiga dari output atau hasil TIK. 

bahwa

kesenjangan digital bukan hanya soal kesenjangan akses infrastruktur TIK, antara yang punya dan tidak punya akses namun  juga mencakup ketidakmerataan motivasi (inequalities in motivation) dan

ketidakmerataan keterampilan (inequalities in skills) sebagai level pertama. Selain itu ada 

ketidaksamaan tujuan pemakaian  (inequalities purpose) sebagai level kedua, serta 

ketidakmerataan dalam dampak (inequalities in impact) sebagai level ketiga dari kesenjangan 

digital.  mengkonseptualisasikan 

kesenjangan digital yang terjadi di sepanjang tiga level yakni kesenjangan akses fisik dan material 

dasar, kesenjangan skill (keterampilan) dan pemakaian , serta kesenjangan outcome dari 

pemakaian  internet. Level-level ini  dapat ditafsirkan sebagai perpecahan yang muncul 

selama tahap-tahap perkembangan digital yang berurutan di suatu negara.

Belakangan muncul istilah kesenjangan yang artinya kesenjangan digital sekarang 

didasarkan pada keahlian (skill) pemakai  dan kualitas akses. Jadi, wacana kesenjangan digital 

bergeser dari kesenjangan akses ke kesenjangan keahlian yang menunjukkan perbedaan antara 

kelompok orang dalam hal skill yang diperlukan untuk memakai  internet secara efektif. Selain 

itu, juga bergeser ke perbedaan yang menekankan tidak hanya akses ke broadband (internet 

berkecepatan tinggi) namun  ‘apa yang sebenarnya dapat dilakukan pemakai  dengan konektivitas 

mereka ini ’ di negara berkembang yang bisa diartikan dengan keahlian digital.

International Telecommunication Union (ITU) (2018) mengklasifikasikan skill digital dalam 

tiga tingkat kompleksitas: basic, standard, dan advanced skills. Basic skill yaitu  aktivitas berbasis 

komputer seperti memindahkan file/folder dan mengirim email beserta file. Standard Skill

melibatkan pemakaian  rumus aritmatika dasar dalam spreadsheet, berurusan dengan new 

hardware and software dan pemakaian  software presentasi. Sementara advanced skills

melibatkan penulisan program komputer memakai  bahasa pemrograman khusus. Data dari 

52 negara menunjukkan penurunan tajam dalam jumlah individu karena tingkat skill menjadi lebih 

kompleks. Rata-rata 57% individu di negara-negara ini  memiliki basic skill, dan 41% standard 

skill, dan hanya 4% yang memiliki advanced skills. Negara-negara maju akan unggul dalam hal 

kompetensi digital. Di kawasan Asia dan Pasifik, beberapa negara memiliki populasi dengan tingkat 

basic, standard, dan advanced skills yang sebanding dengan negara-negara Eropa, yakni India, 

Jepang, Philipina, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura (Valdez and Javier 2020).

Survei nasional pertama di negara-negara maju pada akhir 1990-an menunjukkan 

kesenjangan akses yang semakin besar diantara orang-orang yang memiliki dinamika pendapatan 

yang bervariasi atau pendidikan hingga etnis mayoritas dibandingkan dengan pendidikan dan etnis 

minoritas (Dijk and A.G.M 2006). riset  ini  mengungkapkan bahwa variabel 

pendapatan, pendidikan dan pekerjaan yang sangat berkorelasi yaitu  yang paling penting. 

Namun, di negara berkembang kesenjangan akses fisik terus melebar dan masih melebar. Dampak 

dari perubahan ini banyak bentuk lapangan kerja yang mengarah kepada teknologi dan talenta –

talenta digital (Nafi’ah 2021). Menurut Hobbs (2010), warga  membutuhkan 5 (lima) 

kompetensi media digital saat ini; akses, menganalisis dan mengevaluasi, membuat (kreasi), yaitu 

konten, refleksi, dan bertindak secara individu dan kolaboratif diberbagai aspek kehidupan. 

Dari sudut pandang determinis sosial, teori difusi inovasi Rogers (2003) yaitu  teori yang 

paling banyak dikutip untuk memahami kesenjangan digital (digital divide). Teori difusi inovasi 

Rogers (2003) menjelaskan proses dan kecepatan penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem 

sosial dan menggarisbawahi peran stratifikasi sosial. Kunci proses difusi yaitu  empat elemen 

yang berinteraksi dari waktu ke waktu – 1) inovasi, 2) sistem sosial di mana inovasi menyebar, 3) 

individu pengadopsi, dan 4) saluran komunikasi melalui mana pengadopsi belajar tentang inovasi. 

Elemen-elemen ini mempengaruhi keputusan individu untuk mengadopsi suatu inovasi atau tidak 

dalam hal ini berinovasi dalam pemakaian  teknologi digital  Di tingkat internasional, pemerintah dari berbagai negara telah mengambil banyak inisiatif 

untuk mengatasi tantangan kesenjangan digital dan meningkatkan skill digital. Pemerintah India 

memiliki Digital India Campaign untuk meningkatkan konektivitas internet dan menjadikan 

negaranya berdaya secara digital , Pemerintah AS telah 

membuat program seperti program The Community Technology Center dan The Neighboorhood 

Networks. Di Asia Tenggara, organisasi ASEAN telah melaksanakan ASEAN ICT Masterplan, 2016–

2020, sebuah rencana regional untuk penciptaan ekonomi digital terintegrasi. Rencana ini  

berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung bagi ekonomi digital yang terintegrasi 

(Association Southeast Asian Nations (ASEAN) 2020).

Jika dikaitkan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dari PBB maka arah 

kesenjangan digital yaitu  salah satu penghambat untuk memodernisasi pedesaan dan 

warga nya melalui teknologi digital. Kesenjangan digital sangat penting bagi pencapaian 

beberapa SDGs meskipun tidak ada SDG khusus yang secara langsung menangani masalah 

ketimpangan dan kemiskinan dengan mengatasi kesenjangan digital. Seperti target dan indikator 

SDGs ke-7, ke -4, ke -8, ke-9, 10, 16 dan 17 (Fourman 2016; United Nations Statistics Division 2017; 

Valdez and Javier 2020). berdasar  beberapa SDGs ini , (United Nations of Economics and 

Social Affairs 2016) menunjukkan bahwa TIK “tidak boleh dilihat hanya sebagai alat yang mencapai 

aspek-aspek tertentu dari pembangunan namun  lebih sebagai platform yang menengahi 

pembangunan.”

negara kita  merupakan negara yang memiiliki potensi ekonomi digital yang cukup besar. 

berdasar  data Kementerian Keuangan tahun 2022, negara kita  menjadi salah satu yang terbesar 

di Asia Tenggara dengan nilai ekonomi sebesar USD 70 miliar pada 2021 dan diestimasi akan lebih 

tinggi hingga USD 146 miliar pada 2022. Tapi sayangnya, negara kita  belum bisa bersaing secara 

kompetitif di perkembangan teknologi ini. berdasar  data IMD World Digital Competitiveness 

Ranking, tahun 2021 negara kita  berada pada urutan 53 dari 64 negara dari sebelumnya di 

peringkat 56 (tahun 2020) dari 63 negara di dunia. Artinya dalam waktu satu tahun ada kenaikan 

daya saing digital di tingkat global.

Menurut Survei Literasi Digital yang dilakukan oleh KataData dan Kementerian Kominfo RI 

tahun 2021 (Katadata Insight Center and Kominfo RI 2021), sebanyak 88,9% responden merasakan 

kendala dalam mengakses internet karena jaringan tidak stabil, sehingga koneksi sering terputus. 

Meskipun hampir mencapai 100% dari total responden merasakan di lingkungan sekitar mereka 

telah memiliki jaringan telepon seluler. Hal ini artinya sudah ada peningkatan penyediaan 

infrastruktur internet meskipun secara kualitas belum terlalu baik.

Mutaqqin meneliti di daerah perbatasan, angkatan kerja muda mengakses pemakaian  

internet cukup tinggi untuk hiburan dan game, sedang  untuk kepentingan ekonomi masih 

sangat rendah (Mutaqqin 2019).

Di negara kita , kesenjangan digital di negara kita  melampaui infrastruktur. Ini melibatkan 

kurangnya media serta keterampilan terkait konten (Hadi 2018). Dalam riset nya mengenai 

kesenjangan digital pedesaan-perkotaan di negara kita  menyatakan bahwa kurangnya motivasi dan 

akses material atau kepemilikan yang terbatas karena ketidaksetaraan sosial ini menjadi dasar 

kesenjangan digital di negara kita  (level satu). Kemudian kurangnya keterampilan dan perbedaan 

frekuensi atau akses pemakaian  digital memperburuk kesenjangan digital (level dua). 

Di sisi lain, solusi untuk mengurangi kesenjangan digital di antara warga  harus 

mengusahakan pada empat tingkatan , yakni kepemilikan 

perangkat, adopsi internet, sejauh mana internet seluler dipakai , dan level perolehan informasi 

dengan menguji pengaruh faktor sosio-demografis di setiap tingkat dan fokus pada perbedaan 

pemakaian  internet di antara individu. Maka dari itu, riset  ini akan mencoba melihat bagaimana kondisi ketidaksamarataan perkembangan teknologi digital antar propinsi dan wilayah 

di negara kita  dan apa saja solusi dari pemerintah maupun individu dalam menanganinya. 

Tujuannya yaitu  untuk menemukan jawaban terhadap kondisi dan faktor-faktor penyebab 

kesenjangan digital terjadi di negara kita , serta solusi yang telah dilakukan dalam menanganinya.

berdasar  dari kerangka berpikir yang telah dijabarkan, penulis ingin mengkaji kondisi 

dan solusi dari permasalahan kesenjangan digital baik dari individu maupun dari pemerintah yang 

telah diterapkan di negara kita  hingga saat. Jadi penulis menguraikan dua pertanyaan riset  

yakni: Bagaimana kondisi kesenjangan digital antarprovinsi dan wilayah di negara kita ? Apa saja 

solusi dari pemerintah maupun individu dalam menangani kesenjangan digital di negara kita ?

 

Kualitatif deskriptif menjadi metode utama yang dipakai  dalam riset  ini. riset  

kualitatif merupakan penelitiain yang membangun gambaran-gambaran kompleks dari suatu 

kronologi permasalahan dengan melihat berbagai sudut pandang, faktor yang teridentifikasi 

terhadap situasi serta aktualisasi secara jelas dari bagian aspek terpenting. Ini dapat terjadi 

dipicu  oleh aktualisasi ini  terlihat secara deskriptif melalui fenomena yang terjadi 

secara holistik ,

riset  kualitatif deskriptif dipakai  untuk menggambarkan bagaimana kondisi 

kesenjangan digital antar propinsi dan wilayah di negara kita  dan apa saja solusi dari pemerintah 

maupun individu dalam menangani kesenjangan digital di negara kita . Dalam riset  deskriptif 

kualitatif interpretasi peneliti ikut hadir dalam menampilkan fenomena secara utuh ,Peneliti mengumpulkan berbagai literatur terkait dengan digitalisasi, kesenjangan digital di 

negara kita  kemudian dikategorikan berdasar  kata kunci “digitalisasi”, “kesenjangan digital”. 

berdasar  kata kunci ini , peneliti menghubungkan antara pertanyaan riset  dengan 

tujuan riset , seperti pada tabel dibawah ini.

Studi ini memaparkan dua pendekatan untuk melihat solusi dari kesenjangan digital yakni 

strategi top-down dan bottom-up. Pengoleksian data yang dihasilkan melalui riset  ini 

dilakukan dengan studi pustaka atau literature review dan deskriptif data sekunder untuk 

mengeksplorasi dan mendeskripsikan apa saja strategi yang saling berkorelasi dalam 

menjembatani kesenjangan digital. Sumber yang dipergunakan dalam studi pustaka berasal dari 

jurnal ilmiah, laporan, prosiding ilmiah, peraturan pemerintah atau dokumen terkait. Data 

sekunder dikumpulkan berupa jurnal ilmiah, publikasi pemerintah, materi presentasi, materi 

publik statistik yang tersedia untuk umum, dan laporan statistik dari kementerian dan lembaga.

Hasil koleksi data akan dianalisa secara menyeluruh melalui metode analisis deskriptif agar 

dapat menjawab rumusan masalah ini. Analisis kualitatif dilakukan dengan memahami dan 

mengkaji data secara lebih didalam dimulai dengan mengeksplorasi seluruh perolehan data, dan 

memerikasi kembali validitas dari data ini  serta menerjemahkan atau menginterpretasi 

untuk membuat penarikan kesimpulan riset . Hasil dari temuan riset  ini akan dianalisa  

dengan memakai  analisa data yang telah dikembangkan oleh (Miles and Huberman 1994)

yang memiliki tiga subproses yang saling berhubungan, yakni reduksi, penyajian, dan verifikasi 

atau penarikan kesimpulan ,

Rendahnya tingkat penetrasi Internet di negara kita  disandingkan dengan Asia ternyata 

berbanding terbalik terhadap pemakai  internet yang cukup tinggi. Menurut data Statista tahun 

2021, pemakai  internet mencapai 4,9 miliar (ITU, 2022) atau 63% dari total penduduk dunia 

dengan tingkat penetrasi pemakaian  smartphone global mencapai 5,9 miliar dan 

pemakai  media sosial sebanyak 4,55 miliar . negara kita  menjadi negara 

terbesar ketiga pemakai  internet di Asia (7,7%) setelah Cina (35,7%) dan India (27,3%) 

Pada tahun 2021, terdapat 202,6 juta tingkat penetrasi pemakaian  internet di negara kita 

atau meningkat 15,5% dari tahun sebelumnya (Status Literasi Digital negara kita  

2021). Menurut data Statista, terjadi peningkatan 30 juta pemakai  internet baru selama masa 

pandemi Covid-19 tahun 2020-2022 , Proporsi terbesar pemakai  mengakses 

internet melalui laptop/PC, mobile phones, smartphone, tablet, dan lainnya seperti perangkat 

game online, smarthomes, smartwatch, online TV, dan virtual reality divice , Walaupun Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) 

negara kita  dari BPS memang meningkat setiap tahunnya akan namun  masih ada persoalan nyata 

yaitu kesenjangan antarwilayah. riset , menunjukkan 

masih adanya kesenjangan antar provinsi di negara kita  baik itu terkait akses maupun dalam 

pemahaman terhadap peggunaan teknologi digital. Papua, NTT, dan Sulawesi Tengah memiliki 

nilai indeks kesenjangan yang cukup besar.

Kesenjangan antarwilayah di negara kita  masih terjadi karena kurangnya antisipasi 

pembangunan infrakstruktur, khususnya infrastruktur untuk wireless. Dari segi infrastruktur, 

pembangunan dapat dikatakan efisien apabila membantu menghindari ketertinggalan dan tidak 

menyebabkan pembangunan yang berlebihan, karena keduanya dapat menjadi masalah yang 

signifikan. Akan namun , infrastruktur ini  tetap menjadi kendala terbesar di negara kita , karena 

pemasangan menara, serat optik, dan teknologi lainnya untuk mendukung konektivitas 

berkecepatan tinggi membutuhkan investasi yang serius  ,di Kabupaten 

Wakatobi menjelaskan bahwa ada tiga komponen yang memberikan dampak pada kesenjangan 

digital, yakni keterbatasan kondisi geografis (sehingga kesulitan dalam membenahi infrastruktur 

TIK), kondisi sosial ekonomi warga  (sehingga teknologi informasi dan komunikasi masih 

belum menjadi pilihan utama), serta kurangnya ikut serta dari pemerintah dan swasta dalam 

mengedukasi teknologi informasi dan komunikasi. 

Diantara banyak indikator TIK ada dua dimensi yang sering dipakai , yakni akses internet 

dan cara mengaksesnya. 

Kondisi Kesenjangan Digital Antarprovinsi dan Wilayah di negara kita 

Kota besar menjadi yang paling cepat dalam adopsi teknologi. Hal ini  menyebabkan 

adanya kesenjangan digital antar wilayah. berdasar  World Digital Competitiveness Ranking

tahun 2021 (IMD 2020), negara kita  berada pada urutan 53 dari 64 negara. Namun, daya saing 

digital antar wilayah di negara kita  sudah mulai merata. berdasar  Index (EV-DCI), Pemerataan 

yang terjadi terlihat dari skor median indeks dan daya saing digital dari 32.1 pada 2020 menjadi   35.2 pada 2022. Jika diilihat dari tingkat provinsi, DKI Jakarta lebih unggul dan memimpin daya 

saing digital dengan skor 73.2, kemudian disiusul oleh Jawa Barat dengan skor 58,5 dan Yogyakarta 

dengan skor 49,2. namun , Papua menjadi peringkat bawah terhadap daya saing digital dengan skor 

24,9. 

Salah satu negara dengan pemakaian  media sosial terbesar yaitu  negara kita , namun  

kesenjangan akses internet pedesaan-perkotaan tetap menjadi tantangan besar. Menelisik lebih 

dalam yang dikemukakan oleh van Dijk (2006) terhadap poin-poin kesenjangan digital, negara kita  

berada pada kesenjangan digital level kedua karena masih rendahnya kesadaran warga  

terhda literasi digital serta bagaimana memanfaatkan teknologi itu sendiri dalam kegiatan sehari￾hari.  literasi digital melihat betapa bijaknya dari 

kemampuan seseorang dalam memanfaatkan dan memakai  suatu teknologi. Diperkuat hasil 

Survei tahun 2021 (Katadata Insight Center and Kominfo RI 2021) bahwa indeks literasi digital 

negara kita  baru memiliki skor 3,49 (skala 1-5). Pada 2020, pilar digital skills dan digital culture

mengalami peningkatan skor berturut-turut menjadi 3,44; 3,90. Sementara terjadi penurunan skor 

untuk pilar digital ethics dan digital safety berturut-turut menjadi 3,53 dan 3,10. Sayangnya, 

Indeks Literasi Digital 2021 menunjukkan hasil yang semakin tinggi berbanding terbalik dengan 

kecenderungan berkebiasaan positif dalam mencerna berita online dan kecenderungan untuk 

tidak menyebarkan palsu (hoax). Jika dilihat dalam roadmap TIK Nasional 2020-2030, seharusnya 

fase saat ini yaitu  fase warga  informasi.

East Ventures (EV) dalam kajian Digital Competitiveness Index (EV-DCI) (East Venture 2020, 

2021; East Ventures 2022) meneliti ketimpangan keterampilan TIK (kesenjangan level 2) diantara 

populasi di semua 34 provinsi di negara kita  yang diukur relatif dengan yang tinggal di Jakarta. 

Bedasarkan hal tersubut menunjukkan mayoritas orang yang tinggal di setengah dari seluruh 

provinsi di negara kita  memiliki peluang lebih rendah untuk memiliki lebih banyak keterampilan TIK 

dibandingkan dengan warga DKI Jakarta. Tujuh provinsi lebih rendah dalam empat kelompok 

keterampilan TIK beberapa  enam provinsi di timur negara kita . Uniknya, provinsi Bali 

mengindikasikan peluang penduduknya memiliki angka keterampilan TIK yang lebih tinggi pada 

literasi data dan informasi serta keterampilan komunikasi dan kolaborasi dibandingkan Jakarta.

Pada tahun 2020, Kominfo RI dan Katadata mengeluarkan Status Literasi Digital negara kita  

2020 dengan pengukuran empat sub indeks literasi digital. Temuan penting dari survei 2021 

ini : pertama, status literasi digital negara kita  belum terlalu baik, di angka 3,36 (skala 1-5). 

Kedua, sebanyak 76% (nasional) dan 93% (daerah 3T-terdepan, terluar, tertinggal) menyatakan 

bahwa jaringan di wilayah mereka tidak stabil, sehingga koneksi sering terputus. Ketiga, sebanyak 

68% (nasional) dan 77% (daerah 3T) menjawab kondisi kecepatan meningkat 5 tahun terakhir. 

Keempat, sebanyak 76% menyatakan bahwa media sosial biasanya diakses untuk mendapatkan 

informasi dimana sebagian besar akses internet biasanya dipakai  untuk hiburan.

Pada tahun berikutnya 2021, Kominfo RI dan Katadata mengeluarkan Status Literasi Digital 

negara kita  dengan literasi digital diukur melalui empat pilar yakni kecakapan, etika, keamanan, dan 

budaya digital. Hasil dari survei 2021 menyatakan status literasi digital negara kita  belum terlalu 

baik, di angka 3,49 (skala 1-5), di mana pilar digital skills dan digital culture mengalami 

peningkatan skor berturut-turut menjadi 3,44 dan 3,90. Sementara terjadi penurunan skor untuk 

pilar digital ethics dan digital safety berturut-turut menjadi 3,53 dan 3,10.

Dari temuan survei Status Literasi Digital negara kita  tahun 2020 dan 2021 oleh Katadata 

dan Kominfo RI dapat disimpulkan bahwa jaringan internet di negara kita  relatif tidak stabil, akan 

namun  internet semakin merata jika dilihat dibeberapa tahun belakangan ini. Mayoritas 

warga  negara kita  masih mempergunakan internet untuk mendapatkan informasi khususnya

melalui media sosial. Artinya, meskipun kesenjangan digital level satu terkait akses fisik dan 

motivasi yang dikelompokkan oleh van Dijk (2006) menurun, namun kesenjangan digital level dua 

terkait digital skills dan frekuensi akses masih menjadi masih menjadi masalah yang penting untuk 

diberikan solusinya. 

Solusi dari Pemerintah maupun Individu dalam Menangani Kesenjangan Digital di negara kita 

Kesenjangan digital telah menjadi topik diskusi penting bagi para pemimpin masa kini. Tiga 

isu digital telah diangkat dalam forum G20 yaitu tidak terkontrolnya berita palsu terkait Covid-19, 

dan tidak adanya antisipasi dari ketidak seragaman akses untuk pengetahuan serta tidak tepatnya 

kebijakan-kebijakan yang diterapkan terkait dengan literasi digital. Artinya, kesenjangan ini dan 

menghasilkan pemerataan akses ke teknologi digital yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. 

Pemerintah, individu, maupun komunitas telah banyak memberikan dukungan berupa program￾program yang berkelanjutan yang dapat mendukung pemerataan akses internet dan teknologi 

digital yang dilakukan sepanjang pandemi untuk dapat mengatasi kesenjangan digital. Dukungan 

ini  dapat berupa regulasi, infrastruktur, maupun skill bagi sumber daya manusianya. 

Di negara kita  strategi mengatasi kesenjangan digital ada 2 strategi top-down dan bottom￾up. Melalui Kominfo RI, sebagai akselerator, fasilitator, dan regulator transformasi digital, untuk 

meningkatkan pemerataan antardaerah, selain Program Smart City dan Smart Village, instrumen 

formal lainnya dengan strategi top-down yaitu  Palapa Ring yang menjangkau 34 provinsi di 

negara kita . Palapa yaitu  proyek besar yang disebut sebagai Tol Langit atau Proyek Kabel Fiber 

Optik Bawah Laut yang sudah dikerjakan yaitu  Palapa Ring I tahun 2007-2019, Palapa Ring II 

penyediaan koneksi internet di 3T yang terbagi dalam paket Barat, Tengah, dan Timur negara kita  

(Kominfo RI 2020). Selain itu juga ada program dana penyediaan jasa telekomunikasi yang disebut 

Universal Service Obligation (USO). Sumber pembiayaannya berasal dari kontribusi dana USO yang 

diperoleh dari operator telekomunikasi.

Kebijakan pemerintah memiliki dampak langsung terhadap status ekonomi dan sosial 

warga nya terutama yang berkaitan dengan kesenjangan digital. Selain Kemenkominfo, 

kebijakan pembelajaran online yang dilakukan selama pandemi mulai tahun 2020 juga mendorong 

Kemendikbud RI memperbaik kurikulum yang lebih dititik beratkan pada STEAM yang sudah 

banyak diadopsi negara-negara maju serta meningkatkan kualitas sekolah kejuruan untuk 

meningkatkan skill ekonomi digital. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI melalui

Kartu Prakerja juga menyediakan pelatihan skill digital yang sudah di mulai tahun 2020. Terkait 

regulasi, telah disahkannya RUU Perlindungan Data Pribadi.

berdasar  laporan tahunan Kementerian Kominfo RI tahun 2020, berikut program￾program yang telah dilaksanakan guna mengantisipasi ketimpangan digital:

1. Membangun Base Transceiver Station di wilayah 3T. 

2. Mempercepat kerja sama dalam investasi infrastruktur TIK, transformasi digital, talenta 

digital, dan data privacy dengan Qatar, Perancis, dan AS.

3. Melakukan percepatan pembangunan dan perluasan akses internet pada 2.192 fanyakes. 

Hal ini  masih dalam program kerja untuk pemulihan ekonomi secara nasional.

4. Transformasi televisi analog menjadi televisi digital.

5. Rencana Pusat Data Nasional di Greenland International Industrial Center, serta Deltamas 

di Cikarang dan Batam, yang diharapkan memberikan efisiensi yang berkaitan dengan 

teknologi informasi untuk kementerian dan lembaga lainnya. 

6. Proyek KPBU (kerjasama pemerintah dan Badan Usaha/PPP) yakni membangun Satelit 

Multifungsi negara kita  Raya (SATRIA). Proyek SATRIA I yaitu  kerjasama antara BUP dan 

Pabrik Satelit dengan dukungan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang

direncanakan memiliki 11 stasiun bumi/gateway dan 150.000 titik fasilitas publik.

7. Membentuk Gugus Tugas (Task Force) 5G.

8. Seribu mesin pintar yang berbasi IOT disebar melalui beberapa  kota. 

9. Platform digital terkait penanganan Covid-19 juga menghadirkan aplikasi Pedulilindungi 

disertai layanan telemedis (kerjasama Kemenkominfo, dan Kementerian BUMN dengan 

Good Doctor Technology negara kita  dan GrabHealth), Chatbot Covid19.go.id. Selain itu, 

juga ada aplikasi SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik 

dari Kemenkes dan aplikasi Primarycare dari BPJS Kesehatan untuk pelayanan vaksinasi.

Banyak skill terkait digital yang muncul yang dipicu  oleh transformasi digital. 

McKinsey Global Institute (2017) memperikarakan akan banyak pekerjaan yang hilang dan 

digantikan oleh otomatisasi. Namun sebaliknya, juga terdapat jutaan pekerjaan baru yang tercipta 

dari teknologi ini . Saat ini, jarak perbedaan antara pengetahuan teknologi digital serta orang 

yang memahaminya masih tinggi , Untuk menghadapi permintaan ini , 

pada tahun 2021 melalui ‘negara kita  Makin Cakap Digital’, beberapa agenda untuk menjembatani 

kesenjangan digital mencakup beberapa pelatihan dan program dalam rangka pembangunan SDM 

bidang digital yang merata di wilayah negara kita  

pada 20 Mei 2021:

1. Tahap pertama yaitu GNLD dimulai tahun 2017. GNLD dilaksanakan dan dibagi 

klasifikasinya di berbagai kelas. Terdapat empat pilar yang menjadi sasaran utama dalam 

literasi digital, yaitu: digital ethics (yang merupakan etika etiika yang berhubungan dengan 

teknologi digital), digital safety (yang berhubungan dengan keamanan data dan akses), 

digital skills (yang berkaitan dengan keterampiilan dan ilmu pengetahuan), dan digital 

culture (yang menjadi sebuah kebiasaan baik dan berpengaruh positif sehingga 

membentuk suatu budaya digital yang baru) 

2. Intermediate digital skill melalui Digital Talent Scholarship (DTS) sejak tahun 2021, 

targetnya yaitu  lulusan baru, pekerja level teknisi, dan profesional. Program beasiswa ini 

bertujuan meningkatkan keterampilan dan kompetisi guna bersaing dengan sumber daya 

manussia lainnya di bidang TIK yang merupakan jadi salah satu yang utama dalam 

pembangunan nasional.

3. Di tingkat advance digital skill ditujukan pengambil kebijakan melalui Digital Leadership 

Academy (DLA). Output dari DLA yaitu  perencanaa dari kebijakan-kebijakan yang 

disesuaikan dan juga perubahan rancangan proyek dari peserta. 

4. Terakhir, khusus kalangan UMKM dibentuk program Digital Technopreneur untuk 

mendorong start-up digital naik kelas. Program ini melanjutkan program UMKM Go Digital 

yang telah ada sebelumnya.

Selain solusi dari pemerintah, strategi bottom-up berbasis individu maupun komunitas juga 

sudah banyak dilakukan. Instrumen informal yang dijalankan oleh komunitas akar rumput yang 

bekerjasama dengan pemerintah daerah maupun swasta untuk menangani kesenjangan digital di 

beberapa wilayah diantaranya yaitu  sebagai berikut 

1. Kampoeng Cyber di Yogyakarta bermitra dengan program Pemprov Yogja Cyber Province 

yang dibantu oleh Microsoft dalam merealisasikannya, pernah juga dikunjungi Mark 

Zuckerberg ,

2. Microsoft dengan program CSR bernama “Generasi Bisa” bersama YCAB Foundation 

memberdayakan warga  dengan memperkuat talenta lokal di bidang teknologi, literasi

digital, dan kompetensi warga  

3. Kampoeng Cyber di Blitar (Gedog Sananwetan Blitar) (cyberblitar.com).

4. PT. Telkom Digital Valley sebagai inkubator bisnis TIK yang dikembangkan di empat kota 

besar 

5. Relawan TIK atau ICT-Volunteers yang berfokus pada pemberdayaan warga  melalui 

pemakaian  TIK oleh semua orang ,

6. Jaringan Pegiat Literasi Digital negara kita  yang diprakarsai oleh para akademisi yang 

berkolaborasi dengan Kemenkominfo RI untuk memperkenalkan literasi digital di sektor 

pendidikan melalui pembuatan silabus ,

7. Cyber City dan Smart City di Bandung.

8. Platform Digital Mobisaria bekerjasama dengan Telkomsel yakni aplikasi keuangan untuk 

komunitas warga  pedesaan dan remote area (Google Playstore).

9. Smart Kampung di Banyuwangi yang bekerjasama dengan beberapa start-up lokal 

10. Payment Point Online Bank (PPOB) e-money berbasis komunitas 

11. Makassar Cyber City ,

12. Serta program-program yang diadakan oleh start-up lokal, nasional, NGO, maupun 

pemerintah daerah lainnya.

Semua solusi dan upaya diatas selain meningkatkan akses kepemilikan (kesenjangan 

digital level 1) juga diperuntukkan untuk menangani masalah digital skills (talenta) dan frekuensi 

akses (kesenjangan digital level 2) yang belum merata di seluruh wilayah di negara kita . Talenta 

menggambarkan bahwa mau semaju apapun teknologi yang terjadi, namun  tidak diiringi oleh 

keterampilan dari manusia itu sendiri maka teknologi ini  menjadi tidak berguna , Oleh karena itu, generasi milenial (digital native) diharapkan kepeduliannya dengan 

tanggung jawab sosial untuk menjembatani kesenjangan digital di wilayahnya masih-masing. 

Diharapkan dari pelatihan ini juga muncul modal sosial dari digital native yang dapat memajukan 

daerahnya melalui teknologi digital.

Temuan riset  ini secara jelas menggambarkan bahwa kesenjangan digital level kedua 

yakni literasi digital masih mendominasi di seluruh wilayah negara kita  khususnya pedesaan. Hal ini 

dipicu  oleh minimnya keterampilan (skill) digital dan pelatihan yang didapatkan untuk 

meningkatkan skill ini .

Teknologi informasi dan komunikasi melalui akses internet berkembang semakin cepat 

hingga pelosok. namun , percepatan akses tidak sejalan dengan kestabilan jaringan, dan biaya yang 

dikeluarkan harus cukup mahal terkhusus untuk negara kita  bagian timur. 

Kesenjangan digital yaitu  masalah yang kompleks dan multidimensi, yang membutuhkan 

mempertimbangkan beragam teknologi, variabel, dan wilayah. Kesenjangan digital saat ini lebih 

dari sekedar kesenjangan akses material atau kepemilikan, melainkan kesenjangan skill, 

keterampilan, dan outcome dari pemakaian  internet. Nyatanya, lebih banyak yang mengakses 

internet seluler untuk hiburan daripada pengumpulan informasi. Hal ini menyebabkan daya saing 

digital juga rendah. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur TIK walaupun masih tertinggal dari 

negara di sekitarnya, namun sudah mulai merata dan dapat dikatakan efisien karena pandemi 

membantu menghindari ketertinggalan ini  di pelosok-pelosok 3T. Selain itu, masih ada

kesenjangan dalam pemakaian  internet di kalangan digital native di pedesaan. Hal ini tentunya 

dibutuhkan sinergi antara pusat dan daerah dalam meningkatkan pemerataan skill digital ke 

seluruh pelosok negara kita .

Dampak lain dari digitalisasi yang cepat di seluruh negara kita , dan bahkan secara global, 

juga mengganggu tenaga kerja. Skill yang diperlukan untuk pekerja sudah berubah, karena mereka 

harus melek teknologi. Seperti yang kita ketahui bersama, kualitas SDM masih jauh dari baik. 

Kesenjangan digital atau gap digital skill masih ada karena kepemilikan ponsel tidak selalu berarti 

kesetaraan dalam pemakaian  digital. Teknologi dan perangkat yang dipakai  orang dan skill

digital yang dimiliki menentukan peluang mereka di kehidupan sehari-hari. Mereka yang tahu 

bagaimana memakai  internet akan terus mendapat manfaat.

Selanjutnya, walaupun banyak program peningkatan skill digital yang telah dilakukan tetap 

saja pemerintah masih belum bisa mengisi kekosongan di keterampilan digital. Hal ini dapat dilihat 

dari kurang maksimal dalam penerapan pelatihan pada tempat kerja yang sebenarnya. 

Selanjutnya, diperlukan peran swasta yang berkolaborasi dengan pemerintah dalam berinvestasi 

secara merata agar manfaat teknologi digital dapat dirasakan di seluruh wilayah negara kita . 

Kolaborasi ini  diantaranya dengan penyediaan infrastruktur internet yang mudah untuk 

diakses publik, sarana, dan mentoring dari praktisi untuk literasi digital, juga diperlukan peran 

komunitas lokal sebagai motor penggerak dalam literasi digital kepada warga .

Manusia yaitu  mahluk cerdas yang selalu meningkatkan kemampuannya untuk memudahkan 

setiap kegiatannya. Segala alat dicoba dan dipakai  untuk mencapai efisiensi dan efektifitas 

setiap tindakan yang dilakukannya, berbagai percobaan dilakukan agar dapat menghasilkan 

jumlah efisiensi yang besar dengan tenaga yang seminimal mungkin. Perkembangan dimulai 

dari proses sederhana dalam kehidupan sehari-hari sampai pada tingkat pemenuhan kepuasan 

sebagai individu dan makluk sosial. Dari masa ke masa kemajuan teknologi terus berkembang, 

mulai dari era teknologi pertanian, era teknologi industri, era teknologi informasi, dan era 

teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan ini membawa berbagai dampak dalam 

kehidupan berwarga , berbangsa dan bernegara, setiap individu tertarik untuk 

mengunakan dan memanfaatkan setiap perkembangan ini. Di era tahun 2000 yaitu  puncak 

kemajuan teknologi yang sangat pesat perkambangannya, teknologi informasi dan 

telekomunikasi menjadi trend kehidupan setiap individu, tiap saat, tiap waktu dan tiap detik 

manusia memanfaatkan teknologi ini. Kegiatan mulai dipermudah dengan bebagai kemudahan 

yang ditawarkan, mulai dari komunikasi, informasi, transaksi, edukasi, hiburan sampai pada 

kebutuhan paling pribadi sekalipun dapat terlayani dengan teknologi ini. Perubahan aktivitas 

individu mulai mempengaruhi proses transaksi yang dilakukannya, setiap individu tidak 

bergantung lagi kepada uang tradisional namun  sudan memakai  uang maya dan pada 

masanya nanti semua terkoneksi ke arah ini. Aktivitas serba digital dan elektronik dengan data 

sebagai peranan utamanya, individu tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu, mereka bisa 

melakukan transaksi secara elektronik dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Uang 

digital memegang peranan penting, gaji diberikan secara digital, belanja dan transaksi juga 

dengan sarana digital bahkan aktivitas kegiatan transaksi juga dialihkan secara digital karena

lebih cepat, efektif dan efisien.

Manusia yaitu  makluk cerdas yang selalu meningkatkan kemampuannya untuk 

memudahkan setiap kegiatannya. Segala alat dicoba dan dipakai  untuk mencapai efisisensi dan 

efektifitas setiap tindakan yang dilakukannya, berbagai percobaan dilakukan agar dapat 

menghasilkan jumlah efiisensi yang besar dengan tenaga yang seminimal mungkin.


 Perkembangan Teknologi Informasi 

Perkembangan teknologi dalam kehidupan dimulai dari proses sederhana dalam 

kehidupan sehari-hari samapai pada tingkat pemenuhan kepuasan sebagai individu dan 

makluk sosial. Dari masa ke masa keamajuan teknologi terus berkembang, mulai dari era 

teknologi pertanian, era teknologi industri, era teknologi informasi, dan era teknologi 

komunikasi dan informasi. Perkembangan ini membawa berbagai dampak dalam kehidupan 

bermasayarakat, berbangsa dan bernegara, setiap individu tertarik untuk mengunakan dan 

memanfaatkan setiap perkembangan ini. 

a. Penemuan Komputer

Sejak komputer ditemukan telah membawa perubahan besar dalam pola pikir 

manusia, sejak akhir perang dunia II perkembangan teknologi computer generasi 

pertama sedikit demi sedikit terus meningkat. Hingga akhir tahun 1990an telah 

dipakai nya jaringan yang lebih luas dengan nama internet menjadikan arah teknologi 

dunia menjadi berubah. Computer menjadi dasar Semua perkembangan teknologi, 

sehingga muncullah beberapa perusanhaan besar computer dunia dan menjadi pioneer 

perkembangan teknologi ini seperti IBM, Microsoft, Intel, Macintos dan Apple. Sampai 

akhir tahun 2000 telah muncul generasi computer yagn ke empat dengan alat utama 

micro prosessor, yang memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam melakukan proses, 

hingga sampai saat ini terus meningkat kecepatannya. 

b. Penemuan Komunikasi Digital

Perpaduan teknologi komputer dan komunikasi menjadikan teknologi informasi yang 

memiliki bebebagai macam kelebihan dalam pertukaran informasi ke berbagai belahan 

dunia, teknologi ini disebut internet dengan jaringan yang mendunia dan akses yang 

sangat cepat. Setiap individu dapat saling bertukar data dan informasi dengan jangkauan 

yang tidak terbatas, akses kegiatan dan aktivitas dapat dilakukan secara online dengan 

sarana ini.

c. Perkembangan Smart Aplikasi 

Munculnya teknologi perangkat keras komputer yang juga disertai dengan peralatan 

software yang memiliki berbagai macam kemampuan untuk membantu pekerjaan setiap 

individu, mulai dari aplikasi perkantoran, manajemen, pribadi, hiburan dan bidang-bidang 

pekerjaan manusia yang lain. Semua perkerjaan manusia telah terbantukan dengan 

peralatan ini, semakin mudah, cepat, teliti dan efisien

d. Perkembangan Smart Phone

Perkembangan akses jaringan internet membawa perubahan pada teknologi 

telepon, pemanfaatan jaringan internet telah dapat diaplikasikan melalui telepon 

sehingga membawa berbagai kemudahan bagi setiap individu untuk melakukan akses ke 

jaringan yang lebih luas. Perkembangan aplikasi pendukung telepon menjadikan 

perangkat ini semakin smart, semua aktivitas dapat dikelola melalui telepon yang cerdas 

(smart phone), seperti komunikasi digital dengan media sosial, aktivitas pembelian dan 

bisnis dengan aplikasi penjualan online serta banyak lagi aplikasi pendukung pada smart 

phone yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sehari-hari.

e. System cerdas (Expert system)

Perkembangan perangkat cerdas berbasis expert system telah banyak mengubah 

pola pikir bisnis dan kegiatan perusahaan. Alat –alat system cerdas yang membantu 

pekerjaan menjadi semakin dibutuhkan bagi perusahaan untuk menigkatkan efisiensi dan 

efektivitas. Salah satu alat cerdas yang dipakai  perusahaan ini yaitu  auto teller 

machine, yang dapat membantu para nasabah untuk melakukan transaksi perbankan 

tanpa harus ke bank. Perkembangan selanjutnya yaitu  internet banking, dengan system 

cerdas ini transaksi dapat dilakukan dari rumah kemudian berkembang lagi dengan sms 

banking dan aplikasi banking melalui fasilitas smart phone. Efisiensi dan efektifitas perkerjaan telah dapat dinikmati oleh para nasabah, begitu juga pihak bank yang dapat 

meningkatkan efisisensi dan efektifitas kegiatannya. 

f. Digital Money

Era teknologi ditigal juga telah merubah pola dan model transaski dalam bisnis dan 

investasi. Muncullnya uang digital (Digital Money) menjadikan proses transaski semakin 

cepat, mudah, efektif dan efisien. 

1.2. Era Milenium sebagai era digital

Diera tahun 2000 yaitu  puncak kemajuan teknologi yang sangat pesat 

perkambangannya, teknologi informasi dan telelkomunikasi menjadi trend kehidupan setiap 

individu, tiap saat, tiap waktu dan tiap detik manusia memanfaatkan teknologi ini. Kegiatan 

mulai dipermudah dengan bebagai kemudahan yang ditawarkan, mulai dari komunikasi, 

informasi, transaksi, edukasi, hiburan dampai pada kebutuhan paling pribadi sekalipun dapat 

terlayani dengan teknologi ini. Terkait dengan perkembangan teknologi ini beberapa Negara 

Eropa telah mencanangkan konsep “Industri 4.0”, konsep transformasi digital ini 

memanfaatkan teknologi digital baru sebagai model aktivitas dan transaksi sehingga muncul 

Industri bidang internet dan teknologi informasi lainnya. Gelombang transformasi system 

digital yaitu  elemen umum yang mendorong ssetiap kegiatan untuk memanfatkan media 

digital sebagai sarana utamanya sehingga transformasi digital menjadi pilar kebijakan industry 

pada beberapa negara. Pemanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) 

semaksimal mungkin menjadi tujuan utama untuk mendapatkan pengetahuan baru, dan 

menciptakan nilai-nilai baru dengan membuat hubungan antara "manusia dan mesin" dan 

antara dunia "nyata dan dunia maya", sebagai cara yang efektif dan efisien untuk 

menyelesaikan masalah di warga . , menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi 

warga  dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Untuk mewujudkan 

warga  semacam itu melalui digitalisasi, penting untuk mengatasi tantangan-tantangan 

ini melalui pelibatan berbagai pemangku kepentingan di berbagai tingkatan untuk berbagi visi 

bersama di masa depan. Jepang mencanangkan Society 5.0, dengan konsep dasar dan 

aktivitas tipikal untuk Society 5.0 di Jepang meliputi Transformasi Digital dengan era baru, 

di mana globalisasi dan evolusi yang cepat pada teknologi digital seperti Internet of Things 

(IoT), kecerdasan buatan (AI) dan robotika sehingga membawa perubahan signifikan bagi 

warga , lingkungan dan nilai-nilai di warga  menjadi semakin beragam dan kompleks. 

Negara-negara Asia juga memliki konsep dasar tersendiri terkait transformasi teknologi 

informasi ini, negara kita  dengan konsep Revolusi Industri 4.0, sebagian negara Asia dengan 

konsep Smart Cities dimana setiap wilayah memiliki akses digital untuk aktivitas individu dan 

kegiatan transaksi. Belahan benua Amerika khususnya Amerika Utara membawa konsep yang 

mengutamakan teknologi informasi khususnya internet sebagai dasar setiap aktivitas 

warga  dan Negara dengan nama konsep Industial Internet. Internet sebagai industry

sudah tidak terelakkan lagi, berbagai macam bisnis telah tercipta dari internet dan mampu 

membawa pada perubahan ekonomi warga . Adapun China membawa konsep 

transformasi teknologi informasi ini dengan nama “ Made In China 2025 “, konsep ini 

melandasi kegiatan perkembangan teknologi hardware dan software yang mampu menguasai 

pasar dunia. Seluruh produk teknologi informasi akan bersaing dengan produk teknologi dari 

China dengan kelebihan kelebihan yang mampu bersaing di pasar dunia.

1.3. System Digital Pengganti System Tradisional

Perubahan aktivitas individu mulai mempengaruhi proses transaksi yang 

dilakukannya, setiap individu tidak bergantung lagi kepada uang tradisional namun  sudah 

memakai  uang maya dan pada masanya nanti semua terkoneksi ke arah ini. Aktivitas 

serba digital dan elektronik dengan data sebagai peranan utamanya, individu tidak lagi 

terbatas pada ruang dan waktu, mereka bisa melakukan transaksi secara elektronik dimana 

saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Uang digital memegang peranan penting, gaji 

diberikan secara digital, belanja dan transaksi juga dengan sarana digital bahkan aktivitas 

kegiatan transaksi juga dialihkan secara digital karena lebih cepat, efektif dan efisien.

Beberapa transformasi teknologi yang sudah dimanfaatkan untuk krgiatan warga  

antara lain :

a. Transaksi digital

Transaksi ini melibatkan beberapa pihak ketiga sebagai media perantara transaksi, 

bisa Bank dalam bentuk nyata maupun virtual. Proses transaksi berlangsung memlaui 

berbagai macam kegiatan seperti penjualan, pembelian, lelang, pembayaran dan 

pemesanan yang dilakukan dengan sarana seperti e-banking, sms-banking, internet 

banking, e-money dan pembayaran lainnya melalaui outlet yang memiliki sarana akses 

pembayaran.

b. Aktivitas digital

e-learning, e-tiket, e-kursus, e-auction, e-library, e-paymen, ojek Online (Gojek) dan 

aktivitas digital lain diwarga  yang terhubung ke jaringan interent. Setiap orang yang 

pemanfaatkan sarana ini tidak bergantung lagi pada kativitas fisik, mereka dapat 

melakukanya dari lokasi dan wilayah yang tidak terbatas.

c. Perusahaan Digital

Munculnya perusahaan yang menyediakan akses memallaui media digital 

menjadikan teknologi ini semakin mutlak dibutuhkan warga , layana seperti ojek 

Online (Gojek), Grabb dan sejenisnya membawa perubahan besar diwarga . 

Beberapa perusahaan lain harus tutup dan merugi dengan muncul perusahaan digital ini 

seperti perusahaan penerbitan, perusahaan periklanan, perusahaan dagang dan 

perusahaan tradisional lainnya yang mulai banyak ditinggalkan oleh pelanggannya 

menuju pada pemanfaatan teknologi digital. 


Pembahasan pada jurnal ini mengkaji tentang proses perkembangan teknologi informasi / 

teknologi digital yang mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat di dunia 

sehingga mampu menimbulkan perubahan atau transformasi dari warga  dunia yang mulai 

beralih dan memanfaatkannya dalam berbagai kegiatan pribadi maupun sosial. Beberapa point 

penting yang terkait dengan teknologi informasi dan digital juga diulas untuk memberikan deskripsi 

tentang pentingnya teknologi ini dan dampak-dampaknya bagi warga  dunia.

 Teknologi Digital

Teknologi Digital yaitu  sebuah teknologi informasi yang lebh mengutamakan kegiatan

dilakukan secara komputer/digital dibandingkan memakai  tenaga manusia. namun 

lebih cenderung pada sistem pengoprasian yang serba otomatis dan canggih dengan system

komputeralisasi/format yang dapat dibaca oleh komputer. Teknologi digital pada dasarnya

hanyalah sistem menghitung sangat cepat yang memproses semua bentuk-bentuk informasi

sebagai nilai-nilai numeris. Perkembangan teknologi ini membawa perubahan pada kwalitas

dan efisiensi kapasitas data yang dibuat dan dikirimkan, seperti ; gamabr menjadi semakin

jelas karena kualitas yg lebih baik, kapasitas menjadi lebih efisien dan proses pengiriman

yang semakin cepat.

Teknologi digital memakai  sistem bit dan bite, untuk menyimpan data dan

memproses data, sistem digital mempekerjakan beberapa  besar switch listrik mikroskopis

hanya memiliki dua keadaan atau nilai (Biner 0 dan 1). Dari system ini dihasilkan berbagai

perkembangan yang sangat signifikan seperti bidang komunikasi, transformasi informasi,

pengolahan data, keamanan data dan penanganan kegiatan yang semakin komplek.

Komunikasi yang telah berkembang pesat dengan adanya penemuan jaringan komunikasi

data yang semakin maju mulai dari jaringan HSDPA, 2G, 3G, 4G bahkan sudah mulai masuk

keteknologi tinggi yatu 5G. Kecepatan perkembangan teknologi jaringan ini begitu singkat

dan melampaui batas kecepatan perkembangan hardware, sehingga banyak konsumen

teknologi informasi yang selaalu harus mengkuti perkembangan ini agar dapat

menikmatinya. Disaat masih menikmati jaringan 4G telah ada jaringan yang lebih cepat dan

besar kapasitasnya.

Teknologi digital akan terus berkembang. Pada masa yang akan datang, perkembangan

teknologi ini dipengaruhi tiga hal, yaitu transisi digital, konvergensi jaringan, dan

infrastruktur digital. Konvergensi jaringan yaitu  efisiensi dan efektfitas jaringan komunikasi

yang dapat dipakai  seperti telepon, video dan komunikasi baik dirumah maupun pada

perusahaan. Semakin tingginya kebutuhan konvergensi jaringan ini maka teknologi akan

berubah mengarah ke kebutuhan ini

Era transisi atau perpindahan teknologi dari teknologi sebelumnya ke teknologi digital

aik dari sisi produsen maupun komsumen telah beralih memilih teknologi yang lebih simple

yaitu teknologi digital . Khusus untuk konvergensi jaringan akan mengacu pada

kecenderungan gaya hidup, yaitu waktu di rumah yang berfokus pada keluarga dan

kesibukan perjalanan yang merupakan gabungan antara bekerja dan bermain. Selain itu,

kesibukan di kantor antara kerja dan kebutuhan hiburan. Dengan kecenderungan itu,

produsen produk digital akan mengarahkan peluang bisnisnya ke sana. Produk dan teknologi

akan mengkuti perkembangan gaya hidup warga  dengan teknologi di era digital.

Produsen produk-produk digital harus mampu memberi solusi komprehensif pada era

konvergensi jaringan itu.

Pesatnya perkembangan teknologi dan gaya hidup warga  membawa perubahan

yang pesat pula akan kebutuhan teknologinya, disini teknologi digital menjadi pilihan

utamanya.

 Tranformasi Digital

Digital transformation atau transformasi digital yaitu  sebuah perubahan cara 

penanganan sebuah perkerjaan dengan mengunakan teknologi informasi untuk mendapatkan 

efisiensi dan efektifitas. Bebarapa bidang yang telah melakukan transformasi ini seperti 

pendidikan dengan e-learningnya, bisnis dengan e-bisnis, perbankan dengan e-banking, 

pemerintah dengan e-government dan masih banyak lagi yang lain, intinya yaitu  

peningkatan efisiensi dan efektivitas pekerjaan dan berkas pendukungnya dengan 

memakai  database. Paperless yaitu  tujuan utamanya, semua bukti transaksi yang 

berupa dokumen telah tergantikan dengan database sehingga lebih simple, fleksible dan dapat 

diakses setiap saat. 

Perubahan ini membawa dampak positif maupun negative bagi setiap individu maupun 

perusahaan yang berkaitan dengan proses bisnis ini . Dalam bisnis dengan transformasi 

digital, memberikan kemudahan para pelanggan untuk memesan produk atau melakukan 

pemesanan tentang berbagai hal lainnya dengan mudah dan murah. Tidak lagi semua harus 

bertransaksi langsung namun secara online transaksi ini dapat dilakukan dengan berbagai 

media teknologi informasi, mulai dari pemesanan, pembayaran, konfirmasi sampai pada 

proses pengecekan pengiriman barang semua dilakukan secara digital. Efek berlanjut ke harga 

produk yang akan semakin murah, hal ini karena proses pemasran dan administrasinya tidak 

membutuhkan biaya yang besar. Akhirnya mereka yang berbisnis secara tradisional akan 

menuai kerugian karena beralihnya pelanggan ke transaksi digital yang mudah, murah, cepat 

dan efisien.

. Kemudahan System Digital

Dengan adanya teknologi digital Efisiensi dan efektiftas telah terbukti diwarga , 

seperti hotel yang bekerja sama dengan aplikasi travel berbasis online seperti Traveloka dan 

Trivago untuk membuat pemesanan kamar di hotel yang semakin mudah dan efisien. Selain 

itu system pembayaran digital juga sudah dirasakan mannfaatya oleh warga  luas, seperti 

pembayaran di Tol, Gojek, took online dna berbagai macam jenis usaha yang telah 

memakai  pembayaran digital.

a. Transformasi Digital di Dunia E-Commerce

Dunia eCommerce yaitu  dunia yang sangat terpengaruh oleh transformasi digital. 

Bagaimana tidak? perusahaan eCommerce pasti berhubungan dengan dunia digital.

Tak heran kalau banyak perusahaan yang mulai membuka diri mereka 

sebagai eCommerce. Contohnya saja dengan banyaknya eCommerce di negara kita  

seperti Tokopedia atau Bukalapak yang berkembang dan jarang ada eCommerce yang 

gulung tikar karena besarnya minat belanja di negara kita .

b. Transformasi Digital di Dunia Perbankan

Banyak layanan perbankan yang kini memakai  digital transformation sebagai 

pilar untuk pendekatan mereka pada konsumen.

Salah satunya yaitu  adanya aplikasi mobile banking yang mempermudah transaksi 

keuangan konsumen. Juga adanya aplikasi pendukung lainnya untuk mempermudah

 kegiatan perbankan para konsumen. Transaksi semakin mudah dan murah serta aman 

dilakukan setap saat, tanpa terpengaruh ruang dan waktu.


. Era Digital Menjadi Pilihan Individu

Konversi teknologi membawa perubahan pada kebutuhan industry baru diwarga ,

seperti ;

a. Perubahan teknologi penyimpanan dari teknologi analog ke teknologi digital seperti pita 

kaset menjadi compact disk (CD) kemudia berubah kembli dalam bentuk data mp3, 

mp4 yang dapat dengan mudah di kopi, diakses dan didistribusikan. Perkembangan 

selanjutnya perangkat CD yang sudah tidak efisien dan efektif lagi saat distribusi file 

dapat dilakukan telah tergantkan dengan media penyimpanan yang lain seperti 

flashdisk dan cloud. Setiap individu mengarah pada perubahan yang semakin efektif 

dan efisien sesuai kebutuhan gaya hidupnya. 

b. Beberapa perubahan teknologi dari analog system ke Teknologi digital seperti ;

- Analog penyiaran untuk penyiaran digital

- Telepon umum ke ponsel

- Buku ke E-book

- Surat/Mail ke email

- Analog fotografi ke fotografi digital

- Cash ke transfer


 Transformasi Aktivitas Individu Ke System Digitial

Diera digital individu memakai  berbagai fasilitas teknologi ini untuk memudahkan 

dan membantu kegiatan sehari-hari seperti :

a. Mendapartkan berita dan informasi yang dibutuhakn setiap saat

b. Mendapatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya 

c. Melakukan sosialisasi melalui fasilitas digital

d. Mendapatkan berbagai sumber belajar serta materinya secara cepat dan murah bahkan 

melakukan proses pembelejarannya melalui system ini juga.

e. Mencari hiburan dan pengalaman dari media digital sesuai dengan yang menjadi 

perhatiannya.


Transformasi Kegiatan Transaksi Ke System Digital

Era digital mengubah berbagai kegiatan bisnis dan ekonomi tiap individu maupun 

lingkungan sebuah daerah bahkan sampai ada tingkat Negara, berbagai kegitan bisnis dan 

transaksi kegiatan perekonomian telah menuju pada era digitalisasi bisnis individu sehari -hari 

seperti :

a. Kegiatan transaksi perbankan seperti penarikan dana, penyimpanan dana, transfer dana 

dan berbagai kegiatan transaksi perbankan lainnya. 

b. Kegiatan transaksi perdagangan dengan berbagai fasilitas seperti e-commerce dan e￾bisnis, dimana transaksi digital telah menjadi sarana utama kegitan bisnis ini. 

c. Kegiatan transaksi Pembayaran online yang telah dipakai  oleh warga  untuk 

memenuhi kebutuhan pembayaran tagihan berbagai fasilitas yang ada dengan mudah 

dan efektif.

d. Selain itu juga berbagai transasksi yang telah berubah menuju pada transaksi e-money 

sehingga individu dapat melakukan transaksi tanpa perlu memakai  uang cash lagi.


. Transformasi Aktivitas Perusahaan Ke System Digital

Kegiatan perusahaan yang tidak berpindah ke era digital ini akan mengalami masalah 

baik dari sisi efisiensi maupun sisi efektifitas kerja perusahaan. Segala informasi perusahaan 

telah dikemas dalam bentuk digital system, baik pengelolaan pegawai, penggajian, 

pemasaran, persediaan, produksi maupun manajemen perusahaan yang lainnya. 


Transformasi Expert System Diperusahaan

Perubahan yang sangat pesat terjadi juga dalam bidang system cerdas, dimana setiap 

elemen teknologi informasi telah mengdopsi teknologi ini . Setiap produk sudah

memakai  system cerdas yang melekat dan dipakai  secara maksimal untuk 

meningkatkan efisiensi dan efektifitas fasilitas yang tersedia.


 Dampak Transformasi Digital

Telah nyata muncul diwarga  berbagai fasilitas digital yang dapat dimanfaatkan 

untuk membantu kegiatan-kegiatan sehari-hari seperti, e-commerce, e-banking, e-learning, 

e-money, e-tol dan berbagai peralatan praktis hasil rekayasa perangkat lunak yang dipakai  

untuk kegiatan seperti aplikasi perkantoran, aplikasi bisnis, aplikasi entertainment, aplikasi 

untuk kesehatan dan lain sebagainya. 

. Kejahatan System Digital

Sering ditunjukkan bahwa transformasi digital telah berdampak drastis pada 

industri konvensional, dan juga meningkatkan kompleksitas sosial, dan beberapa 

aspek negatif dari warga  digital, seperti risiko keamanan dan masalah privasi, 

sekarang menjadi jelas. Pada saat yang sama, tren menuju penciptaan nilai baru 

melalui teknologi digital dan memberikan kontribusi bagi warga  masa depan 

sekarang dapat dilihat di seluruh dunia. Evolusi transformasi digital bukanlah jalan 

yang bisa dihindari. Oleh karena itu, aspek-aspek negatif ini harus dibagikan dan 

diakui, dan kami mencoba untuk mempercepat partisipasi multi pemangku 

kepentingan dan berbagi praktik terbaik. warga  5.0 mampu mengatasi dan 

memberikan pendekatan untuk mengurangi aspek negatif ini.

Menurut (Danuri, 2017) bahwa munculnya trend kejahatan digital model baru 

yang memanfaatkan dan mengarahkan serangan ke database sebagai pilihan utama 

untuk menguasi semua akses seseorang. Perkembangan system digital membawa 

dan mengubah bentuk kajahatan menjadi kejahatan yang lebih canggih dan banyak 

variannya. Trend menunjukkan bahwa perubahan perkembangan teknologi diiringi 

perkembangan pola dan varian baru kejahatan cyber crime. Setiap teknologi memiliki 

celah yang dapat dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki niat jahat dan merugikan 

orang lain.

Perilaku individu system digital

orang-orang yang terlalu sibuk dan sering beraktivitas dengan gadget mereka 

dan terus terhubung dengan dunia maya, maka akan kehilangan 'sisi manusianya' 

ketika dia sudah kembali dihadapkan ke dunia nyata.

Kemajuan teknologi yang sangat pesat, khususnya di bidang teknologi 

informasi, seperti internet of things, smart city, big data, dan artificial 

intelligence (AI) memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan yang 

bersifat vilatility, uncertainity, complexity dan ambiguity (VUCA).

Menurut Santoso (2018), “tidak saja mengubah gaya hidup manusia dari 

generasi ke generasi, kemajuan teknologi ikut berimbas terhadap cara pandang, 

cara berpikir, dan akselerasi neuron otak dalam merespon setiap perubahan dan 

kemajuan teknologi informasi ini ”. Disisi teknologi setiap individu 

membutuhkan teknologi digital yang dalam prosesnya akan ada dampak bagi 

perkembangan tubuh manusia khususnya otak dan perilaku. Telah terjadi kasus 

dimana pemakai  mulai kecanduan teknologi digital baik anak-anak, remaja 

maupun orang tua mereka telah terbawa kepada era transformasi yang sangat 

cepat. Apa yang diinginkan individu ini  dapat terwujud melalui teknologi 

digital sehingga mereka cenderung menjadikan teknologi ini sebagai kebutuhan 

utamanya. Inilah era dimana manusia tidak dapat terlepas dari teknologi, mereka

sangat bergantung pada fasilitas yang disediakan di dalamnya dan menjadikannya 

sebagai pendukung utama kegiatannya.


Perilaku perusahaan system digital

Setiap elemen kegiatan yang ada diperusahaan telah tergantikan dengna system 

digital baik yang dilakukan secara partial maupun secara total. Pelayayan perusahaan 

diserahkan kepada system yang terntergrasi dengan database dan manajemen, 

sehingga setiap tindkan dan kegiatan dapat terpantau setiap saat. Perusahaan lebih

mengandalkan system digital dalam proses kegiatannya, dimana dengan system ini 

lebih efektif dan efisisen. Perilkau perusahaan ini juga akan mempengaruhi perilaku 

konsumen, sehingga keduanya akan terbawa pada teknologi digitall didalam 

transaksi-transaksinya. Setiap perubahan teknologi dgital pada sisi perusahaan akan 

membawa konsumen pada perubahann pemanfaatan sisi teknologi digital juga.


 Model Transformasi Digital di masa Depan

Dimasa depan manusia tidak dpat terlepas dari teknologi informasi dan system digital 

dalam kegiatan sehari-hari. Semua akses kehidupan akan langsung terintegrasi dengan 

kegiatan manusia, dengan munculnya e-money semakin memudahkan proses transaksi dan 

pemenuhan bisnis sehari-hari. Manusia dan teknologi informasi menyatu dalam setiap 

kegiatan, akses informasi terkoneksi langsung dan melekat dengan individu sehingga 

teknologi bioinformatika akan menjadi pilihan utama. Setiap individu dengan peralatan yang 

tertanam pada tubuhnya dapat mengakses berbagai fasilitas yang disedakan oleh 

perusahaan-perusahaan yang menawarkan fasilitas kehidupannya mulai dari bangun tidur 

sampai pada tidur kembali, semua disediakan oeh system teknologi digital.