membobol ATM 1
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) telah mengalamai kemajuan
yang sangat pesat, terutama setelah diketemukannya teknologi yang menghubungkan
antar komputer (Networking) dan Internet. Namun demikian, berbagai kemajuan tersebut
ternyata diikuti pula dengan berkembangnya sisi lain dari teknologi yang mengarah pada
penggunaan komputer sebagai alat untuk melakukan berbagai modus kejahatan. Istilah ini
kemudian dikenal dengan cybercrime.
Baru-baru ini terjadi pembobolan mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di Bali dengan
menggunakan Skimmer, yaitu sebuah alat pencuri data nasabah. Modus operasi para
pembobol bank yaitu memasang skrimmer di mulut ATM. Setelah data nasabah didapat,
pelaku tinggal memasukkan kedalam kartu ATM nya. Yang nantinya pembobol akan
dengan leluasa menguras uang nasabah. Satu skrimmer bisa menyimpan data sampai
2000 kartu dan ironinya skrimmer ternyata dijual bebas disejumlah pertokoan dengan
harga Rp 1,5 juta.
Selain itu ada cara lain untuk memancing nasabah yaitu dengan Fishing yaitu dengan
membuat situs palsu untuk memancing nasabah pengguna layanan internet banking.
Dengan mengirim pesan elektronik (e-mail) yang seakan-akan dari operator bank. Isinya
meminta nasabah mengisi data kembali dengan alasan ada perbaikan sistem keamanan.
Kejahatan teknologi informasi atau kejahatan dunia maya (Cyber Crime) merupakan
permasalahan yang harus ditangani secara serius, karena akibatnya sangat luas. Dan jika
tidak ditanggulangi dan tidak terkendali akan sangat fatal bagi kehidupan masyarakat,
khususnya bagi pengguna teknologi
Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi
computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang
memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya internet. Cybercrime
didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi
computer yang berbasasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet.
Karakteristik Cybercrime Dalam perkembangannya kejahatan konvensional cyber crime
dikenal dengan:
1. Kejahatan kerah biru
2. Kejahatan kerah putih
Cybercrime memiliki karakteristik unik yaitu:
1. Ruang lingkup kejahatan
2. Sifat kejahatan
3. Pelaku kejahatan
4. Modus kejahatan
5. Jenis kerugian yang ditimbulkan
Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penanganannya maka
cybercrime diklasifikasikan:
a) Cyberpiracy : Penggunaan teknologi computer untuk mencetak ulang software atau
informasi, lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi
komputer.
b) Cybertrespass: Penggunaan teknologi computer untuk meningkatkan akses pada
system computer suatu organisasi atau indifidu.
c) Cybervandalism : Penggunaan teknologi computer untuk membuat program yang
menganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data dikomputer
Skimmer
Skimmer atau ATM Skimmer, merupakan alat pencuri data nasabah yang dipasang di
mulut ATM, alat ini akan menyalin data si korban jika ia memasukan kartu ATM melalui
skimmer ini, setelah itu maka si penjahat yang menempatakn Skimmer pada lobang ATM
akan memiliki data nasabah pemilik ATM.
Skimmer berarti alat yang bisa digunakan untuk aktivitas pencurian informasi yang
dilakukan dari kartu nasabah, baik dari kartu ATM maupun kartu kredit. Dengan
memasang alat ini di mulut ATM, pelaku bisa mendapatkan data di kartu nasabah.
Kemudian tinggal memasukannya ke dalam kartu ATM bodong. Sementara untuk pin,
pelaku menggunakan kamera pengintai mungil.
METODE
Metode yang digunakan oleh pembobol untuk membobol ATM nasabah yaitu:
1. Teknik Skimming Pada ATM
Pada saat kita memasukan kartu ATM ke mesin ATM, sang mesin ATM akan membaca
informasi pada kartu ATM anda untuk digunakan sebagai KUNCI mengakses fasilitas
perbankan anda. Salah satu jalan termudah untuk mencuri data informasi pada Kartu
ATM anda di mesin ATM yaitu dengan memasang alat tambahan (skimmer) di depan
mulut tempat anda memasukan kartu ATM. Proses pemasangan Skimmer.
Dengan terpasangnya SKIMMER pada mulut atm, setiap yang nasabah datang melakukan
transaksi dengan memasukan kartunya ke atm, sebelum data tersebut dibaca oleh mesin
ATM, alat skimmer pun telah membaca dan merekam data kartu anda untuk selanjutnya
akan di-copy-kan ke kartu magnetik lainnya (bodong). Selanjutnya sang pencuri tinggal
mengambil alat skimmernya, dan menduplikasi kartu-kartu ATM milik nasabah-nasabah
yang sempat mengakses ATM tersebut.
2. Cara mengetahui PIN nasabah
para pencuri tersebut memasang hidden camera untuk merekam moment saat kita
menekan nomor PIN di ATM tersebut. Camera tersebut bentuknya sangat kecil, dan
memiliki internal memory yang cukup besar. Saat ini sangat mudah sekali mendapatkan
camera seperti ini di Internet. pemasangan Camera untuk merekam aktifitas pemasukan
PIN ATM.
3. Pembuatan Kartu Magnetik Palsu
Saat sang pencuri mengambil kembali skimmer & camera miliknya, dia sudah
mendapatkan data-data kartu kita lengkap dengan nomor PIN. Selanjutnya, sang pencuri
tinggal membuat kartu magnetik baru dengan data-data kartu kita didalamnya dengan alat
yang umum seperti gambar dibawah ini:
Selanjutnya sang pencuri memiliki akses penuh selayaknya pemilik rekening yang dicuri.
Untuk meminimasi resiko biasanya sang pencuri memilih ATM yang tidak ada camera
CCTVnya, oleh sebab itu tidak heran mengapa beberapa transaksi yg dilakukan pencuri
memilih di ATM bank lain yang tidak memiliki CCTV (switching).
4. Mengenali bentuk-bentuk Skrimmer
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menganalisis bagaimana pembobol bisa
mendapatkan informasi yang diinginkannya untuk bisa mendapatkan uang dengan
mudah. Hasilnya menunjukan dengan memakai berbagai macam alat diantara Skimmer
dan kamera kecil yang disimpan disamping dekat nasabah memasukkan pin. Dan ternyata
cara yang dilakukan tidaklah begitu canggih seperti yang diperkirakan orang-orang, orang
dengan pengetahuan praktis elektronika dan IT (Information Technology) bisa melakukan
hal tersebut. Bahkan alat-alatnya pun bisa dibeli dari beberapa situs underground di
Internet.
Skimmer yang lebih canggih biasanya menggunakan alat-alat lebih canggih, dasarnya
tetap sama namun teknologinya lebih canggih. Dalam hal pencurian PIN, Skimmers
canggih menggunakan PIN PAD palsu seperti gambar dibawah ini:
Dengan menggunakan PIN PAD palsu ini, setiap tombol yang ditekan akan direkam
lengkap dengan waktu penekanan. Dengan demikian, usaha menutupi tangan saat
menekan PIN untuk menghindari pencurian pin akan sia-sia belaka. Lebih canggih lagi
skimmer dewasa ini memanfaatkan teknologi bluetooth seperti diagram kerja dibawah
ini:
Dengan teknologi SKIMMER secanggih ini, setiap nasabah masuk ke mesin ATM, kartu
otomatis dicopy ke mesin skimmer. PIN otomatis terkam pada pin-pad unit. Kedua alat
ini akan mengirim data-data tersebut via bluetooth ke main-unit yang ditempatkan
maksimal 25 meter dari mesin ATM. Selanjutnya main unit ini akan memberikan
notifikasi ke sang pencuri via SMS. Bahkan bukan tidak mungkin, sang pencuri sudah
mendapatkan apa yang ia hendaki tanpa mengambil kembali unit skimmer yang ada di
ATM, karena seluruh data yang ia inginkan sudah dikirimkan via GPRS ke notebook sang
pencuri
PENUTUP
Mengingat semakin banyak kasus-kasus yang terindikasi sebagai cyber crime, maka
selain aspek hukum maka secara teknis juga perlu disiapkan berbagai upaya preventif
terhadap penangulangan kasus cyber crime. Oleh sebab itu, nasabah harus lebih berhatihati dalam melakukan transaksi melalui ATM ataupun melalui internet. Untuk
menghinadari pembobolan ada beberapa cara untuk menghindarinya:
1. Menjaga kerahasiaan PIN
2. kondisi fisik ATM dan sekelilingnya dan apabila ada hal-hal yang mencurigakan,
nasabah diharapkan tidak menggunakan ATM tersebut dan segera melaporkan kepada
pihak bank terdekat dan atau kepada pihak berwajib.
3. Pada saat bertransaksi menggunakan kartu ATM pada merchant (toko yang bekerja
sama dengan pihak perbankan), diharapkan nasabah memperhatikan kondisi alat EDC,
bila terdapat alat (device) mencurigakan yang menempel pada EDC atau hal lain yang
mencurigakan, nasabah dihimbau tidak bertransaksi dan segera melaporkan kepada
pihak bank terdekat atau kepada pihak berwajib.
4. Segera blokir kartu ATM bila menemukan kejanggalan transaksi.
5. Cari lokasi ATM yang relatif aman.
6. Jangan mudah percaya dengan bantuan orang lain di sekitar ATM.
Sistem keamanan atm seperti yang di terapkan
belakangan ini belum sepenuhnya mampu untuk
membuat sistem berjalan secara secure , berbagai
serangan dan ancaman terhadap sistem masih terjadi
dengan intensitas yang cukup tinggi hal ini tentunya
membuat nasabah tidak nyaman akan dampak negatif
yang di hasilkan, pasalnya diperkirakan total kerugian
yang terjadi dalam satu kali aksi pembobolan jumlahnya
bisa mencapai jutaan bahkan milyaran rupiah, Pada
penelitian yang kami ajukan ini akan dibahas sebuah
metode pengamanan pada atm dengan memadukan
kriptografi di dalamnya, metode yang digunakan adalah
melakukan enkripsi pada sisi kartu atm dengan algoritma
AES sehingga data yang di simpan pada kartu atm yang
sebelumnya berupa nomor tanpa enkripsi akan berubah
mejadi kode-kode enkripsi sehingga hal ini dapat
meminimalisir kejahatan pembobolan atm dengan
melakukan duplikasi kartu atm.
Kesadaran perlunya menjaga kartu atm juga perlu di
perhatikan karena ini merupakan upaya awal yang dipat
dilakukan untuk menjaga kartu atm yang di berikan oleh
pihak bank. Penelitian ini akan menjelaskan metode
kriptografi AES yang digunakan dalam enkripsi plaintext
pada kartu atm menjadi ciphertext sehingga nantinya
ketika kartu digunakan untuk transaksi maka mesin atm
harus mampu melakukan deskripsi terlebih dahulu dari
hasil enkripsi yang ada pada kartu atm.
Kata Kunci: Keamanan, menjaga, kriptografi, atm,
enkripsi, kartu, aes.
1. Pendahuluan
Keamanan sebuah sistem dalam jaringan merupakan hal
penting yang sangat krusial terlebih jika sistem tersebut
melibatkan transaksi keuangan seperti yang di jalankan
oleh perbankan, berbagai metode keamanan telah
diterapkan oleh pihak bank mulai dari penerapan sandi
pada atm dengan ketentuan yang tidak boleh
mengkombinasikan tanggal lahir, penggunaan sandi
dengan minimal 6 karakter, pemeliharaan sandi yang
harus ganti minimal 1 tahun sekali. Hal tersebut
dilakukan semata-mata untuk menjaga keamanan dalam
bertransaksi, banyaknya kasus pembobolan atm yang
sering terjadi memiliki dampak negative bagi yang
memanfaatkan jasa layanan bank karena hal ini bisa
menurunkan dampak kepercayaan pengguna kepada
pihak bank terkait kasus yang marak terjadi belakangan
ini jika di biarkan dalam jangka panjang hal ini
kemungkinan akan menimbulkan dampak pada bidang
ekonomi karena ketika pengguna jasa bank sudah tidak
lagi percaya untuk menitipkan uangnya dibank maka
tentunya mereka akan menguras uang simpanan mereka
di bank dan akan memindahkannya ketempat yang lain
yang dirasa aman namun perlu diketahui bahwa tindakan
tersebut bisa menimbulkan guncangan terhadap
kestabilan perokonomian suatu negara.
Peran kriptografi dalam hal ini memiliki tingkatan yang
sangat penting karena dengan metode kriptografi yang di
terapkan setidaknya akan mengamankan sistem yang
sebelumnya komunikasi data berjalan apa adanya tanpa
adanya enkripsi namun dengan diterapkannya metode
kriptografi maka data yang keluar masuk pada sistem
akan terenkripsi menjadi bentuk gabungan dari angka
dan huruf yang acak, hal ini akan menambah tingkat ke
amanan pada sebuah sistem juga akan mempersulit bagi
mereka yang akan melakukan kejahatan, kriptografi
yang di terapakan pada proses enkripsi kali ini berfokus
pada enkripsi nomor yang ada pada kartu atm sehingga
nantinya tujuan akhir dari metode ini seluruh nomor
yang ada pada kartu atm berbentuk enkripsi selain itu
pada jurnal ini penulis juga akan mengulas tentang cara
kerja atm, berbagai macam kejahatan pembobolan yang
sering dilakukan dan juga sistem keamanan yang
menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut[1].
2. Pembahasan
Kriptografi awalnya dikenal sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana cara menyandikan pesan namun
ketika kita merujuk pada pengertian kriptografi secara
modern adalah sebuah teori yang didasarkan pada teori
matematika dimana digunakan sekumpulan teknik untuk
menyediakan keamanan bagi informasi ataupun data.
Ada banyak algoritma yang bisa di gunakan dalam
melakukan enkripsi sebuah informasi namun pada
pembahasan kali ini penulis akan lebih focus untuk
pembahasan algoritma menggunakan AES (Advanced
Encryption Standard)
AES memiliki invers dengan panjang blok 128 bit[1]
sehingga system penyandian blok disebut non-Feistel.
Sistem penyandioan AES memiliki proses yang berulang
biasanya hal ini sering disebut juga dengan ronde
penentuan jumlah ronde dalam AES bergantung pada
panjang kunci yang di gunakan.
Sebelum berlanjut untuk membahas lebih jauh mengenai
AES perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa
karakteristik AES menggunakan 5 ukuran data,
diantaranya adalah byte,bit,word,blok dan state dalam
nilai digit sistem biner bit merupakan nilai satuan data
terkecil lebih kecil dari Byte karena terdapat perbedaan
antara keduanya, jika bit adalah nilai terkecil dalam
satuan data sedangkan Byte terdiri dari 8 bit, word
berukuran 4 byte atau sama dengan 32 bit, blok
berukuran 16 byte atau sama dengan 128 bit dan state
adalah blok yang di atur sebagai matrik byte berukuran
4x4 seperti gambar berikut[1].
2.1 Struktur Enkripsi Pada AES
Dalam enkripsi struktur AES merupakan transformasi
terhadap State sebuah teks asli berupa plaintext dalam
blok 128 bit terlebih dahulu akan diorganisir sebagai
State. enkripsi AES adalah suatu transformasi terhadap
State yang dilakukan secara berulang dalam beberapa
ronde state yang menjadi keluaran ronde k menjadi
masukan untuk ronde ke-k+1[2].
secara garis besar desain enkripsi aes diberikan oleh
gambar 2. mulanya sebuah plaintext di organisasi
sebagai sebuah state setelah itu sebelum ronde 1 mulai
teks asli yang berupa plaintext dicampur dengan kunci
ronde ke-0 pada bagian ini disebut sebagai
AddRoundKey kemudian ronde ke 1 sampai dengan
ronde ke (NR-1) dengan Nr merupakan jumlah ronde
menggunakan 4 jenis transformasi, yaitu SubBytes,
ShiftRows, MixColumns dan AddRoundKey. Pada ronde
ke-Nr akan dilakukan transformasi serupa dengan ronde
lain namun tanpa MixColumns[3].
2.2 Struktur Deskripsi Pada AES
Dalam proses enkripsi yang dilakukan sebelumnya untuk
mengubah sebuah text asli (plaintext) menjadi ciphertext
didasarkan pada beberapa langkah-langkah yang disebut
sebagai ronde, namun jika dalam proses deskripsi ada
sedikit perbedaan karena pada dasarnya proses ini adalah
melakukan dekrip dari sebuah kode enkripsi yang di
sebut ciphertext menjadi text aslinya lagi (plaintext).
Algoritma dekripsi AES menggunakan transformasi
invers semua transformasi dasar yang digunakan pada
algoritma enkripsi AES. Sehingga dalam transformasi
dasar AES memiliki invers, yaitu InvSubBytes,
InvShiftRows dan InvMixColumns.
AddRoundKey adalah transformasi yang sifatnya selfinvers memiliki syarat menggunakan Key yang sama
seperti ditunjukkan pada gambar 2. diatas adalah
algoritma deskripsi untuk AES.
2.3 Transformasi-transformasi AES
Algoritma enkripsi AES menggunakan 4 jenis
transformasi: substitusi yang disebut dengan SubBytes,
permutasi yang disebut dengan ShiftRows, pencampuran
yang disebut dengan MixColumns, dan penambahan
kunci yang disebut AddRoundKey.
2.3.1 SubBytes
AES menggunakan substitusi nonlinier pada ukuran byte
yang disebut SubBytes. Setiap elemen pada state dari
elemn s(0,0) sampai dengan s(3,3) dikenakan transformasi
SubBytes.
2.3.1.1 Transformasi dengan Tabel Substitusi
Transformasi SubBytes dapat menggunakan tabel
substitusi, yaitu dengan cara menginterpretasikan byte
masukan si,j sebagai 2 bilangan heksadesimal, kemudian
digit kiri menunjukkan indeks baris dan digit kanan
menunjukkan indeks kolom di tabel substitusi. Nilai byte
pada tabel substitusi yang dirujuk oleh indeks baris dan
kolom menjadi nilai yang mensubstitusi si,j. Tabel
substitusi untuk SubBytes diberikan oleh Tabel 2.1.
sedangkan tabel invers substitusi SubBytes (transformasinya diberi nama InvSubBytes) diberikan oleh tabel
2.
ShiftRows
Selain menggunakan substitusi untuk mengganti nilai
pada elemen state, AES menggunakan permutasi pada
state. Transformasi permutasi pada state disebut dengan
transformasi ShiftRows. ShiftRows dilakukan dengan
menjalan operasi circular shift left sebanyak i pada baris
ke-i pada state. Ilustrasi transformasi ShiftRows
diberikan oleh Gambar 3.
Transformasi ShiftRows merupakan jenis transformasi
permutasi, yaitu pengubahan posisi elemen pada state
tanpa mengubah nilainya. Transformasi ShiftRows
terlihat sederhana jika dilihat melalui representasi state.
Namun, karena state adalah representasi blok dengan
oriental per kolom menjadikan transformasi ShifRows
menjadi rumit jika dilihat dari sudut pandang blok.
2.3.2.2 InvShiftRows
Tranformasi invers terhadap ShiftRows disebut
InvShiftRows. Transformasi InvShiftRows terhadap
sebuah state menggunakan operasi (circular shift right)
pada tiap barisnya yang banyak gesernya sesuai dengan
indeks baris seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.
MixColumn
Tujuan transformasi MixColumn adalah mencampur
nilai kolom pada state pada satu elemen state keluaran.
Untuk melakukan pencampuran itu, transformasi
MixColumn menggunakan operasi perkalian matriks
dengan operasi perkalian matriksdengan operasi
perkalian.
Gambar matriks diatas dikalikan berurutan dimulai
dengan mengambil pada kolom ke-1 (a(0,0) sampai a(0,3))
dengan matriks 1 dilanjutkan hingga kolom terakhir
(a(3,0) sampai a(3,3)) dengan matriks 4.
Dan akan menemukan hasil untuk melanjutkan ke
metode selanjutnya yang ada pada Gambar 8.
AddRoundKey
Transformasi keempat yang digunakan pada penyandian
AES adalah transformasi AddRoundKey. Transformasi
AddRoundKey mencampur sebuah OR(⨁). Setiap
elemen pada state masukan yang merupakan sebuah byte
dikenakan operasi eksklusif OR dengan bytepada posisi
yang sama di kunci ronde (kunci ronde direpresentasikan
sebagai state).
Kalikan kolom pertama Round Key dengan kolom
pertama hasil MixColumn begitu juga setelahnya
Kalikan begitu juga seterusnya hingga menemukan hasil
dari round pertama yang ada dan akan ketemu hasil akhir
setelah melakukan looping hingga 9 kali.
2.3 Kriptografi Pada ATM
Dalam proses transaksi ATM biasanya menggunakan
sebuah kartu debet yang dilengkapi dengan pin dengan
jumlah sebanyak 6 karakter, pin yang telah diterapkan
bersifat rahasia termasuk pegawai bank bersangkutanpun
tidak boleh mengetahui pin debet dari setiap nasabahnya
karena ini merupakan privasi yang harus terjamin bagi
setiap pemegang kartu atm.
Dalam proses transaksi atm mulanya pemilik kartu
memasukkan kartu debetnya kedalam mesin atm,
kemudian setelah kartu masuk kedalam mesin atm
pengguna kartu diminta untuk memasukkan pin biasanya
sejumlah 6 karakter (tergantung kebijakan bank
bersangkutan) setelah itu mesin atm akan mengirimkan
data kepada server pusat untuk melakukan validasi
terhadap kartu atm dan juga pin yang telah dimasukkan
oleh pemegang kartu, ketika data yang dilakukan
validasi ternyata valid maka transaksi akan bisa di
lanjutkan namun pada saat mesin server pusat
menyatakan bahwa data kartu dan pin yang di masukkan
tidak sesuai dengan database yang telah disimpannya
maka mesin atm akan memberikan kesempatan sebanyak
2 kali kepada pemegang kartu untuk mengulanginya,
setelah dinyatakan 3 kali mesin atm gagal melakukan
validasi maka transaksi akan dihentikan dan kartu atm
akan di blokir, sejauh ini kriptografi sudah mengambil
peran penting dalam proses transaksi yang dilakukan
pada mesin atm, dimana salah satu algoritma kriptografi
telah berperan dalam melakukan enkripsi data pada saat
terjadi komunikasi antara mesin atm yang digunakan
untuk transaksi dan juga komputer server pusat yang
melakukan validasi dan menyimpan semua data user
(nasabah bank terkait) kriptografi berperan untuk
melakukan pengacakan data baik yang dikirim maupun
diterima antara mesin atm pusat dan mesin atm yang
digunakan untuk transaksi sehingga keamanan pada saat
transaksi akan lebih terjamin karena lalu lintas data akan
di enkripsi sebelum dikirimkan.
Kriptografi yang diterapkan pada proses diatas mungkin
bisa menjaga keamanan data pada saat proses transaksi
berjalan, namun bagaimana cara melakukan
perlindungan pada bagian kartu atmnya itu sendiri, kartu
atm disebut juga sebagai Magnetic Stripe Card
merupakan kartu yang digunakan sebagai media
penyimpanan data-data dengan melakukan modifikasi
serpihan partikel-partikel pada kartu dengan lempengan
magnetic yang tipis
Selain digunakan sebagai kartu atm, magnetic card juga
biasanya digunakan untuk kartu identitas maupun kartu
tiket transportasi cara kerja yang digunakan adalah strip
magnetik pada dasarnya adalah deretan magnet kecil
data yang dimasukkan dikodekan ke media dengan
mengatur polaritas magnet tersebut, kemudian magnetic
card digesekkan ke sebuah alat yang biasanya disebut
swipe reader hingga melewati stasioner reading head,
alat ini akan berkerja dengan baik untuk melakukan
pembacaan pada magnetic stripe card jika kartu di
gesekkan dengan tidak terlalu cepat dan juga tidak
terlalu lambat
Tipe lain reader lainnya adalah dengan memasukkan
kartu. Biasanya, kartu 'ditelan' oleh reader dan dibaca
langsung dengan baik melewati stasioner head reader
Dari berbagai jenis swipe reader di atas fungsi utamanya
adalah melakukan pembacaan data yang berada pada
magnetic card melalui gesekan sebelumnya, disinilah
suatu proses kriptografi perlu diterapkan pada sisi
keamanan user yang diaplikasikan langsung pada
magnetic card sehingga bukan hanya proses
komunikasinya saja yang dilakukan enkripsi namun
pada sisi kartu atm juga di aplikasikan sebuah algoritma
kriptografi.
2.3 Proses Enkripsi Pada Kartu ATM
Kartu atm atau disebut juga magnetic card memiliki
beberapa nomer unik di antaranya biasanya tertera pada
bagian depan kartu dan juga bagian belakang kartu
selain itu dalam kartu juga masih menyimpan beberapa
digit angka yang tersimpan pada bagian magnetik kartu
sehingga ketika kartu di gesekkan pada sembarang
media swipe rider akan terbaca langsung kode yang
tercantum di dalamnya untuk mengantisipasi hal ini
dibutuhkan sebuah program yang dapat melakukan
enkripsi pada nomer yang akan di simpan pada magnetic
card sehingga nantinya sebuah kartu atm akan
menyimpan hasil kode enkripsi tersebut dan ketika di
gesekkan pada sembarang magnetic card maka hasil
yang terbaca sudah berupa cipher text bukan lagi deretan
angka-angka text asli (plain text).
Pada saat proses transaksi maka mesin atm harus mampu
melakukan dekrip terhadap kode ciphertext tersebut
untuk memastikan berapa deretan angka-angka yang
sesungguhnya yang tersimpan pada kartu atm, ketika
proses dekrip berhasil dan data-data yang ada di dalam
kartu atm valid maka dapat melanjutkan ke proses
berikutnya untuk input password dan melakukan
transaksi yang dikehendaki
Implementasi untuk melakukan enkripsi penulis
menggunakan sebuah program bernama cryptotool.
Program ini dijalankan pada sistem operasi windows 7
dengan menggunakan ram 4GB kemudian penulis
mencoba untuk melakukan percobaan dengan melakukan
encrypt deretan angka yang dianalogikan akan di simpan
pada kartu atm (magnetic card).
Beberapa parameter di tentukan sebelum melakukan
enkripsi seperti KeySize, Key dan Chaining Mode
kemudian proses enkripsi dilakukan dengan
menghabiskan waktu percobaan selama 3 detik
Sistem keamanan pada kartu ATM dengan menggunakan
algoritma AES(Advanced Encryption Standard).
Berdasarakan pembahasan di atas dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan algoritma enkripsi
AES 125 bit karena algoritma enkripsi AES
memiliki 4 jenis transformasi, yaitu SubBytes,
ShiftRows, MixColumns dan AddRoundKey.
Dan mengulang hingga 10 round.
2. ATM yang biasanya disebut juga sebagai
Magnetic Stripe Card, ketika kita masukkan
pada mesin swipe card biasanya akan muncul
angka (plain text). Disinilah pentingnya sebuah
algoritma kriptografi di terapkan untuk
mengubah bentuk angka(plain text), menjadi
sebuah kode-kode (chipper text).
3. Aplikasi cryptool ini menggunakan struktur
algoritma AES sehingga dapat membuat nomer
kartu ATM dapat terenkripsi dengan struktur
algoritma AES.
4. Dengan menggunakan aplikasi cryptool disini
kita dapat melihat cara kerja enkripsi algoritma
AES 128 bit bekerja dan dengan aplikasi ini
dapat mengubah bentuk plain text menjadi
chiper text serta metode yang di gunakan
aplikasi ini adalah metode AES.