membobol ATM 1

Tampilkan postingan dengan label membobol ATM 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label membobol ATM 1. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 November 2024

membobol ATM 1


 








Perkembangan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) telah mengalamai kemajuan 

yang sangat pesat, terutama setelah diketemukannya teknologi yang menghubungkan 

antar komputer (Networking) dan Internet. Namun demikian, berbagai kemajuan tersebut 

ternyata diikuti pula dengan berkembangnya sisi lain dari teknologi yang mengarah pada 

penggunaan komputer sebagai alat untuk melakukan berbagai modus kejahatan. Istilah ini 

kemudian dikenal dengan cybercrime.

Baru-baru ini terjadi pembobolan mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di Bali dengan 

menggunakan Skimmer, yaitu sebuah alat pencuri data nasabah. Modus operasi para 

pembobol bank yaitu memasang skrimmer di mulut ATM. Setelah data nasabah didapat, 

pelaku tinggal memasukkan kedalam kartu ATM nya. Yang nantinya pembobol akan 

dengan leluasa menguras uang nasabah. Satu skrimmer bisa menyimpan data sampai 

2000 kartu dan ironinya skrimmer ternyata dijual bebas disejumlah pertokoan dengan 

harga Rp 1,5 juta.

Selain itu ada cara lain untuk memancing nasabah yaitu dengan Fishing yaitu dengan 

membuat situs palsu untuk memancing nasabah pengguna layanan internet banking. 

Dengan mengirim pesan elektronik (e-mail) yang seakan-akan dari operator bank. Isinya 

meminta nasabah mengisi data kembali dengan alasan ada perbaikan sistem keamanan.

Kejahatan teknologi informasi atau kejahatan dunia maya (Cyber Crime) merupakan 

permasalahan yang harus ditangani secara serius, karena akibatnya sangat luas. Dan jika 

tidak ditanggulangi dan tidak terkendali akan sangat fatal bagi kehidupan masyarakat, 

khususnya bagi pengguna teknologi 

Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi

computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang 

memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya internet. Cybercrime

didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi 

computer yang berbasasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet.

Karakteristik Cybercrime Dalam perkembangannya kejahatan konvensional cyber crime

dikenal dengan:

1. Kejahatan kerah biru

2. Kejahatan kerah putih

Cybercrime memiliki karakteristik unik yaitu:

1. Ruang lingkup kejahatan

2. Sifat kejahatan

3. Pelaku kejahatan

4. Modus kejahatan

5. Jenis kerugian yang ditimbulkan

Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penanganannya maka 

cybercrime diklasifikasikan:

a) Cyberpiracy : Penggunaan teknologi computer untuk mencetak ulang software atau 

informasi, lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi 

komputer.

b) Cybertrespass: Penggunaan teknologi computer untuk meningkatkan akses pada 

system computer suatu organisasi atau indifidu.

c) Cybervandalism : Penggunaan teknologi computer untuk membuat program yang 

menganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data dikomputer

Skimmer

Skimmer atau ATM Skimmer, merupakan alat pencuri data nasabah yang dipasang di 

mulut ATM, alat ini akan menyalin data si korban jika ia memasukan kartu ATM melalui 

skimmer ini, setelah itu maka si penjahat yang menempatakn Skimmer pada lobang ATM 

akan memiliki data nasabah pemilik ATM.

Skimmer berarti alat yang bisa digunakan untuk aktivitas pencurian informasi yang 

dilakukan dari kartu nasabah, baik dari kartu ATM maupun kartu kredit. Dengan 

memasang alat ini di mulut ATM, pelaku bisa mendapatkan data di kartu nasabah. 

Kemudian tinggal memasukannya ke dalam kartu ATM bodong. Sementara untuk pin, 

pelaku menggunakan kamera pengintai mungil.

METODE 

Metode yang digunakan oleh pembobol untuk membobol ATM nasabah yaitu:

1. Teknik Skimming Pada ATM

Pada saat kita memasukan kartu ATM ke mesin ATM, sang mesin ATM akan membaca 

informasi pada kartu ATM anda untuk digunakan sebagai KUNCI mengakses fasilitas 

perbankan anda. Salah satu jalan termudah untuk mencuri data informasi pada Kartu 

ATM anda di mesin ATM yaitu dengan memasang alat tambahan (skimmer) di depan 

mulut tempat anda memasukan kartu ATM. Proses pemasangan Skimmer.

Dengan terpasangnya SKIMMER pada mulut atm, setiap yang nasabah datang melakukan 

transaksi dengan memasukan kartunya ke atm, sebelum data tersebut dibaca oleh mesin 

ATM, alat skimmer pun telah membaca dan merekam data kartu anda untuk selanjutnya 

akan di-copy-kan ke kartu magnetik lainnya (bodong). Selanjutnya sang pencuri tinggal 

mengambil alat skimmernya, dan menduplikasi kartu-kartu ATM milik nasabah-nasabah 

yang sempat mengakses ATM tersebut.

2. Cara mengetahui PIN nasabah

para pencuri tersebut memasang hidden camera untuk merekam moment saat kita 

menekan nomor PIN di ATM tersebut. Camera tersebut bentuknya sangat kecil, dan 

memiliki internal memory yang cukup besar. Saat ini sangat mudah sekali mendapatkan 

camera seperti ini di Internet. pemasangan Camera untuk merekam aktifitas pemasukan 

PIN ATM.

3. Pembuatan Kartu Magnetik Palsu

Saat sang pencuri mengambil kembali skimmer & camera miliknya, dia sudah 

mendapatkan data-data kartu kita lengkap dengan nomor PIN. Selanjutnya, sang pencuri 

tinggal membuat kartu magnetik baru dengan data-data kartu kita didalamnya dengan alat 

yang umum seperti gambar dibawah ini:

Selanjutnya sang pencuri memiliki akses penuh selayaknya pemilik rekening yang dicuri. 

Untuk meminimasi resiko biasanya sang pencuri memilih ATM yang tidak ada camera

CCTVnya, oleh sebab itu tidak heran mengapa beberapa transaksi yg dilakukan pencuri 

memilih di ATM bank lain yang tidak memiliki CCTV (switching).

4. Mengenali bentuk-bentuk Skrimmer

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menganalisis bagaimana pembobol bisa 

mendapatkan informasi yang diinginkannya untuk bisa mendapatkan uang dengan 

mudah. Hasilnya menunjukan dengan memakai berbagai macam alat diantara Skimmer

dan kamera kecil yang disimpan disamping dekat nasabah memasukkan pin. Dan ternyata 

cara yang dilakukan tidaklah begitu canggih seperti yang diperkirakan orang-orang, orang 

dengan pengetahuan praktis elektronika dan IT (Information Technology) bisa melakukan 

hal tersebut. Bahkan alat-alatnya pun bisa dibeli dari beberapa situs underground di 

Internet.

Skimmer yang lebih canggih biasanya menggunakan alat-alat lebih canggih, dasarnya 

tetap sama namun teknologinya lebih canggih. Dalam hal pencurian PIN, Skimmers

canggih menggunakan PIN PAD palsu seperti gambar dibawah ini:

Dengan menggunakan PIN PAD palsu ini, setiap tombol yang ditekan akan direkam 

lengkap dengan waktu penekanan. Dengan demikian, usaha menutupi tangan saat 

menekan PIN untuk menghindari pencurian pin akan sia-sia belaka. Lebih canggih lagi 

skimmer dewasa ini memanfaatkan teknologi bluetooth seperti diagram kerja dibawah 

ini:

Dengan teknologi SKIMMER secanggih ini, setiap nasabah masuk ke mesin ATM, kartu 

otomatis dicopy ke mesin skimmer. PIN otomatis terkam pada pin-pad unit. Kedua alat 

ini akan mengirim data-data tersebut via bluetooth ke main-unit yang ditempatkan 

maksimal 25 meter dari mesin ATM. Selanjutnya main unit ini akan memberikan

notifikasi ke sang pencuri via SMS. Bahkan bukan tidak mungkin, sang pencuri sudah 

mendapatkan apa yang ia hendaki tanpa mengambil kembali unit skimmer yang ada di 

ATM, karena seluruh data yang ia inginkan sudah dikirimkan via GPRS ke notebook sang 

pencuri

PENUTUP

Mengingat semakin banyak kasus-kasus yang terindikasi sebagai cyber crime, maka 

selain aspek hukum maka secara teknis juga perlu disiapkan berbagai upaya preventif 

terhadap penangulangan kasus cyber crime. Oleh sebab itu, nasabah harus lebih berhati￾hati dalam melakukan transaksi melalui ATM ataupun melalui internet. Untuk 

menghinadari pembobolan ada beberapa cara untuk menghindarinya:

1. Menjaga kerahasiaan PIN

2. kondisi fisik ATM dan sekelilingnya dan apabila ada hal-hal yang mencurigakan, 

nasabah diharapkan tidak menggunakan ATM tersebut dan segera melaporkan kepada 

pihak bank terdekat dan atau kepada pihak berwajib.

3. Pada saat bertransaksi menggunakan kartu ATM pada merchant (toko yang bekerja 

sama dengan pihak perbankan), diharapkan nasabah memperhatikan kondisi alat EDC, 

bila terdapat alat (device) mencurigakan yang menempel pada EDC atau hal lain yang 

mencurigakan, nasabah dihimbau tidak bertransaksi dan segera melaporkan kepada 

pihak bank terdekat atau kepada pihak berwajib.

4. Segera blokir kartu ATM bila menemukan kejanggalan transaksi.

5. Cari lokasi ATM yang relatif aman. 

6. Jangan mudah percaya dengan bantuan orang lain di sekitar ATM. 








Sistem keamanan atm seperti yang di terapkan 

belakangan ini belum sepenuhnya mampu untuk 

membuat sistem berjalan secara secure , berbagai 

serangan dan ancaman terhadap sistem masih terjadi 

dengan intensitas yang cukup tinggi hal ini tentunya 

membuat nasabah tidak nyaman akan dampak negatif 

yang di hasilkan, pasalnya diperkirakan total kerugian 

yang terjadi dalam satu kali aksi pembobolan jumlahnya 

bisa mencapai jutaan bahkan milyaran rupiah, Pada 

penelitian yang kami ajukan ini akan dibahas sebuah 

metode pengamanan pada atm dengan memadukan 

kriptografi di dalamnya, metode yang digunakan adalah 

melakukan enkripsi pada sisi kartu atm dengan algoritma 

AES sehingga data yang di simpan pada kartu atm yang 

sebelumnya berupa nomor tanpa enkripsi akan berubah 

mejadi kode-kode enkripsi sehingga hal ini dapat 

meminimalisir kejahatan pembobolan atm dengan 

melakukan duplikasi kartu atm.

Kesadaran perlunya menjaga kartu atm juga perlu di 

perhatikan karena ini merupakan upaya awal yang dipat 

dilakukan untuk menjaga kartu atm yang di berikan oleh 

pihak bank. Penelitian ini akan menjelaskan metode 

kriptografi AES yang digunakan dalam enkripsi plaintext

pada kartu atm menjadi ciphertext sehingga nantinya 

ketika kartu digunakan untuk transaksi maka mesin atm 

harus mampu melakukan deskripsi terlebih dahulu dari 

hasil enkripsi yang ada pada kartu atm.

Kata Kunci: Keamanan, menjaga, kriptografi, atm, 

enkripsi, kartu, aes.

1. Pendahuluan

Keamanan sebuah sistem dalam jaringan merupakan hal 

penting yang sangat krusial terlebih jika sistem tersebut 

melibatkan transaksi keuangan seperti yang di jalankan 

oleh perbankan, berbagai metode keamanan telah 

diterapkan oleh pihak bank mulai dari penerapan sandi 

pada atm dengan ketentuan yang tidak boleh 

mengkombinasikan tanggal lahir, penggunaan sandi 

dengan minimal 6 karakter, pemeliharaan sandi yang 

harus ganti minimal 1 tahun sekali. Hal tersebut 

dilakukan semata-mata untuk menjaga keamanan dalam 

bertransaksi, banyaknya kasus pembobolan atm yang 

sering terjadi memiliki dampak negative bagi yang 

memanfaatkan jasa layanan bank karena hal ini bisa 

menurunkan dampak kepercayaan pengguna kepada 

pihak bank terkait kasus yang marak terjadi belakangan 

ini jika di biarkan dalam jangka panjang hal ini 

kemungkinan akan menimbulkan dampak pada bidang 

ekonomi karena ketika pengguna jasa bank sudah tidak 

lagi percaya untuk menitipkan uangnya dibank maka 

tentunya mereka akan menguras uang simpanan mereka 

di bank dan akan memindahkannya ketempat yang lain 

yang dirasa aman namun perlu diketahui bahwa tindakan 

tersebut bisa menimbulkan guncangan terhadap 

kestabilan perokonomian suatu negara.

Peran kriptografi dalam hal ini memiliki tingkatan yang 

sangat penting karena dengan metode kriptografi yang di 

terapkan setidaknya akan mengamankan sistem yang 

sebelumnya komunikasi data berjalan apa adanya tanpa 

adanya enkripsi namun dengan diterapkannya metode 

kriptografi maka data yang keluar masuk pada sistem 

akan terenkripsi menjadi bentuk gabungan dari angka 

dan huruf yang acak, hal ini akan menambah tingkat ke 

amanan pada sebuah sistem juga akan mempersulit bagi 

mereka yang akan melakukan kejahatan, kriptografi 

yang di terapakan pada proses enkripsi kali ini berfokus 

pada enkripsi nomor yang ada pada kartu atm sehingga 

nantinya tujuan akhir dari metode ini seluruh nomor 

yang ada pada kartu atm berbentuk enkripsi selain itu 

pada jurnal ini penulis juga akan mengulas tentang cara 

kerja atm, berbagai macam kejahatan pembobolan yang 

sering dilakukan dan juga sistem keamanan yang 

menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut[1].

2. Pembahasan

Kriptografi awalnya dikenal sebagai ilmu yang 

mempelajari bagaimana cara menyandikan pesan namun 

ketika kita merujuk pada pengertian kriptografi secara 

modern adalah sebuah teori yang didasarkan pada teori 

matematika dimana digunakan sekumpulan teknik untuk 

menyediakan keamanan bagi informasi ataupun data. 

Ada banyak algoritma yang bisa di gunakan dalam 

melakukan enkripsi sebuah informasi namun pada 

pembahasan kali ini penulis akan lebih focus untuk

pembahasan algoritma menggunakan AES (Advanced 

Encryption Standard)

AES memiliki invers dengan panjang blok 128 bit[1] 

sehingga system penyandian blok disebut non-Feistel. 

Sistem penyandioan AES memiliki proses yang berulang 

biasanya hal ini sering disebut juga dengan ronde

penentuan jumlah ronde dalam AES bergantung pada 

panjang kunci yang di gunakan.

Sebelum berlanjut untuk membahas lebih jauh mengenai 

AES perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa 

karakteristik AES menggunakan 5 ukuran data, 

diantaranya adalah byte,bit,word,blok dan state dalam 

nilai digit sistem biner bit merupakan nilai satuan data 

terkecil lebih kecil dari Byte karena terdapat perbedaan 

antara keduanya, jika bit adalah nilai terkecil dalam 

satuan data sedangkan Byte terdiri dari 8 bit, word 

berukuran 4 byte atau sama dengan 32 bit, blok 

berukuran 16 byte atau sama dengan 128 bit dan state 

adalah blok yang di atur sebagai matrik byte berukuran 

4x4 seperti gambar berikut[1].

2.1 Struktur Enkripsi Pada AES

Dalam enkripsi struktur AES merupakan transformasi 

terhadap State sebuah teks asli berupa plaintext dalam 

blok 128 bit terlebih dahulu akan diorganisir sebagai 

State. enkripsi AES adalah suatu transformasi terhadap 

State yang dilakukan secara berulang dalam beberapa

ronde state yang menjadi keluaran ronde k menjadi 

masukan untuk ronde ke-k+1[2].

secara garis besar desain enkripsi aes diberikan oleh 

gambar 2. mulanya sebuah plaintext di organisasi 

sebagai sebuah state setelah itu sebelum ronde 1 mulai 

teks asli yang berupa plaintext dicampur dengan kunci 

ronde ke-0 pada bagian ini disebut sebagai 

AddRoundKey kemudian ronde ke 1 sampai dengan

ronde ke (NR-1) dengan Nr merupakan jumlah ronde 

menggunakan 4 jenis transformasi, yaitu SubBytes, 

ShiftRows, MixColumns dan AddRoundKey. Pada ronde 

ke-Nr akan dilakukan transformasi serupa dengan ronde 

lain namun tanpa MixColumns[3].

2.2 Struktur Deskripsi Pada AES

Dalam proses enkripsi yang dilakukan sebelumnya untuk 

mengubah sebuah text asli (plaintext) menjadi ciphertext

didasarkan pada beberapa langkah-langkah yang disebut 

sebagai ronde, namun jika dalam proses deskripsi ada 

sedikit perbedaan karena pada dasarnya proses ini adalah 

melakukan dekrip dari sebuah kode enkripsi yang di 

sebut ciphertext menjadi text aslinya lagi (plaintext). 

Algoritma dekripsi AES menggunakan transformasi 

invers semua transformasi dasar yang digunakan pada 

algoritma enkripsi AES. Sehingga dalam transformasi 

dasar AES memiliki invers, yaitu InvSubBytes, 

InvShiftRows dan InvMixColumns. 

AddRoundKey adalah transformasi yang sifatnya self￾invers memiliki syarat menggunakan Key yang sama 

seperti ditunjukkan pada gambar 2. diatas adalah 

algoritma deskripsi untuk AES.

2.3 Transformasi-transformasi AES

Algoritma enkripsi AES menggunakan 4 jenis 

transformasi: substitusi yang disebut dengan SubBytes, 

permutasi yang disebut dengan ShiftRows, pencampuran 

yang disebut dengan MixColumns, dan penambahan 

kunci yang disebut AddRoundKey.

2.3.1 SubBytes 

AES menggunakan substitusi nonlinier pada ukuran byte

yang disebut SubBytes. Setiap elemen pada state dari 

elemn s(0,0) sampai dengan s(3,3) dikenakan transformasi 

SubBytes.

2.3.1.1 Transformasi dengan Tabel Substitusi 

Transformasi SubBytes dapat menggunakan tabel 

substitusi, yaitu dengan cara menginterpretasikan byte

masukan si,j sebagai 2 bilangan heksadesimal, kemudian 

digit kiri menunjukkan indeks baris dan digit kanan 

menunjukkan indeks kolom di tabel substitusi. Nilai byte 

pada tabel substitusi yang dirujuk oleh indeks baris dan 

kolom menjadi nilai yang mensubstitusi si,j. Tabel 

substitusi untuk SubBytes diberikan oleh Tabel 2.1. 

sedangkan tabel invers substitusi SubBytes (transfor￾masinya diberi nama InvSubBytes) diberikan oleh tabel 

2.

ShiftRows

Selain menggunakan substitusi untuk mengganti nilai 

pada elemen state, AES menggunakan permutasi pada 

state. Transformasi permutasi pada state disebut dengan 

transformasi ShiftRows. ShiftRows dilakukan dengan 

menjalan operasi circular shift left sebanyak i pada baris 

ke-i pada state. Ilustrasi transformasi ShiftRows 

diberikan oleh Gambar 3.

Transformasi ShiftRows merupakan jenis transformasi 

permutasi, yaitu pengubahan posisi elemen pada state

tanpa mengubah nilainya. Transformasi ShiftRows

terlihat sederhana jika dilihat melalui representasi state. 

Namun, karena state adalah representasi blok dengan 

oriental per kolom menjadikan transformasi ShifRows

menjadi rumit jika dilihat dari sudut pandang blok.

2.3.2.2 InvShiftRows

Tranformasi invers terhadap ShiftRows disebut

InvShiftRows. Transformasi InvShiftRows terhadap 

sebuah state menggunakan operasi (circular shift right)

pada tiap barisnya yang banyak gesernya sesuai dengan 

indeks baris seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.

MixColumn 

Tujuan transformasi MixColumn adalah mencampur 

nilai kolom pada state pada satu elemen state keluaran. 

Untuk melakukan pencampuran itu, transformasi 

MixColumn menggunakan operasi perkalian matriks 

dengan operasi perkalian matriksdengan operasi 

perkalian.


Gambar matriks diatas dikalikan berurutan dimulai 

dengan mengambil pada kolom ke-1 (a(0,0) sampai a(0,3)) 

dengan matriks 1 dilanjutkan hingga kolom terakhir 

(a(3,0) sampai a(3,3)) dengan matriks 4.


Dan akan menemukan hasil untuk melanjutkan ke 

metode selanjutnya yang ada pada Gambar 8.


AddRoundKey

Transformasi keempat yang digunakan pada penyandian 

AES adalah transformasi AddRoundKey. Transformasi 

AddRoundKey mencampur sebuah OR(⨁). Setiap 

elemen pada state masukan yang merupakan sebuah byte 

dikenakan operasi eksklusif OR dengan bytepada posisi 

yang sama di kunci ronde (kunci ronde direpresentasikan 

sebagai state).

Kalikan kolom pertama Round Key dengan kolom 

pertama hasil MixColumn begitu juga setelahnya

Kalikan begitu juga seterusnya hingga menemukan hasil 

dari round pertama yang ada dan akan ketemu hasil akhir 

setelah melakukan looping hingga 9 kali.

2.3 Kriptografi Pada ATM

Dalam proses transaksi ATM biasanya menggunakan 

sebuah kartu debet yang dilengkapi dengan pin dengan 

jumlah sebanyak 6 karakter, pin yang telah diterapkan 

bersifat rahasia termasuk pegawai bank bersangkutanpun 

tidak boleh mengetahui pin debet dari setiap nasabahnya 

karena ini merupakan privasi yang harus terjamin bagi 

setiap pemegang kartu atm. 

Dalam proses transaksi atm mulanya pemilik kartu 

memasukkan kartu debetnya kedalam mesin atm, 

kemudian setelah kartu masuk kedalam mesin atm


pengguna kartu diminta untuk memasukkan pin biasanya 

sejumlah 6 karakter (tergantung kebijakan bank 

bersangkutan) setelah itu mesin atm akan mengirimkan 

data kepada server pusat untuk melakukan validasi 

terhadap kartu atm dan juga pin yang telah dimasukkan 

oleh pemegang kartu, ketika data yang dilakukan 

validasi ternyata valid maka transaksi akan bisa di 

lanjutkan namun pada saat mesin server pusat 

menyatakan bahwa data kartu dan pin yang di masukkan 

tidak sesuai dengan database yang telah disimpannya 

maka mesin atm akan memberikan kesempatan sebanyak 

2 kali kepada pemegang kartu untuk mengulanginya, 

setelah dinyatakan 3 kali mesin atm gagal melakukan 

validasi maka transaksi akan dihentikan dan kartu atm 

akan di blokir, sejauh ini kriptografi sudah mengambil 

peran penting dalam proses transaksi yang dilakukan 

pada mesin atm, dimana salah satu algoritma kriptografi 

telah berperan dalam melakukan enkripsi data pada saat 

terjadi komunikasi antara mesin atm yang digunakan 

untuk transaksi dan juga komputer server pusat yang 

melakukan validasi dan menyimpan semua data user 

(nasabah bank terkait) kriptografi berperan untuk 

melakukan pengacakan data baik yang dikirim maupun 

diterima antara mesin atm pusat dan mesin atm yang 

digunakan untuk transaksi sehingga keamanan pada saat 

transaksi akan lebih terjamin karena lalu lintas data akan 

di enkripsi sebelum dikirimkan.

Kriptografi yang diterapkan pada proses diatas mungkin 

bisa menjaga keamanan data pada saat proses transaksi 

berjalan, namun bagaimana cara melakukan 

perlindungan pada bagian kartu atmnya itu sendiri, kartu 

atm disebut juga sebagai Magnetic Stripe Card

merupakan kartu yang digunakan sebagai media 

penyimpanan data-data dengan melakukan modifikasi

serpihan partikel-partikel pada kartu dengan lempengan 

magnetic yang tipis

Selain digunakan sebagai kartu atm, magnetic card juga 

biasanya digunakan untuk kartu identitas maupun kartu 

tiket transportasi cara kerja yang digunakan adalah strip 

magnetik pada dasarnya adalah deretan magnet kecil

data yang dimasukkan dikodekan ke media dengan 

mengatur polaritas magnet tersebut, kemudian magnetic 

card digesekkan ke sebuah alat yang biasanya disebut 

swipe reader hingga melewati stasioner reading head, 

alat ini akan berkerja dengan baik untuk melakukan

pembacaan pada magnetic stripe card jika kartu di 

gesekkan dengan tidak terlalu cepat dan juga tidak 

terlalu lambat

Tipe lain reader lainnya adalah dengan memasukkan 

kartu. Biasanya, kartu 'ditelan' oleh reader dan dibaca 

langsung dengan baik melewati stasioner head reader

Dari berbagai jenis swipe reader di atas fungsi utamanya 

adalah melakukan pembacaan data yang berada pada 

magnetic card melalui gesekan sebelumnya, disinilah 

suatu proses kriptografi perlu diterapkan pada sisi 

keamanan user yang diaplikasikan langsung pada 

magnetic card sehingga bukan hanya proses 

komunikasinya saja yang dilakukan enkripsi namun 

pada sisi kartu atm juga di aplikasikan sebuah algoritma 

kriptografi.

2.3 Proses Enkripsi Pada Kartu ATM

Kartu atm atau disebut juga magnetic card memiliki 

beberapa nomer unik di antaranya biasanya tertera pada 

bagian depan kartu dan juga bagian belakang kartu 

selain itu dalam kartu juga masih menyimpan beberapa 

digit angka yang tersimpan pada bagian magnetik kartu 

sehingga ketika kartu di gesekkan pada sembarang 

media swipe rider akan terbaca langsung kode yang 

tercantum di dalamnya untuk mengantisipasi hal ini 

dibutuhkan sebuah program yang dapat melakukan 

enkripsi pada nomer yang akan di simpan pada magnetic 

card sehingga nantinya sebuah kartu atm akan 

menyimpan hasil kode enkripsi tersebut dan ketika di 

gesekkan pada sembarang magnetic card maka hasil 

yang terbaca sudah berupa cipher text bukan lagi deretan 

angka-angka text asli (plain text).

Pada saat proses transaksi maka mesin atm harus mampu 

melakukan dekrip terhadap kode ciphertext tersebut 

untuk memastikan berapa deretan angka-angka yang 

sesungguhnya yang tersimpan pada kartu atm, ketika 

proses dekrip berhasil dan data-data yang ada di dalam 

kartu atm valid maka dapat melanjutkan ke proses

berikutnya untuk input password dan melakukan 

transaksi yang dikehendaki

Implementasi untuk melakukan enkripsi penulis 

menggunakan sebuah program bernama cryptotool.

Program ini dijalankan pada sistem operasi windows 7 

dengan menggunakan ram 4GB kemudian penulis 

mencoba untuk melakukan percobaan dengan melakukan 

encrypt deretan angka yang dianalogikan akan di simpan 

pada kartu atm (magnetic card).

Beberapa parameter di tentukan sebelum melakukan 

enkripsi seperti KeySize, Key dan Chaining Mode 

kemudian proses enkripsi dilakukan dengan 

menghabiskan waktu percobaan selama 3 detik

Sistem keamanan pada kartu ATM dengan menggunakan 

algoritma AES(Advanced Encryption Standard).

Berdasarakan pembahasan di atas dapat diambil

beberapa kesimpulan yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan algoritma enkripsi 

AES 125 bit karena algoritma enkripsi AES 

memiliki 4 jenis transformasi, yaitu SubBytes, 

ShiftRows, MixColumns dan AddRoundKey. 

Dan mengulang hingga 10 round.

2. ATM yang biasanya disebut juga sebagai 

Magnetic Stripe Card, ketika kita masukkan 

pada mesin swipe card biasanya akan muncul 

angka (plain text). Disinilah pentingnya sebuah 

algoritma kriptografi di terapkan untuk 

mengubah bentuk angka(plain text), menjadi 

sebuah kode-kode (chipper text).

3. Aplikasi cryptool ini menggunakan struktur 

algoritma AES sehingga dapat membuat nomer 

kartu ATM dapat terenkripsi dengan struktur 

algoritma AES.

4. Dengan menggunakan aplikasi cryptool disini 

kita dapat melihat cara kerja enkripsi algoritma 

AES 128 bit bekerja dan dengan aplikasi ini 

dapat mengubah bentuk plain text menjadi 

chiper text serta metode yang di gunakan 

aplikasi ini adalah metode AES.