komunikasi 2

 






 Media berasal dari bahasa Latin yaitu kata Medium (media, jamak; medium, tunggal), artinya secara 

harfiah ialah perantara, penyampai, atau penyalur. Percakapan langsung antara dua orang di suatu ruangan 

atau di tempat tertentu lainnya, tanpa perantara apa-apa, disebut kegiatan komunikasi tanpa media. Mereka 

berbicara secara langsung dari mulut ke mulut. Namun apabila kegiatan komunikasi itu dilakukan sambil 

masing-masing pihak menggunakan pengeras suara karena letaknya saling berjauhan, misalnya, mereka tidak 

lagi berkomunikasi tatap muka, tetapi sudah menggunakan media, dalam hal ini media pengeras suara: 

speaker. Seseorang yang berbicara melalui telepon, guru yang menggunakan slide, atau seseorang 

komunikator yang sedang melaksanakan tugasnya menyampaikan berbagai informasi pembangunan kepada 

warga melalui siaran radio atau televisi adalah contoh-contoh komunikasi yang menggunakan media. 

Pengarang atau penulis juga termasuk yang berbicara melalui media cetak; surat kabar, majalah, buku, dan 

media cetak lainnya. 

 Pada zaman lampau dan bahkan pada zaman sekarang, di kampung-kampung di pelosok tanah air 

“media” banyak digunakan orang, terutama untuk menyampaikan pesan-pesan yang sudah disepakati artinya 

oleh anggota warga yang bersangkutan. Para peronda di malam buta, warga yang terkena musibah 

baik karena kebakaran ataupun karena mendapat kecelakaan lain, biasa memukul kentongan dalam rangka 

memberi tahu para tetangga supaya segera memperoleh pertolongan. Kentongan dalam hal ini kita sebut 

sebagai perantara atau pembawa pesan atau informasi dari satu orang kepada orang lain. Dan kentongan ini 

pun berfungsi sebagai media. 

 Di dalam dunia instruksional, media pun bermakna seperti ini  di atas, namun tentu bukan 

berujud kentongan atau “gong” seperti yang banyak digunakan di desa-desa. Media yang dimaksudkan dalam 

dunia instruksional ialah yang bentuk maupun fungsinya sudah dirancang sehingga bisa digunakan untuk 

mempelancar kegiatan proses belajar pada pihak sasaran. Ia juga berfungsi mengandung dan bahkan 

memperjelas ide-ide atau gagasan-gagasan yang disampaikan oleh komunikator dalam kegiatannya.  

 Batasan-batasan tentang media dari para ahli:   

- Media berarti teknologi pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk keperluan instruksional. Dalam 

konteks ini media tidak lain merupakan perluasan dari guru. 

- Media berarti sarana komunikasi dalam bentuk cetak atau pandang dengar, termasuk teknologi 

perangkat kerasnya. 

-  Media berarti sarana fisik untuk menyampaikan materi pengajaran (isi pesan) seperti buku, film, 

video, slide dan komputer. 

Tampak  jelas  bahwa  beberapa  batasan  tentang media ini  di atas menunjukkan bahwa 

pengertian media pada intinya berkisar pada “alat penyalur” atau “pembawa” pesan, dan tidak terbatas pada 

masalah isntruksional atau jenis kegiatan belajar-mengajar lainnya. Bahkan suatu alat, asalkan mampu 

berfungsi sebagai pembawa pesan atau informasi dari satu orang kepada orang lain, bisa dianggap sebagai 

media. 

 Dilihat dari fungsinya, media memang berkemampuan untuk menyimpan informasi, artinya saluran 

pembawa pesan ini  mampu dimanfaatkan pada saat-saat diperlukan, tidak perlu harus langsung 

sebagaimana orang yang sedang berbicara.   

Dalam kehidupan berwarga manapun senantiasa ada  oleh suatu ciri utama, yakni adanya 

hubungan diantara para anggotanya. Hubungan-hubungan itu berlangsung sedemikian rupa, sehingga terjadi 

proses saling pengaruh mempengaruhi. Dengan istilah yang lebih populer ialah, bahwa diantara anggota 

kelompok itu ada  hubugan yang dinamakan komunikasi interaksi. Melalui berbagai bentuk komunikasi, 

maka kelompok-kelompok warga melakukan banyak kegiatan atau tingkah laku sosial sehingga 

tercapainya tujuan-tujuan bersama. 

 Bentuk-bentuk komunikasi itu berlaku di dalam semua bentuk hubungan sosial, baik di sekolah, 

maupun di dalam pergaulan warga yang lebih luas dan di dalam bentuk-bentuk warga dengan 

struktur dan fungsinya masing-masing. Di sekolah berlangsung hubungan komunikasi interaksi pendidikan 

antara para siswa dan guru. Di dalam organisasi olah raga, perusahaan, dan usaha-usaha sosial lainnya, 

bentuk-bentuk komunikasi itu berjalan menurut polanya sendiri-sendiri. 

 Untuk mencapai maksud dan tujuannya, bentuk-bentuk organisasi warga itu, perlu 

meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Peningkatkan efisiensi dan efektivitas ini  sebagian besar 

bergantung pada faktor penunjang, yakni sarana dan prasana. Dengan kata lain, hubungan komunikasi 

interaksi itu akan berjalan dengan lancara dan tercapainya hasil yang maksimal, apabila organisasi itu 

menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Jadi media komunikasi  adalah “suatu media atau 

alat bantu yang digunakan oleh sautu organisasi guna tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil 

yang maksimal”. 

 Itu sebabnya maka dewasa ini semua organisasi sosial, ekonomi, politis dan budaya hampir 

semuanya menyadari akan pentingnya penggunaan media komunikasi yang tepat. Media komunikasi 

dianggap bukan lagi sebagai suatu barang mewah, melainkan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan 

program kerja organisasi itu. Bahkan sering dianggap bahwa tanpa media yang lengkap, tepat dan serasi, 

maka akan dirasakan sulit untuk tercapainya program organisasi.  

 

1.2 Jenis-Jenis Media Komunikasi   

I. Menurut Karakteristik 

Dalam menyampaikan informasi, berita dan pesan, cukup banyak media yang dapat digunakan, hal 

ini sangat tergantung dari bentuk komunikasi yang dilakukan. Hafied Cangara menggolongkan jenis media 

menurut karateristiknya menjadi empat macam yakni:  

1) Media Antarpribadi 

 Untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka media yang tepat digunakan ialah kurir (utusan), 

surat dan telepon. Kurir banyak digunakan oleh orang-orang dahulu kala untuk menyampaikan pesan. Di 

daerah-daerah pedalaman pemakaian kurir sebagai saluran komunikasi masih bisa ditemukan, misalanya 

melalui orang yang berkunjung ke pasar pada hari-hari tertentu, sopir oto yang dititipi pesan, pedagang 

antarkampung dan sebagainya. 

 Surat adalah media komunikasi antarpribadi yang makin banyak digunakan, tertutama dengan makin 

meningkatknya sarana pso serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca. Surat dapat 

menampung pesan-pesan yang sifatnya pribadi, tertutup dan tak terbatas oleh waktu dan ruang. 

 Media komunikasi antar pribadi lainnya ialah telepon. Telepon makin banyak digunakan di 

negara kita , bukan saja untuk kepentingan komunikasi yang bersifat pribadi, tetapi juga untuk kepentingan 

bisnis dan pemerintahan. 

 Telepon selain memiliki kelebihan dalam kecepatan pengiriman dan penerimaan informasi, telepon 

juga lebih ekonomis diabndingkan dengan biaya transportasi, waktu yang relative singkat serta interaktif. 

Telepon juga dapat digunakan sebagai alat komunikai pada hal-hal tertentu yang sulit dilakukan dalam situasi 

tatap muka, seperti penagihan piutang, penawaran, dan sebagainya. 

 

2). Media Kelompok 

 Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi 

yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya rapat, seminar dan konperensi. Rapat biasanya 

digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oelh suatu organisasi. 

 Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri oleh khalayak tidak lebih dari 150 

orang. Tujuannya ialah membicarakan suatu masalah dengan menampilkan pembicara, kemudian meminta 

pendapat atau tanggapan dari peserta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai nara sumber dan 

pemerhati dalam bidang itu. Seminar biasanya membicarakan topic-topik tertentu yang hangat 

dipermasalahkan oleh warga. 

 Konperensi adalah media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh anggota dan pengurus 

dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status sebagai peninjau. 

Materi yang dibahas umumnya berkisar masalah internal dan eksternal organisasi. Pertemuan seperti ini biasa 

digunakan istilah kongres atau muktamar oleh organisasi yang mempunyai massa banyak. 

 Media kelompok masih banyak ditemukan dalam warga pedesaan dengan memakai banyak 

nama, antara lain tudang sipulang di Sulawesi Selatan, banjar di Bali, rembuk desa di Jawa dan sebagainya. 

Sementara bagi masayrakat kota media kelompok banyak digunakan dalam bentuk organisasi profesi, 

organisasi olahraga, pengajian, arisan, dan organisasi sosial lainnya.   

 

3) Media Publik 

 Kalau khalayak sudah lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya 

disebut media publik, misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Dalam rapat akbar, khalayak 

berasal dari berbagai macam bentuk, tapi masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai, 

kesamaan agama, kesamaan kampung dan lain-lain. Dalam rapat akbar (public media) khalayak melihat 

langsung pembicara yang tampil di atas podium, bahkan biasanya sesudah mereka berbicara, mereka turun 

berjabat tangan dengan para pendenagr sehingga terjalin keakraban di antara mereka meski kadangkala 

pembicara tidak dapat mengidentifikasi satu persatu pendengarnya. 

 

4) Media Massa 

 Jika Khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media 

massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak 

(penerima) dengan menggunakan alat-lat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi. 

Karakteristik media massa ialah: 

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari 

pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog 

antara pengriim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan 

waktu dan tertunda. 

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki 

kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh 

banyak orang  pada saat yang sama. 

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. 

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal 

usia, jensi kelamin, dan suku bangsa. 

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan untuk  menguji  kemampuan 

masing-masing media, ternyata ditemukan bahwa setiap media selain memiliki kelebihan juga tidak luput 

dari berbagai kelemahan. 

Bagaimana    kelemahan    dan     kelebihan   masing - masing     media  

komunikasi,dapat dilihat dari tabel berikut: 

 

Karakteristik 

                                         M e d i a 

Intra 

Personal 

Inter 

Personal 

Massa Publik 

Diterima oleh Pikiran Semua indera Mata dan telinga  Semua indera 

Umpan balik Memutar dalam 

diri 

Langsung Tidak langsung Bisa langsung 

bisa tidak 

Kode Simbol dan 

persepsi 

Tertulis,lisan dan 

isyarat 

Tertulis, lisan Lisan dan isyarat 

Arus pesan Memusat Dua arah  Satu arah Bisa satu dan dua 

arah 

Liputan Pada diri Terbatas Banyak dan tanpa 

batas 

Banyak dan 

terbatas 

Efek Sikap dan prilaku Tinggi pada 

sikap, rendah 

pada kognitif 

Rendah pada 

sikap, tinggi pada 

kognitif 

Tinggi pada 

perilaku, tapi 

rendah pada 

kognitif 

Kecepatan Cepat pada diri 

sendiri 

Cepat dan 

terbatas 

Cepat dan luas Cepat tapi 

terbatas 

Khalayak Sendiri Individu dan 

kelompok 

Massa tak 

terbatas 

Kelompok massa 

dan terbatas  

Muatan Pesan Terbatas Terbatas Banyak Terbatas 

Media Diri sendiri Setiap tempat  Televisi, radio, 

film, surat kabar 

Mimbar, alun-

alun, rapat akbar 

 

Jika kita perhatikan karakteristik masing-masing media komunikasi, mungkin timbul pertanyaan, 

media mana yang efektif dalam mencapai sasaran komunikasi. Jawabannya sudah tentu kembali kepada sifat 

media serta pemilikan media pada khalayak (media habit). Sebab bagaimanapun banyaknya kelebihan media 

televisi, kalau media itu tidak dimiliki oleh khalayak, sudah tentu informasi yang disampaikan tidak akan 

mengena sasaran yang ingin dicapai. 

 Dalam pemilihan media komunikasi, perlu diketahui bahwa penggunaan multimedia (lebih dari satu 

media) jauh lebih baik dibanding dengan single media (satu media). Sebab kelemahan satu media bisa 

ditutupi oleh media yang lain. Hanya saja penggunaan multimedia memerlukan dukungan dana yang lebih 

besar daripada menggunakan satu media dengan dana relatif kecil. 

II. Menurut Sifatnya.  

Penggolongan media dari segi sifatnya menurut Moh Ali Aziz dapat dibagi menjadi dua golongan, 

yaitu: 

Media Tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukkan yang secara tradisional dipentaskan di depan 

umum (Khalayak) terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, 

wayang, drama, dan sebagainya. 

Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media yang dilahirkan dari 

teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televisi, radio, pers dan sebagainya. 

III. Mde…… 

 

1.3 Fungsi Media Komunikasi 

Media komunikasi memiliki fungsi yang sangat luas, yang meliputi fungsi- 

fungsi: 

1. Pendidikan (educatif) 

2. Sosial (Social) 

3. Ekonomis (Economics) 

4. Politis (Politics) dan 

5. Agama (Religion) 

 

1)  Fungsi Pendidikan 

Fungsi  utama dari setiap kegiatan media komunikasi ialah mendidik, oleh 

sebab memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan itu sendiri dapat ditafsirkan dalam arti yang luas dan 

dalam arti yang sempit. Dalam arti yang luas, oleh karena media komunikasi memberikan pengaruh-

pengaruh atau nilai-nilai yang baik kepada warga luas. Pendidikan bukan saja berlangsung didalam 

sekolah, akan tetapi juga berlangsung diluar sekolah, didalam semua interaksi sosial. Surat kabar sebagai 

media pers berfungsi mendidik warga agar dapat berpikir kritis, berita berkala tentang keluarga 

berencana, tentang Bimas dan lain-lain, mendidik warga agar berpartisipasi dalam pembangunan dan 

sebagainya. Jadi kegiatan media komunikasi itu langsung atau tidak langsung berfungsi sebagai pendidik 

warga. 

 Dalam arti yang sempit, media komunikasi juga berfungsi mendidik anak-anak di sekolah. Sebagai 

media pendidikan bukan saja berguna sebagai alat bantu belaajr bagi siswa, akan tetapi memberikan 

pengalaman pendidikan yang bermakna bagi siswa. 

Menurut Encyclopedia of Educational Research, manfaat media komunikasi pendidikan sebagai berikut: 

a) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh karena itu mengurangi “verbalisme” 

b) Memperbesar perhatian para siswa 

c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belaajr dan oleh karena itu membuat 

pelajaran lebih mantap. 

d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri 

dikalangan siswa. 

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama ada  dalam gambar hidup. 

f) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan 

berbahasa. 

g) memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu 

berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar. 

 

2) Fungsi Sosial 

Media komunikasi bukan saja memberikan informasi yang autentik dan pengalaman dalam berbagai 

bidang kehidupan, akan tetapi juga memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. Pengaruh langsung 

pada hal ini ialah akan memperluas pergaulan, memperluas pengenalan dan pemahaman tentang orang, adat 

istiadat, cara bergaul dan segala sesuatu tentang daerah. Hal ini sangat bermanfaat bagi perluasan pergaulan 

hidup dan memupuk rasa persatuan dan saling menghargai dikalangan anggota warga. Berita dari radio 

dan televisi dapat dihayati oleh semua orang, film yang selalu diputar diberbagai bioskop, adalah contoh 

konkrit diantara media komunikasi yang dapat memicu  pengaruh positif dalam pergaulan sosial dan 

permersatu bangsa.  

 Itulah sebabnya pembangunan sarana radio dan televisi mendapat prioritas, karena media ini telah 

dapat memberikan informasi kongkrit dan secara langsung dapat dihayati oleh setiap anggota warga 

samapi kepelosok tanah air. Pengaruhnya sangat besar dalam rangka mempersatukan wawasan nusantara ini 

dalam arti sosial.  

  

3) Fungsi Ekonomis 

 Pada warga yang telah maju, pengunaan media komunikasi dikerjakan secara intensif, terutama 

dalam bidang perdagangan dan industri. Para pengusaha dan industriawan tidak segan-segan menyediakan 

anggaran biaya yang cukup besar sebagai bagian integral dari usaha mengembangkan dan memajukan 

perusahaannya. 

 Media komunikasi mereka pergunakan, baik dalam rangka meningkatkan produksi melalui 

pembinaan prestasi kerja secara masksimal, maupun dalam rangka promosi dan pemasaran hasil produksi 

keseluruh penjuru dunia. 

 Untuk mendorong motivasi kerja para karyawan, seorang manager perusahaan, secara kontinu dan 

sistimatis, setiap hari membuat pengumuman di bulletin board mengenai statistik hasil kerja setiap bagian, 

sehingga memicu  kompetisi yang sehat diantara kelompok-kelompok karyawan untuk meningkatkan 

prestasi kerja mereka.Secara berkala, perusahaan mengadakan pemutaran film guna meningkatkan 

ketrampilan kerja para karyawannya. Melalui berbagai mass media, seperti radio, telivisi, surat kabar, 

majalah, folders dan lain-lain, perusahaan mengadakan promosi terhadap warga secara luas. Dengan 

menggunakan sarana kemediaan ini, para pengusaha itu berusaha keras memajukan perusahaan mereka. Ini 

berarti bidang kemediaan telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap keuntungan perusahaan 

ini . Jelaslah bahwa bidang kemediaan memiliki fungsi ekonomis yang tidak bisa diabaikan.  

 

4) Fungsi Politis 

 Yang dimaksud dengan segi politis, dalam hal ini ialah politik pembangunan. Pembagunan meliputi 

pembangunan fisik materiil maupun pembangunan mental sprituil. Pembangunan itu dilaksanakan baik pada 

tingkat nasional maupun pada tingkat regional dan daerah sampai kepedesaan. 

 Suksesnya pembangunan ini tergantung pada banyak faktor, antara lain pada adanya partisipasi 

warga dalam usaha pembangunan itu. Ada tidaknya dan besar kecilnya partisipasi itu sangat bergantung 

pada tingkat pemahaman dan sikap warga terhadap pembangunan ini . Dalam hubungan ini peranan 

media komunikasi turut menentukan. Itu sebabnya, maka siaran radio, pertunjukan film tentang 

pembangunan, berita koran dan terbitan lainnya, penyelenggaraan pameran pembangunan, dan lain-lain 

media adalah sangat fungsionil 

 

5) Fungsi Agama 

Media komunikasi meskipun bersifat hiburan juga membawa pesan-pesan dakwah. Hal ini dapat 

terjadi karena media ini  juga menjalankan fungsi keagamaan bagi khalayaknya. Oleh karena itu, ia 

dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah kepada khalayak Ia dapat juga menananamkan dan 

mengukuhkan nilai-nilai budaya, norma sosial, dan falsafah sosial. 

 Walaupun demikian, bertolak belakang dengan keoptimisan ini, para ahli memperingatkan bahwa 

tidak seluruh media komunikasi cukup flesksibel untuk digunakan bagi maksud-maksud dakwah. Karena 

memadukan yang lama dan yang baru tidak selamanya dapat dilakukan dengan baik. Kadang-kadang hal 

semacam ini malah merusak media itu, sehingga kita harus waspada. 

 Sedangkan Dominick menjelaskan bahwa fungsi media atau media massa bagi warga terdiri 

dari:  

1.Fungsi surveillance (Fungsi pengawasan). Fungsi ini dibagi  dalam  dua  bentuk 

    yaitu  (a) warning or beware   surveillance  (pengawasan   peringatan)  dan  (b) 

    (b)  instrumental  surveillance (pengawasan instrumental) 

2. Fungsi Interpretation  (fungsi penafsiran)   terhadap  kejadian-kejadian penting 

3. Fungsi  Linkage   (fungsi   pertalian)  yaitu   media   massa   dapat  menyatukan  

    anggota  yang   beragam   sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan  

    kepentingan dan  minat yang sama tentang sesuatu. 

4. Fungsi  transmission  of   values  (  fungsi   penyebaran  nilai-nilai). Fungsi ini  

    disebut juga  dengan  fungsi  socialization  atau fungsi mensosialisasikan nilai- 

    nilai. 

5. Fungsi Entertainment (fungsi hiburan) 

 

 

 

 

 

BAB II 

PERUBAHAN LINGKUNGAN MEDIA KOMUNIKASI 

 

2.1 Revolusi Komunikasi  

Kita tengah menyaksikan perubahan revolusi komunikasi yang berdampak besar terhadap media-

media komunikasi, baik isi maupun tata cara penyampaian. Perusahaan media yang dulu kokoh bisa jadi kini 

limbung akibat terpaan revolusi itu. Perubahan alat-alat media komunikasi berlangsung cepat. Belum usai 

orang mengagumi televisi, sudah muncul video yang bisa memutar film kapan saja. Pita rekaman segera 

digantikan dengan program komputer yang mempercepat proses pengolahan naskah. Buku yang dulu dicetak 

halaman demi halaman kini bisa dibuat langsung dalam bentuk buku melalui mesin pencetak yang 

dihubungkan dengan komputer. Foto atau film tiga dimensi sudah berkembang pesat sehingga memperluas 

cakupan manfaat dan potensi penggunaan perangkat audio-visual. 

 Tidak ada yang tahu benda apa saja dalam laboratorium yang segera berpindah ke pabrik, lalu ke 

pasar. Meskipun dibatasi oleh peraturan pemerintah, perkembangan teknologi siaran juga sudah berlangsung 

cepat, sehingga  FCC sendiri harus berkerja ekstra keras untuk menyusaikan diri, mulai dari penggunaan 

gelombang UHF, CATV, hingga penggunaan satelit yang semuanya membuat aktivitas komunikasi kian 

mudah dan cepat. Sistem canggih ini juga mudah diterapkan di mana saja sehingga seluruh dunua telah 

terjaring dalam sistem komunikasi modern. Pasar sendiri tampaknya terus hasu akan produk baru. Dulu 

televisi cukup lama ada di laboratorium karena ada keraguan pasar dapat menerimanya. Ternyata begitu 

diluncurkankan, pasar menyambutnya. Televisi berwarna tidak akan segera hadir jika para pengiklan tidak 

menginginkannya lalu turut membiayainya. 

 Ada banyak faktor yang membuat kemajuan teknologi kian cepat. Semua teknologi baru sekarang 

ini adalah teknologi elektronik. Teknologi ini begitu cepat berganti antara lain karena konsumen maua 

segerea menyingkirkan produk lama untuk memiliki produk baru yang lebih menarik. Sebagai contoh, begitu 

televisi berwarna muncul, konsumen mau membelinya dan menyingkirkan televisi hitam putihnya yang dulu 

harus dibelinya dengan harga mahal. Hal seperti ini tidak terjadi pada media cetak. Banyak orang masih suka 

koran dengan format kuno ketimbang koran modern yang penuh warna. Dukungan pasar menjadikan 

kemajuan teknologi elektronik dan berbagai produknya kian pesat. 

 Dalam sejarah ilmu pengetahuan terjadi  empat kali revolusi sebagai berikut: 

1. Revolusi pertama 

    Revolusi   ini   membuka   era    bagi   penelitian   mendalam    mengenai   gaya  

    grafitasi dan    penelitian    tentang   dinamika  gerakan   benda - benda. Era  ini 

    dirintis   oleh Isac Newton yang  dilanjutkan  oleh  Bernoluis,  Euler,  Lagrange       

    dan Laplace. 

2. Revolusi kedua 

    Era   ini   memusatkan   dapat  sifat-sifat   kelistrikan  dan   kemagnitan   benda  

    sebagai kesuluruhan, dan  juga   mengenai   sifat-sifat  radiasi,   revolusi  kedua  

    ini dipelopori oleh Faraday damn Maxwell. 

3. Revolusi ketiga 

Era ini dimulai pada awal  abad ini dengan diketemukannya sifat kuantum cahaya oleh Max Planc. Era 

ini membawa revolusi secara menyeluruh dalam pemikiran manusia  tentang  zat, juga tentang jagad  

raya. 

      Kecendrungan  era  di  bawakan oleh Einstein  yang  merumuskan   teori   relativitas, 

      Rutherford mengenai atom, Bohr tentang kuantum, dan lain-lain. 

4. Revolusi  keempat 

    Revolusi   fisika   keempat ini   dimulai   tahun  1983 dengan ditemukannya suatu tipe    

    materi  baru   yang  oleh   Anderson   disebut   partikel.    Dahulu   atom   diperkirakan  

    merupakan  benda  terkecil   yang    tidak    mungkin    dipecah belah  lagi. Dewasa ini    

    anggapan   ini    dinyatakan    tidak   benar  setelah  penemuan Anderson itu.   

    Menjelang   akhir   dekade  lima puluhan tidak kurang dari 30 partikel baru ditemukan  

    yang pada   dasarnya   mengejutkan,   karena   membuat   manusia   bertanya apa yang   

   mungkin  dan apa  yang tidak  mungkin. 

Empat  revolusi ilmu pengetahuan, khususnya revolusi fisika itu, sangat berpengaruh terhadap 

kehidupan manusia,  sehingga memicu perubahan yang menakjubkan,. 

Pengaruh ini  sifatnya berbeda-beda tetapi yang jelas mempengaruhi empat bidang:  

- Bidang intelektual, meniggalkan kebiasaan atau kepercayaan tradisional dan mengambil kebiasaan 

baru. 

- Bidang  industri dan  kemampuan di medan perang 

- Orgasinisasi sosial dan kehidupan politik, komunikasi 

- Tata lingkungan. 

 

2.2 Ambivalensi Teknologi Media Komunikasi  

 Dalam bahasa Inggris  “technology” dari kamus, ternyata bahwa secara harfiah berasal dari bahasa 

Yunani  “technologia” yang berarti perlakuan sistematis (systematic treatment) dan secara maknawi berasal 

dari istilah  “techno” yang berarti teknik, seni, atau keterampilan, dan “logos” yang berarti “ilmu”, jadi 

makna dari teknologi itu adalah ilmu tentang seni atau keterampilan. 

 Teknologi mencakup sains atau ilmu  pengetahuan dan engineering atau teknik. Jadi, pada dasarnya  

sangat berlebihan, jika kita membicarakan ilmu dan teknologi, karena perkataan teknologi itu sindiri telah 

mengadung ilmu di dalamanya. Hal itu semakin lama semakin menjadi biasa, sehingga menjadi apa yang 

disebut common parlance untuk merangkaikan  sains dan teknologi, sedangkan teknologi; di sini diartikan 

sebagai  appllied science , yaitu penerapan sains  bagi kesejahteraan manusia. 

 Sains itu bersifat bebas nilai, objektif dan netral. Teknologi sebaliknya pun  pada dasarnya netral, 

dalam situasi tertentu dapat tidak netral lagi, karena mengandung potensi merusak dan potensi kekuasaan. Di 

sinilah letak perbedaan besar  antara  sains dan teknologi. 

 Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi  bagaikan pohon tak 

berbuah, sedangkan teknologi tanpa  sains bagaikan pohon tidak berakar (science without science has no 

fruit, technology without has no root).  

 Sejauh teknologi itu ditujuhkan untuk kesejahteraan umat manusia, tidak memicu  masalah. 

Tidak terhitung jumlah produk teknologi yang memicu manusia memperoleh kemudahaan, kecepatan, 

dan kenyamanan. 

 Bandingkan kehidupan  abad sekarang dan abad sebelumnya. Untuk pergi ke suatu tempat beberapa  

lama waktu yang dibutuhkan dahulu? Yang dahulu dibutuhkan waktu berbulan-bulan, kini dengan pesawat 

terbang hanya diperlukan hitungan hari, bahkan jam. Dengan radio telefoni, kini seseorang  di Jakarta dapat 

bercakap-cakap langsung dengan anggota keluarga, kawan, atau relasi di Amerika. 

 Memang untuk itulah semua teknologi diciptakan, untuk kesejahteraan dan kenyamanan. Tetapi 

kenyataan menujukkan bahwa teknologi tidak selalu untuk hal-hal yang positif, kadang-kadang, bahkan 

acapkali dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif. 

 Tadi dikatakan bahwa teknologi  mengandung potensi  merusak dan potensi kekuasaan. Oleh karena 

teknologi dikuasai penguasa maka potensi merusak bisa ditunjukkan segera dan tanpa ampun. Contoh: 

penghancuran sebuah negara oleh bom atom seperti yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, pengrusakan 

negara Irak oleh rudal-rudal yang dahsyat. 

 Pengrusakan oleh teknologi adakalanya tidak secara fisik, tidak jarang untuk memenangkan 

kekuasaan politik atau kebudayaan atau ekonomi. Suasana itu terjadi,, jika yang dikuasai adalah teknologi 

komunikasi. Baiklah kita tinjau pengaruh revolusi fisika yang diungkapkan tadi terhadap  revolusi 

komunikasi yang menurut  Evereet Rogers dalam  bukunya “Communication Technology” terdiri dari empat 

era sebagai berikut:  

1.Era Komunikasi Tulisan (the writing era of communication) 

   Era  ini dimulai tahun  4000 sebelum  Masehi   pada  waktu    mana    bangsa  Sumerie 

   menggunakan tablet dan  tanah liat,  bangsa Cina menemukan tulisan untuk percetakan 

   buku  dan  bangsa  Korea   menemukan    alat  dari   logam yang  menggantikan huruf- 

   huruf dari tanah. 

2. Era Percetakan (the printing era of communication)  

    Era ini dimulai  dengan  ditemukannya   alat percetakan  oleh  Gutenberg  pada   tahun  

    ketika    untuk    pertama    kali  mencetak  Kitab  injil. Kemudian   pada   tahun   1833   

   dimulainya   sirkulasi   media    massa   “the New York Syn”   sebagai   “penny   press   

   newspaper”.  Pada tahun 1839 di mulai  fotografi   dengan   metode  praktis  dan  surat  

   kabar. 

3. Era Telekomunikasi (telecommunication era) 

   Dalam   era   ini   antara    lain    tercatat   Samusi   Morse yang pada tahun 1844 untuk  

   pertama    kali   mengirim    pesan    secara    telegrafis,  pada   tahun   1876  Alexander 

   Graham  Bell   untuk    pertama   kali    mengirimkan   pesan   melalui   radio.  Setahun 

   sebelumnya   film  bioskop untuk pertama  kali   dipertunjukkan   kepada  umum, pada 

   tahun 1920 dimulainya  radio    siaran,   sedangkan   televisi   didemonstrasikan   mulai 

   tahun 1933. 

4. Era Komunikasi Interaktif (interactive communication) 

    Komputer   yang    dinamakan    “main    frame    computer“,  ENIAC  ditemukan   di  

    Universitas   Pennyslvania   pada     tahun    1946,    sedang   transistor  dan video pita  

    masing-masing  ditemukan pada  tahun  1947 dan  1956.  Pada  tahun 1971 ditemukan 

    mikroprosesor, pada tahun 1976 sistem  teleks dan pada  tahun 1979  sistem vidioteks  

    yang kesemuanya  merupakan produk  elektronik menyempurkan radio dan televisi  

    yang  telah  ditemukan dekade-dekade  sebelumnya. 

Dengan teknologi di bidang komunikasi seperti satelit komunikasi dan antena parabola, maka 

globalisasi infromasi dan komunikasi seperti sekarang semakin kuat dampaknya. Siapa yang menguasai 

teknlogi yang canggih itu, maka dia akan menanamkan pengaruhnya di negara-negara lain. 

 

2.3 Perubahan Media Komunikasi 

 Semua kemajuan teknologi yang telah dan akan terjadi memberi pengaruh terhdap sistem media 

komunikasi, termasuk pola-pola komunikasinya, yakni :  

 

1. Sumber Informasi Beragam.  

Sumber hiburan dan informasi bagi warga akan jauh lebih banyak dan beragam. Untuk mengetahui 

sesuatu, kita tidak hanya membacanya dari buku, namun juga kartu informasi, keping elektronik (CD-

ROM) atau dari bank data elektronik. Namun munculnya instrumen-instrumen baru itu takkan 

menghilangkan yang lama. Orang masih akan membeli buku atau majalah. Dulu ketika radio muncul, 

buku atau majalah tetap populer. Demikian pula, ketika televisi muncul radio tetap digemari. 

Jelas situasi itu akan melipatgandakan kompetisi. Tiap media harus bekerja lebih keras untuk memperoleh 

khalayak, dan sedapat mungkin menyesuikan diri dengan kemajuan teknologi. Seorang peneliti, misalnya, 

kini tidak harus berlangganan jurnal ilmiah karena ia bisa memperolehnya lewat internet. Film harus 

dibuat lebih menarik agar mau menarik para penonton ke luar dari rumahnya setelah video beredar luas. 

 

2. Kolektifitas Media Komunikasi 

Jenis-jenis media seperti buku, koran, majalah, radio, film, televisi kini tidak lagi berdiri sendiri-sendiri. 

Sebagai contoh, seorang produser film di New York menggunakan sejumlah kaset rekamannya untuk 

contoh. Televisi kini menyediakan jasa teleteks yang berfungsi seperti koran. Sedangkan koran kini sering 

memberikan suplemen cukup tebal tentang suatu topik sehingga fungsinya menyerupai buku. Perusahaan 

televisi kini sering bekerja sama dalam produksi film untuk memperkaya program siarannya. 

 

3. Komunikasi kini tidak hanya berlangsung orang ke orang atu orang ke media,  

namun juga bisa mesin ke mesin. Komputer canggih bisa berkomunikasi sendiri satu sama lain. 

 

4. Fragmentasi Khalayak 

Tidak ada lagi orang yang hanya menjadi khalayak bagi satu jenis media saja. Penggemar buku memang 

terbatas, sehingga untuk memasarkan produk tertentu, penerbit memakai media lain untuk 

mempromosikannnya. Ini misalnya dilakukan oleh Penerbit Universitas Northwestern ketika memasarkan 

buku kumpulan tulisan Louis Sullivan. Pembidikan pasar harus dilakukan lebih terfokus. Kini tidak bisa 

diandaikan lagi semua orang berpotensi membeli suatu produk. Karena ini tiap media kini dituntut lebih 

setia kepada khalayaknya yang sudah ada. Dengan cara inilah koran-koran kecil di pinggiran kota tetap 

bertahan meskipun ada  banyak koran besar di kota. W.D.Rinehart, asisten manajer umum Asosiasi 

Penerbit Koran Amerika, meramalkan bahwa koran-koran besar akan menerbitkan lebih dari satu, bahkan 

sampai 25, versi yang hampir semuanya elektonik, dan masing-masing berfokus pada topik atau wilayah 

liputan berbeda. Ramalan itu kini sudah terwujud. 

Majalah-malajah khusus mulai berkembang sejak usainya Perang Dunia Kedua. Sekarang, untuk setiap 

selera, hobi, kecendrungan perilaku, profesi, idola, telah tersedia lebih dari satu jenis majalah. Majalah 

yang bertiras besar atau bersifat umum pun tetap berusaha memfokuskan diri pada segmen pasar tertentu. 

Sejak tahun 1968 majalah Look mengkhususkan diri pada kalangan atas sehingga iklan yang diterimanya 

pun iklan-iklan produk khas kalangan itu. Berdasarkan data sensus dan informasi lain, majalah seperti ini 

dapat mengolah 40.000 wilayah kode pos untuk menemukan 1068 kawasan yang dihuni kalangan 

berpenghasilan tinggi. Kolom iklannya relatif mahal karena dibatasi hanya 14 persen halaman, 

sedangankan pelanggannya mencapai 6,5 juta orang dan semuanya berpenghasilan tinggi. Lebih dari 230 

majalah umum dan majalah khusus pertanian selalu menyajikan suplemen khsusu regional sehingga 

memungkinkan pengiklan memilih untuk beriklan secara nasional atau untuk kawasan tertentu saja. 

Film dalam pengertiannya yang umum juga kian selektif memilih penonton. Produser film bawah tanah 

atau film seni jelas takkan mengedarkan film itu ke daerah pedesaan. 

Radio yang merupakan media paling universal pun bersikap selektif. Sebagian stasiun radio hanya 

menyiarkan musik rock atau country, kisah tentang etnik tertentu, dan sebagainya. Bahkan radio besar 

seperti ABC memecah diri menjadi empat bagian yang masing-masing menyiarkan program acara yang 

berlainan. Televisi masih menjadi media yang bersifat umum, namun di masa depan kemungkinan ini 

akan berubah. Tanda-tandanya sudah tampak dengan munculnya televisi khusus film hiburan, khusus film 

dokumenter dan sebagainya. 

5. Pudarnya pemilahan antara komunikasi individual dan komunikasi massa. 

Di satu sisi teknologi memungkinkan penggunaan produk komunikasi massa secara individual, atau 

disesuaikan dengan selera individual. Di sisi lain, hal ini menjadikan komunikasi personal sebagai 

komunikasi publik. Mesin faxs dan komputer cenderung menggusur surat-menyurat tradisional. Di 

sebuah kantor, teknologi itu juga memungkinkan sautu pesan tersebar ke semua orang dengan cepat. 

Percakapan telepon tadinya bersifat personal, namun teknologi konferensi jarak jauh menjadikannya 

sebagai instrumen komunikasi publik. 

6. Eksistensi Media Cetak Tradisional 

Media cetak tradisional ternyata tidak akan hilang oleh munculnya teknologi baru. Media cetak itu tetap 

menarik, antara lain karena memunkinkan pembacanya membaca semua halaman secara cepat untuk 

menemukan sesuatu yang menarik. Kadang pembaca tidak tahu apa yang ingin dibacanya, namun ia akan 

menemukannya setelahmembolak-balik korannya. Selama manusia masih punya keingintahuan 

intelektual, kebiasaan itu takkan hilang, dan perlu waktu lama sistem informasi otomatis akan 

menggantikannya. 

Untuk bertahan hidup, media cetak mungkin harus menjalankan sautu fungsi yang tidak dilakukan oleh 

wahana komunikasi lainnya.  Misalnya, media cetak mungkin perlu mengutamakan penilaian, evaluasi 

dan interpretasi. 

Itu berarti koran-koran akan mengalami perubahan besar. Setiap berita yang hendak disampaikan 

mungkin harus diredefinisikan dahulu, bukannya sekadar disampaikan seperti yang dilakukan koran 

tradisional. Di masa depan koran mungkin juga harus mengulas berbagai hal di warga yang semula 

tak diperhatikan. Hanya dengan perbaikan dan penyusaian seperti ini maka koran akan terus bertahan di 

masa depan. 

 

2.4  Dampak Terhadap warga  

Perangkat media komunikasi pada abad-21 akan memicu  dampak  

terhadap warga dalam berbagai cara yang dramatis. Pertama, saluran komunikasi dalam hubungan 

dengan teknik-teknik robotik, kecerdasan artificial, dan teknik otomasi lainnya akan mengubah pola 

lowongan kerja secara dramatis, menurunkan jumlah orang yang bekerja di bidang-bidang tertentu seperti 

pertanian, pertambangan, dan pabrik dan di abad-21, juga sekaligus industri jasa. Perangkat baru komunikasi 

ini juga akan melayani meningkatnya program-program hiburan, kultural dan olahraga bagi semua penduduk 

dunia.  

Sistem komunikasi masa depan akan mempengaruhi dimana kita hidup, bagaimana kita bekerja, apa 

yang kita lihat, jenis individu yang kita hubungi, bagaimana anak-anak kita dididik, bagaimana orang dialtih 

untuk pekerjaan yang baru, dan sebagainya. 

 Kemajuan teknologi membawa serta pula sejumlah dampak negatif yang cukup membuat para 

pengamat untuk merasa kuatir bahwa bila hal itu tidak dicegah atau pun diperkecil, akan memicu  

berbagai akibat yang tidak diinginkan. Identifikasi yang dibuat oleh Parker misalnya, memperlihatkan 

beberapa dampak negatif teknologi media komunikasi yang antara lain adalah : 

(a) Terjadinya monopoli dalam pengelolaan, penyediaan, dan pemanfaatan  

      informasi. 

(b)Tidak meratanya distribusi informasi. 

(c) Kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif  

(d) Terjadinya polusi informasi. 

(e) Terjadinya invasi terhadap privacy 

(f) Timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta. 

Teknologi komunikasi sudah jelas akan mempengaruhi struktur dasar dan proses pengambilan 

keputusan dalam warga, karena hal itu ikut menentukan siapa yang dapat berkomunikasi dengan siapa, 

dan siapa yang dapat memperoleh sesuatu informasi tentang apa. Perkembangan  ini  memungkinkan 

timbulnya monopoli dalam pengelolaan dan penyediaan, serta pemanfaatan teknologi media komunikasi itu 

sendiri. 

 Mengingat  besarnya  modal  yang   dibutuhkan  untuk  pengusahaan    dan  

pemilikan sarana teknologi, maka besar sekali kemungkinan bahwa hanya mereka yang kuat kemampuan 

finansialnya yang dapat bergerak di bidang ini. Andaikata bidang ini dimonopoli oleh kaum swasta yang 

komersial, dapat dipastikan bahwa orientasi operasinya juga tentulah untuk mencari keuntungan yang 

optimal. Konsekuensi daripada orientasi seperti itu, maka isi informasi yang terutama disediakan dan 

ditawarkan tentunya yang melayani kebutuhan atau permintaan kalangan pemakai yang secara komersial 

akan menguntungkan. Di luar itu, baik isi informasi mau pun kalangan pemakai lainnya akan kurang 

mendapat perhatian dan pelayanan, setidak-tidaknya akan menempati urutan prioritas yang lebih belakangan 

dibanding pemakai yang mendatangkan keuntungan tadi. 

 Para pengguna jasa teknologi media komunikasi masih dapat memilih berdasarkan apa yang mereka 

perlukan, namaun harus di ingat bahwa pada dasarnya pilihan yang masih mungkin dilakukan itu adalah 

terbatasa pada apa yang disediakan oleh si pengsaha. Karena itu diperlukan upaya mencegah terjadinya 

monopoli penyediaan dan pengelolaan teknologi media komunikasi ini, agar kemungkinan jelek seperti 

diperkirakan itu tidak terjadi. 

 Faktor biaya memicu kencendrungan bahwa yang akan mengelola teknologi media 

komunikasi adalah terutama mereka yang bermodal kuat. Apabila kencendrungan ini tidak diimbangi dengan 

tindakan langsung oleh pemerintah, misalnya dengan menyediakan sarana teknologi baik perangkat lunak 

baik perangkat kerasnya untuk kepentingan pelayanan warga luas, maka kaum pengusahalah yangakan 

mendominasi bidang ini. 

 Apabila pengusahaan teknologi media komunikasi sepenuhnya ditangani oleh kaun swasta, sudah 

barang tentu pertimbangan utama merekasebagaimana layaknya kaum bisnis adalah mengejar keuntungan 

finansial lebih dulu, baru menyusul pertimbangan lainnya, kalau pun ada. Akibat langsung dari kecendrungan 

ini tentunya, hanya mereka yang kua menanggung ongkos dan harga yang dikenakan oelh si pengusaha yang 

dapat menikmati pelayanan telnologi media komunikasi dimaksud. Ironisnya, justru kaum mampu ini  

justru merupakan kalangan yang telah memiliki sarana komunikasi yang jauh lebih lengkap dibanding 

dengan rata-rata kebanyakan anggota warga. Sedangkan lapisan warga yang tidak mampu 

menanggung bayaran yang dikenakan, hanya akan ebrgantung sepenuhnya kepada pelayanan yang 

disediakan oleh pemerintah. 

 Akibat lanjutannya, mereka yang telah ‘berkecukupan informasi’ akan bertambah melimpah 

informasinya, sedang khalayak lain yang selama inipun telah berada dalam kondisi  ‘kekurangan informasi’ 

akan semakin tertinggal dalam perolehan informasinya. Secara ekstrim, keadaan seperti ini hanya akan 

membentangkan sautu jurang baru : antara golongan kaya informasi dengan lapisan lain yang jumlahnya  

berlipat lebih besar, yang miskin informasi. Pada gilirannya, jarak yang sama akan membentangkan diantara 

negara-negara yang kaya informasi dengan negara yang miskin informasi. 

Erat sekali kaitannya dengan soal pertimbangan komersial yang kemukakan di atas tadi, akan terjadi 

pula kecendrungan untuk hanya menyediakan, memproduksi, dan mendistribusikan isi informasi yang secara 

komersial akan laris. Bentuk utama informasi jensi ini ada hiburan dan iklan. Padahal bila pasar informasi 

hanya dipenuhi oleh pesan-pesan hiburan dan promosi, dengan sendirinya kehidupan warga sehari-hari 

akan penuh dengan jejalan hal-hal semacam itu. 

 Polusi informasi cenderung timbul bila kompetisi yang hebat terjadi dalam merebut perhatian 

khalayak, serta jika ada mekanisme pengendalian yang efektif untuk mencegahnya. Gabor mengemukakan 

bahwa polusi informasi tercermin dari penuhnya media massa dengan penyiaran informasi tentang skandal, 

kekerasan, dan pornografi. Memang lumrah sekali bila kecenderungan komersial teknologi media 

komunikasi akan memicu  persaingan yang tajam dan kasar di antara pengusaha informasi. 

 Dalam keadaan seperti itu, maka aturan yang berlaku secara ekonomi adalah, siapa yang berhasil 

memancing dan memuaskan selera pembeli, dialah yang akan mereguk keuntungan. Yang menjadi masalah, 

justru informasi yang memicu  polusi yang merupakan dagangan yang laris dan cepat menghasilkan laba 

bagi yang menyediakannya. 

 Masalah privacy merupakan sesuatu yang amat penting terutama di negara-negara Barat. Dengan 

berkembannya teknologi media komunikasi, maka pesat pula pertumbuhan berbagai perusahaan 

pengumpulan, pelayanan, dan pendistribusian segala jenis data termasuk yang bersifat pribadi. Dalam 

aktivitas perusahaan informasi ini  kemudian terkumpul berbagai macam data mengenai segala aspek 

kehidupan anggota warga. Data yang dimaksud, bisa saja diperdagangkan tanpa sepengetahuan, apalagi 

persetujuan yang bersangkutan. 

 Keadaan seperti itu dikawatirkan akan membuka peluang bagi terjadinya intervensi ke dalam 

kehidupan pribadi seseorang, yang memicu tidak terjaminnya lagi privacy. Itulah sebabnya timbul 

berbagai reaksi yang menuntut dilindunginya privacy setiap anggota warga dari kemungkinan 

penyalahgunaan informasi yang mungkin timbul dari kemajuan teknologi media komunikasi.  

 Kemampuan sarana teknologi media komunikasi untuk menyimpan, memperbanyak, menampilkan 

kembali informasi apa saja yang berhasil diperoleh, juga memicu  masalah yang berkaitan dengan hak 

cipta. Kemajuan satelit komunikasi misalnya, telah memungkinkan dilampauinya batas-batas wikayah suatu 

negara atau pemerintahan. Perkembangan ini memicu  masalah dalam hal perlindungan . 

2.5 Media Sebagai Agen Sosialisasi 

a. Apa itu Sosialisasi: 

1. Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian menginternisasikan/meghayati 

banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola perilaku dari kebudayaan mereka. 

2. Proses untuk mengalihkan nilai, norma, sikap dan perilaku dalam suatu konteks sosial atau budaya 

tertentu, dari suatu generasi kepada generasi lain. 

3. Proses sosialisasi itu berlangsung interaktif dan resiprokal 

4. Proses sosialisasi itu dimulai sejak seseorang berusia dini, bahkan sampai tua sosialisasi tetap 

berlangsung. 

b. Sifat Sosialisasi 

 

1. Ingat, bahwa pengembangan kehidupan manusia dapat dipandang dari dua sisi, perkembangan 

biologis dan perkembangan berdasarkan perspektif perilaku. Kini kedua pendekatan ini digunakan 

secara berkaitan satu sama lain. 

2. manusia berkembang secara biologis dari bayi, remaja, dewasa samapai tua, perkembangan 

psikologis juga demikian mulai dari psikologi anak-anak sampai psikologis orang tua. Semua 

manusia berubah menurut lingkaran kehidupan, dan pada setiap putaran ada peran, status dan 

tanggung jawab baru. 

c. Sosialisasi dan warga 

1. Sosialisasi meurpakan dasar bagi setiap subsistem dalam sebuah warga yang berjuang untuk 

melanjutkan dan mempertahankan sebuah sistem yang stabil. 

2. Sekurang-kurangnya ada lima unsur penting dalam siosialisasi warga 

a. Bahwa dalam proses sosialisasi terkandung maksud cara-cara bagaimana kebudayaan (kepercayaan, 

tradisi, gaya hidup, bahasa, aturan kehidupan moral, variasi keterampilan) dibagi atau dipertukarkan. 

b. Dari luar (eksternal) individu/kelompok warga dan dibagi/dibawa 

c. Ke dalam (internal) dan menjadikannya sebagai bagian dari penghayatan cara hidup yang 

terogarisasi. 

d. Proses membawa dari eksternal ke internal melalui learning 

e. Melalaui peran sebagai agen 

d. Sifat Media Sebagai Agen Sosialisasi 

1. Sosialisasi-indiviud mempelajari peran dari orang lain, peran orang lain ini  

    ditampilkan melalui media 

2. Peran berhubungan dengan Status 

a. Ada seperangkat status 

b. Kedudukan seseorang dalam struktur warga banyak 

c. Khusus dan berkaitan dengan orang lain 

d. Simbol status 

e. Ascribel 

f. Aschieved 

 Media menampilkan/mensosialisasikan sejumlah informasi , peran yang mengundang atau 

mendorong: 

a. Homogenisasi nilai dan norma/monolitik 

b. Konsumerisme 

c. Nilai, Indah, kekerasan, kekuasaan, dan kesopansantunan 

d. Peniriuan peran 

e. Berkurangnya keakraban  dan keterlibatan, media menampilkan pilihan minat 

f. Jadwal kegiatan hidup 

 

2.6  Media Sebagai Sistem Sosial 

 Apa itu sistem sosial?Sistem sosial merupakan satu karakteristik term dari analisis fungsional (dan 

secara khusus ditonjolkan oleh kelompok Parsonian dengan fungsionalisme struktural). Mereka 

memaksudkan bahwa apa yang disebut sistem sosial ini terdiri dari dua yaitu: 

a. Struktus sosial yang merupakan interelasi dari institusi, syayus dan peran 

b. bagaimana struktur itu berfungsi diistilahkan dengan tindakan sosial dalam interaksi  

    sosial. 

 Kaum Parsonian mengatakan bahwa: sistem sosial meliputi pula: (1) perubahaan sosial (social 

changes); perubahaan pola-pola tindakan serta interaksi, dan (2) stabilitas sosial yang mengacu pada bentuk-

bentuk struktur yang stabil. 

 Kita dapat memahami sistem sosial melalui makna bahwa setiap warga disusun oleh bagian-

bagian hasil diferensiasi dari umur, ras, jenis kelamin, ciri fisik, latar belakang keluarga, kesejahteraan, dan 

tipe kerja. 

 Ada satu pertanyaan: apa yang menjadi dasar relationship di antara bagian-bagian dalam suatu 

warga? Salah satu kunci untuk memahami antarkelompok dalam suatu warga ialah dengan 

mengindetifikasi bagaimana dan sejauh mana dua kelompok atau lebih melakukan shared way of life tentang 

cultural information. Jadi, kuncinya adalah bagaimana dan sejauh mana individu dari dua atau lebih 

kelompok yang berbeda saling membagi pandangan kehidupan mereka dengan cara-cara yang khas menurut 

identitas dan pola budaya kelompok dia. Itulah yang diemban media. 

 Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini selalu terjadi dalam bentuk interaksi sosial yang bersifat 

meminjam uang atau barang dan saling membantu antara keluarga. Dari inteteraksi sosial itulah terbentuk 

proses dasar dan sebuah sistem sosial. Konflik dan kerjasama merupakan dua bentuk yang akan diakibatkan 

oleh kualitas interaksi sosial. Ada dua jawaban kontradiktif (jawaban itu menghasilkan dua model 

warga). (1) order dan (2) conflict. 

1. Order model = functionalism model (perspektif, paradigma) 

a. warga dipandang sebagai sistem sosial-dibentuk oleh berbagai subsistem- 

   membentukkan kesimbangan bagi keseluruhan. 

b. Atribut model ini: kohesi, konsensus, kooperatif, hubungan timbal balik, stabilitas dan  

   daya tahan. 

2.Conflic model=model terbaik dari fungsionalisme. 

 a. warga, ada unsur-unsur pembentuknnya 

b. Dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan dan arah getaran perubahaan sosial 

c. Tidak ada kerjasama, yang ada hanyalah persaingan dan menjurus ke konflik. 

 

  Media membutuhkan informasi dan informasi itu diambil dari institusi sosial di atas tokoh agama, 

pendidikan, ekonomi dan politik) untuk kemudian informasi itu dikembalikan kepada warga yang sama. 

Jadi, media sebagai sistem sosial berperan membentuk sistem sosial baru atau memperkuat sistem sosial yang 

ada. Secara tidak langsung, media menjadi atribut model yang menciptakan kohesi, konsensus, hubungan 

timbal balik, stabilitas dan daya tahan inetrnal media maupun warga pada umunya. 

 Dalam pandangan coflict model (model terbalik dari fungsioalisme), maka media yang memiliki 

unsur-unsur pembentuk ini  juga dapat berperan mempengaruhi terjadinua konflik dalam warga, 

karena pengaruh informasi darinya tentang diri dan  lingkungan. Media dapat berdampak pada terciptanya 

tidak ada kerja sama, yang ada hanyalah persaingan dan menjurus ke konflik. 

f. Media dan Perubahan Sosial  

 Mempelajari ilmu sosiologi tentu tidak akan terlepas dari mempelajari tentang 

Media dan Perubahan Sosial.Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan 

pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk 

mencapai warga yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering 

disingkat menjadi media. 

 Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-

perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Hal 

ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi 

lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan 

dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, 

baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun 

kebudayaan dan perwujudan kebudayaan bersifat statis (tidak mengalami perubahan). 

 Sedangkan pengertian perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi 

akibat ketidaksamaan atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur sosial dan kebudayaan 

yang saling berbeda. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah bentuk perubahan yang 

berlangsung dalam kehidupan warga yang menyangkut perubahan tentang norma 

sosial, interaksi sosial, pola prilaku, organisasi sosial, lembaga kewargaan, lapisan 

warga, susunan kekuasaan, dan wewenang. 

 Rasa ingin tahu manusia terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya sangatlah besar. 

Dari zaman ke zaman dapat terlihat perubahan dalam suatu sistem kebudayaan yang 

pastinya ada  di warga akibat dari rasa ingin tahu manusia yang besar ini . 

Diawali dari rasa ingin tahu itulah, manusia selalu mengeksplor apa yang ada di sekitarnya, 

baik itu yang baik atau bahkan yang buruk, kemudian ingin menyampaikan hasil 

pengeksplorasiannya selama ini kepada orang lain. Bertahap dari komunikasi yang tadinya 

hanya bersifat personal, kemudian dapat berkembang menjadi proses penyampaian pesan 

yang bersifat masal, sehingga informasinya menjadi lebih luas jangkauannya serta dapat 

merubah suatu pola kehidupan warga yang lebih luas lagi. Dan Media massa lah yang 

sangat berperan dalam hal ini. 

 Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu 

respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama : yaitu 

Faktor alam, Teknologi dan Kebudayaan. Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor 

tadi, ataupun kombinasi dua diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan 

sosial. Faktor alam apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali 

menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan 

sosial atau warga tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami 

perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah lambat.  

 Dengan demikian warga jauh lebih cepat berubahnya daripada perubahan 

alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan ini . Tetapi kalau 

faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya 

saja pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan memerlukan pola 

relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam warga modern, faktor 

teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi 

komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan 

sosial itu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III 

TEORI-TEORI MEDIA KOMUNIKASI 

 

 

3.1 Pengertian Teori dan Teori Komunikasi 

Menurut ahli komunikasi, Wilbur Schramm dalam bukunya “Introduction to Mass Communication 

Research” mendefinisikan  teori sebagaai berikut: 

 “Suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan 

daripadanya proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan 

prediksi mengenai perilaku” 

(A set of related statements, at a high level of abstraction, from  which propositions can be 

generated that are testable by scientific measurements and on the basis of which predictions can be made 

about behaviour). 

 

Dari defenisi itu jelas bahwa teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah. Mengenai metode 

ilmiah ini, Alexis S. Than dalam bukunya “Mass Communication Theories and Research (1981) 

mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah metode penyelidikan atau metode 

pemapanan kebenaran yang menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 

a. Objektivitas (objectivity) 

     Metode ilmiah mencari fakta dengan menganalis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu  

dunia di luar si  ilmuwan  yang   meneliti.  Fakta  dipilih bukan karena  mendukung  keinginan si ilmuwan, 

tetapi  karena dapat diuji secara 

berulang-ulang oleh peneliti lain. 

 Objektivitas dapat dicapai paling tidak dengan dua cara: 

a. empiris (empires) 

b. logika formal (formal logic) 

Empirisme  mensyarakatkan  suatu  kepercayaan  atau proposisi harus diuji dalam dunia nyata yaitu 

dunia yang dapat diindera (dilihat, dirasakan, diraba) atau dapat dialami. 

 Logika formal  mengkaji   kondisi-kondisi di   mana   kepercayaan  atau 

proposisi perlu mengikutinya dan karenanya dapat ditarik kesimpulan dan proposisi-proposisi lainnya. 

b.   Berorientasikan masalah (problem oriented) 

Metode ilmiah akan dapat dimulai hanya kalau seorang peneliti mengakui adanya masalah, baik 

yang praktis  maupun yang teoritis, yang memerlukan keputusan. Masalah seringkali dirumuskan dalam 

bentuk pertanyaan “mengapa….?” Ini dapat timbul dari rasa penasaran yang sederhana saja, atau dari hasrat 

peneliti untuk menemukan keteraturan di antara fakta atau pengamatan, sedemikian rupa, sehingga dapat 

mengerti lingkungannya lebih baik. Menemukan pemecahan mengenai suatu masalah merupakan sautu 

metode ilmiah yang penting. 

c.   Dipandu hipotesis (hypothesis guided) 

Metode ilmiah dipandu oleh hipotesis. Sebuah hipotesis adalah keterangan atau keputusan yang 

diajukan kepada masalah untuk memulai penelitian, hipotesis biasanya diformulasikan dalam ungkapan atau 

pernyataan: jika …………….maka…..”, yang menyarankan hubungan antara fakta dengan pengamatan. 

Apabila sautu pengamatan atau observasi terbukti benar, maka pengamatan selanjutnya juga mesti benar. 

Ciri hipotesis yang baik adalah: 

1) Relational (terpaut) 

      Hipotesis  menunjukkan  keterpautan  antara   kondisi dengan observasi. Keterpautan 

      ini  menyajikan  jawaban  atau   keterangan  bagi  masalah    yang  sedang  diselidiki,  

      seringkali dinyatakan  dalam  bentuk   kausal   (jika   begini,  maka  menjadi  begitu).  

      Penyebab (cause) kita sebut variable bebas, sedangkan akibat (effect)  yang  biasanya      

      observasi  yang  kita coba untuk menerangkannya, sebagai variable terikat: 

2.) Berdasarkan pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge) 

      Suatu   hipotesis  lebih daripada sekadar perkiraaan atau dugaan. Ia berdasarkan   

      pengetahuan   terdahulu   mengenai   masalah  yang  dikaji,   pada suatu penyaringan   

      dan  pemilihan   fakta-fakta   yang   menyangkut    masalah. Pemecahan   ditawarkan   

      sebelum   penelitian     dimulai.  Ini   penting   karena   dua    alasan:    pertama,    ia  

      mempersempit  lingkup  masalah  dengan  menetapkannya   apa  yang   akan  dicoba   

      untuk  mengujinya: kedua,   ia  memberikan  jaminan  objektivitas. 

3.) Verifikasi objektif (objective verification) 

      Seorang  peneliti  harus   mampu   menguji   hipotesis   secara   objektif.    Pengujian 

      secara   objektif   dapat   dilaksanakan  melalui   pengukuran   dan  observasi  secara  

     empirik langsung  dalam  dunia  nyata.  Agar hipotesis dapat diuji  secara objektif,  

     kita  harus   menetapkan   variable  -  variabelnya  secara   konsepsional   dan   secara  

     operasional. 

      Definisi konsepsional adalah yang biasa mengacu   kepada    definisi-definisi   dalam  

      makna  sebagaimana tercantum  dalam   kamus  (Dictionary definition). 

      Sebagai   contoh   definisi   konsepsional    untuk    kekejaman   pada   acara  televisi        

      (television   violence) dapat   dirumuskan sebagai  suatu  tindakan   yang    dilakukan 

      oleh  seorang  pemeran terhadap pemeran lain, dimana pemeran itu  dianiaya   secara  

      fisik dan dibunuh.  

      Definisi operasional  menerangkan  secara rinci bagaimana  variable itu akan  diukur     

      atau  diobservasi.  Definisi   operasional   mengenai    kekejaman   pada  televisi  tadi    

      dapat merupakan  sejumlah  tindakan  setiap   30   menit  di mana  seorang   pameran   

      secara fisik dianiaya atau  dibunuh oleh pemeran lain. 

4)  Berorintasikan teori (Theory oriented) 

Seperti telah diterangkan  tadi,  tujuan   jangka   pendek   metode   ilmiah  adalah 

untuk menemukan fakta-fakta secara objektif yang dapat memecahkan sautu masalah; sedangkan tujuan 

jangka panjang adalah  merumuskan teori. 

Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang kali mengait (hipotesis yang diuji berulangkali) 

mengenai aspek-aspek suatu realitas. (Theory is a set of interrelated law or general principles (hypotheses 

that have been repeatedly verified) about some aspect of reality). 

Fungsi teori adalah menerangkan, meramalkan/memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-

fakta secara sistematis. 

Seorang awam yang menggunakan “penginderaan umum (commonsense)  merasa puas akan pandangan 

terpilah-pilah dari suatu realita. Ia akan mencari informasi dari sana sisni yang dianggapnya berguna tanpa 

berupaya menarik hubungan yang logis dan empiris di antara fakta-fakta. Tetapi seorang ilmuwan menaruh 

minat bukan kepada informasi yang dipilah-pilah, melainkan kepada gambaran menyeluruh dari fakta-fakta 

dihadapinya. Timbul pertanyaan kepada dirinya sendiri. Timbul pertanyaan itu terpaut satu sama lain?” 

Bagaimana pengaruh perubahan sautu fakta terhadap fakta lain?” 

5) Korektif mandiri (self-corrective) 

     Ilmu   menempatkan   nilai-nilai pada   keraguan,  pada   pertanyaan  mengenai  asas-    

     asas dan dalil-dalil yang   berlaku. Oleh    karena    asas-asas   dibina   hanya   melalui    

     pengujian   secara   berulang,    maka     banyak      asas     yang    harus   dimodifikasi    

     sebagai     fakta    baru.    Sebagai   hasilnya,   para   ilmuwan   beranggapan     bahwa   

     teori  itu  dinamis  dan  berada   dalam  perubahan yang  bersinambungan bahwa teori  

     itu dinamis dan berada dalam perubahan yang  berkesinambungan secara tetap. Tidak  

    ada dalil yang final atau bebas dari  pertanyaan. 

     Sifat   korektif   mandiri   dari   ilmu   memicu   perlunya   bagi  ilmuwan  untuk     

     memberikan   keleluasan   kepada   ilmuwan   lain dalam  bidang   yang   sama  untuk 

     menelitinya secara  mendalam.  Hal ini bukan saja untuk menyebarkan   pengetahuan  

     baru     yang   menjadi   landasan   bagi      penyelidikan   lain,   tetapi     juga     untuk    

     memungkinkan  penggunaan  prosedur  yang sama dalam  situasi  yang   berbeda.   

     Dalam  hal  ini  nilai  tertentu  terletak  pada publikasi atau diseminasi metode, tujuan  

     dan hasil penelitian ilmiah. 

 

3.2 Teoritis Komunikasi 

Untuk memahami ilmu komunikasi yang dewasa ini sudah menginjak era komunikasi interaktif  

(interactive communication) berkat kemajuan teknologi yang semakin lama semakin canggih itu, kita perlu 

mengetahui sedikit banyak hal-hal, pemikiran-pemikiran atau disiplin-disiplin ilmu lain yang 

mempengaruhinya. 

Manakalah kita melakukan pelacakan, tampak bahwa walaupun ilmu komunikasi berkembang 

dengan pesat di Amerika Serikat, ternyata akarnya buka hanya di benua itu, tetapi juga ada  di benua 

Eropa. 

Everett M. Rogers menyebutkan bahwa sejak 1800 sudah tampak pengaruh pemikiran para pakar 

ilmu social di Universitas-universitas di Eropa terhjadap ilmu komunikasi. Antara lain dapat disebut Max 

Weber seorang cendikiawan birokrasi kenamaan dari Jerman, August Comte, bapak Sosiologi, dan Emile 

Durkeim pelopor penggunaan metode penelitian secara empirik, yang kedua-duanya dari Perancis, dan 

Herbert Spencer yang dikenal sebagai Darwinisme social. Dapat ditambahkan dua orang yang langsung  

mempengaruhi ilmu komunikasi gaya Amerika, yakni Gabriel Tarde dari Perancis dan George Simmel dari 

Jerman. 

Tarde mendasarkan   observasi    sosiologinya    pada   perilaku    manusia, menampilkan teori 

imitasi, yakni bagaimana seseorang dipengaruhi oleh perilaku orang lain yang berinteraksi sehari-hari.  

Simmel pada tahun 1922 dalam bukunya “The Web of Group-Affiliations” memperkenalkan teori 

jaringan komunikasi (the theory of communication network) yang meliputi orang-orang berinterkoneksi yang 

dihubungi pemahaman perubahaan perilaku manusia adalah kepada siapa seseorang terhubungkan dengan 

tali komunikasi. 

 

3.3 Teori-teori Media Komunikasi 

Teori-teori komunikasi berlangsung secara sinambung, dalam arti kata suatu teori yang digunakan 

sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitan atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu 

fenomena, bisa merupakan teori lama yang ditampikan seorang ahli satu decade atau dua dekade sebelumnya, 

bahkan lebih lama daripada itu. 

Berikut ini adalah teori-teori yang umumnya berkaitan dengan media-media komunikasi yang sejak tahun 

1950-an semakain canggih, sehingga dampaknya pun semakin kuat dan luas. 

1. Teori Perbedaan-Perbedaan Individu 

 Para ahli psikologi menaruh perhatian yang besar terhadap proses belajar, karena, ada  

kecendrungan baru dalam pembentukan watak melalui proses belajar sebagai pelengkap untuk merumuskan 

teori-teori belajar. Dalam rangka kegiatan ilmiah ini para ahli menekankan betapa eratnya hubungan antara 

kegiatan belajar dengan motivasi. Suatu studi laboratorium yang bersifat eksprimen berhasil meyakinkan 

para ahli psikologi bahwa beberapa tingkat motivasi dapat ditumbuhkan melalui proses belajar, serta 

kenyataan bahwa tidak setiap individu dapat memperoleh motivasi berdasarkan rangsangan yang sama. Dari 

hasil studi ini timbul pengakuan adanya motivasi individu serta perbedaan-perbedaan pengalaman 

berdasarkan hasil belajar. Dengan demikian setiap individu memiliki kepribadian masing-masing yang akan 

mempengaruhi juga perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan itu terjadi disebabkan karena 

perbedaan lingkungan, yang menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari 

lingkungannya akan terbentuk sikap, nilai-nilai dan kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka. Anak 

kembar sekalipun yang secara biologis yang mempunyai persamaan-persamaan, akan dapat berbeda 

kepribadiannya jika dibesarkan dalam lingkungan sosial yang berbeda. Setiap orang dengan sendirinya 

memiliki persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya. 

 Berdasarkan teori-teori psikologis sebagai latar belakang, para ahli komunikasi harus mengubah 

pikirannya tentang pengaruh media. Sekarang menjadi jelas bahwa audiens dari suatu medium komunikasi 

bukanlah suatu kelompok monolitis yang anggota-anggotanya senantiasa mempunyai tanggapan yang sama 

terhadap isi medium. Prinsip-prinsip mengenai atensi selektif serta persepsi selektif berdasarkan pada 

perbedaan-perbedaan kepribadian individu. Setiap orang akan menanggapi isi media berdasarkan 

kepentingan mereka, disesuaikan dengan kepercayaannya serta nilai-nilai sosial mereka. 

 Atas dasar pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya maupun nilai-

nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda. Oleh sebab 

itu pengakuan terhadap perbedaan individu dalam menanggapi komunikasi diwujudkan dalam, “Teori 

perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh komunikasi massa.” 

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh media terhadap individu akan berbeda, satu 

sama lain disebabkan adanya perbedaan psikologis di antara individu. 

 

2. Teori Kategori Sosial 

 Teori  ini  beranggapan  bahwa ada  kategori sosial yang luas dalam  

warga   kota   industri  yang  kurang  lebih  memiliki perilaku sama terhadap  

ransangan-ransangan tertentu. Kategori sosial ini  pada usia, seks, tingkat penghasilan, tingkat 

pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota), ataupun agama. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa 

dapat digambarkan bahwa majalah mode jarang dibeli oleh pria, sedang majalah olahraga jarang dibaca oleh 

wanita. Variable-variabel seks,   umur,   pendidikan   tampaknya   turut   serta   menentukan  selektivitas 

seseorang  

terhadap media yang ada. 

 Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologi yang berhubungan dengan 

kemajemukan warga modern, dimana dinyatakan bahwa warga yang memiliki sifat-sifat tertentu 

yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam 

orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. 

warga yang memiliki orientasi sama, lebih kurang akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan 

menanggapi isi komunikasi ini  dengan cara yang sama. 

 Perbedaaan pokok antara teori perbedaan-perbedaan individu dengan teori kategori sosial adalah 

pada latar belakang dasar ilmu yang mendukungnya serta pada obyeknya. Teori perbedaan-perbedaan 

individu berdasarkan pada  pengembangan teori psikologi umum, sedang teori kategori sosial berdasarkan 

pada teori sosiologi umum. Sedang obyek dari teori perbedaan-perbedaan individu terbatas pada individu, 

dan obyek dari teori kategori sosial adalah pada kelompok yang memiliki persamaan status sosial tertentu. 

 Pada tahun 1948 Harold D. Laswell merumuskan penggabungan teori-teori sosial serta variable 

yang erat hubungannya, ketika ia menyatakan bahwa. “Suatu cara yang paling tepat untuk menggambarkan 

kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 

- Siapa 

- Mengatakan apa 

- Dengan saluran yang mana 

- Kepada siapa 

- Dengan pengaruh bagaimana? 

Teori   ini   tetap kontemporer   dan  senantiasa dimanfaatkan dalam penelitian komunikasi massa, 

hanya beberapa variabel dimodifikasikan di antarannya rangsangan media dan tanggapan audiens. 

 

3. Teori Hubungan Sosial 

 Teori ini diketengahkan juga oleh Melvin DeFleur ini menunjukan bahwa hubungan sosial secara 

informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikai massa. Teori 

ini menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi melalui media, orang lebih banyak 

memperoleh pesan itu melalui hubungan atau kontak dengan orang lain daripada menerima langsung dengan 

media massa. Hubungan sosial yang informal merupakan salah satu variabel yang turut menentukan besarnya 

pengaruh media. 

 Dalam kenyataannya terbukti bahwa orang-orang yang langsung menerima informasi dari media 

terbatas sekali. Mereka, inilah yang merumuskan informasi dari media ini  pada orang lain melalui 

saluran komunikasi informal. Berdasarkan pada hasil penelitian, maka arus informasi akan melalui dua tahap.  

Pertama, informasi bergerak dari media kepada individu-individu yang relatif “Well informed”, 

mereka pada umumnya memperoleh informasi langsung. 

Kedua, informasi ini  kemudian bergerak melalui saluran komunikasi antar pribadi kepada 

individu-individu yang kurang memiliki hubungan langsung dengan media dan ketergantungan mereka akan 

informasi pada orang lain besar sekali. Proses komunikasi yang demikian ini dinamakan komunikasi dua 

tahap (two step-flow communication).  

 Individu-individu yang lebih banyak memiliki hubungan dengan media ini  “pemuka 

pendapat”, karena ternyata mereka memainkan peranan yang besar sekali dalam meneruskan dan 

menafsirkan informasi yang mereka terima. Cara penafsiran informasi yang kemudian berkembang menjadi 

“pengaruh pribadi” merupakan salah satu mekanisme penunjang yang penting, yang berada di antara pesan-

pesan komunikasi dengan jensi tanggapan yang diberikan terhadap pesan-pesan ini . 

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori hubungan sosial mencoba menekankan pentingya 

variabel hubungan antar pribadi sebagai sumber informasi sebagai pengaruh media komunikasi. 

4. Teori Norma-norma Budaya 

 Teori ini melihat cara-cara mass media mempengaruhi sebagai suatu produk biaya. Pada hakikatnya, 

teori norma-norma budaya menganggap bahwa media massa melalui pesan-pesan yang disampaikan secara 

tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma budayanya. 

 Perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang disesuaikan dengan situasi 

yang dihadapi, dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu 

ini . 

 Paling sedikit ada tiga cara untuk mempengaruhi norma-norma budaya yang dapat ditempuh oleh 

media massa.  

Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku dan 

membimbing warga untuk mempercayai bahwa pola-pola ini  msaih tetap berlaku dan dipatuhi oleh 

warga.  

Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola 

budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. 

Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku dan dengan cara demikian 

mengubah perilaku individu-individu dalam warga. 

 Mengenai besarnya pengaruh media massa  terhadap norma-norma budaya  

memang  masih  harus  lebih  banyak  dibuktikan lewat penelitian-penelitian yang  

intensif. 

 Menurut Lazarfeld dan Merton dalam Wright media sebenarnya hanya berpengaruh dalam 

memperkokoh norma-norma budaya yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara 

konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya warga seperti selera dan nilai-

nilai, daripada memimpin mereka untuk membentuk norma-norma yang baru. Lazarfeld dan Merton 

mengatakan bahwa media memperkuat status quo belaka daripada menciptakan norma-norma baru yang 

berarti. 

 Dalam keadaan tertentu media massa, maupun untuk menumbuhkan norma-norma budaya baru. 

Idealnya kebiasaan membaca yang berkembang dengan cepat akibat penyebaran suratkabar, minat untuk 

menikmati siaran radio bertambah besar dengan adanya televisi juga yang membawa norma-norma baru 

mengenai perilaku komunikasi massa. Media massa secara bersama-sama memberikan suasana baru bagi 

interaksi serta memanfaatkannya sebagai sarana rekreasi di rumah. 

 Persoalan yang menyangkut masalah apakah media dapat mengubah perilaku warga yang telah 

mapan, masih merupakan persoalan yang rumit, Misalnya kampanye larangan merokok yang dilakukan  

lewat media massa oleh organisasi antikanker di Amerika Serikat yang bertujuan agar warga 

mengurangi rokok terbukti secara perlahan-lahan memberikan pengaruh yang positif. Untuk pertama kalinya 

dalam sejarah terjadi pengurangan konsumsi rokok di kalangan penduduk Amerika Serikat (1968), hal mana 

belum pernah terjadi sebelum diadakannya kampanye. 

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa dapat memperkuat norma-norma budaya 

dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Selain itu media massa dapat mengaktifkan 

perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaiakan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak 

bertentangan dengan struktur norma-norma budaya yang berlaku, media massa bahkan dapat menumbuhkan 

norma-norma budaya baru dalam perilaku selama norma ini  tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan 

sosial budaya. 

 Secara keseluruhan, teori norma-norma budaya kemudian masih harus di kaji lebih lanjut karena 

sifatnya yang controversial. Hal ini merupakan tantangan untuk para ahli komunikasi serta ahli-ahli sosial 

yang lain untuk menemukan factor-faktor, pembatasan-pembatasan, serta prasyarat-prasayrat apa yang 

memungkinkan media, mempengaruh norma budaya. Jika hal ini menjadi bertambaha jelas, maka perdebatan 

mengenai teori norma-norma budaya niscaya dapat diredakan.   

 

5. Uses and Gratifications Model (model Kegunaan dan Kepuasaan) 

 Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini 

menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. 

 Pendekatan uses and gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam 

suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi 

tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi 

komunikasi masa sebagai persuasi. Dia menununjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai 

waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa 

penelitiannya diarahkan kepad jawaban terhadap pernyataan Apa yang dilakukan media untuk khalayak 

(what do the media do to people?) Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bawha komunikasi massa 

berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi; oleh karena itu para peneliti berbelok ke variable-

variabel yang memicu  lebih banyak efek, misalnya efek kelompok. 

 Model Uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah 

bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan 

pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pad khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media 

untuk mencapai tujuan khusus. 

 Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-

an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. 

Penelitian yang sistimatik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada delade 

1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris. Filandia, Swedia, Jepang dan negara-

negara lain. 

 Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan (need hierarchy) yang 

ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954). Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar. 

a) Physiological needs (kebutuhan fisiologis) 

b) Safety needs (kebutuhan keamanan) 

c) Love needs (kebutuhan cinta) 

d) Esteem needs (kebutuhan penghargaan) 

e) Self-actualization needs (kebutuhan aktulisasi diri) 

Sehubungan  dengan hirarki ini , kebutuhan   yang menarik perhatian para peneliti uses and 

gratifications adalah kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. 

 

6. Libertian theory (teori liberal) 

 Bagi kehidupan pers abad ke 18 merupakan abad yang penting dalam hubungannya dengan paham 

liberalis itu. Pada abad ini  ada  dua hal penting, yakni pertama, perihal fitnah yang yang mengadung 

hasutan; dan kedua, perihal hak pers untuk memberitakan kebijaksanaan pemerintah. 

 Perjuangan untuk mengakui prinsip-prinsip liberal yang mempengaruhi pers itu, mencapai 

puncaknya dengan diformulasikan dan terimanya Bill of Rights yang mencakup peraturan-peraturan yang 

menetapkan kebebasan pers, meski tidak tegas sehingga memicu  berbagai interpretasi. Dari sejumlah 

butir yang tercakup oleh Bill of Rights itu, hanya satu butir yang tampaknya diterima tanpa interpretasi, yakni 

bahwa kebebasan pers tidak mutlak, melainkan dapat dikenakan pembatasan yang bagaimana yang dapat 

dikenakan pembatasan; tetapi pembatasan yang bagaimana yang dapat dikenakan kepada pers, dalam 

liberalisme menjadi permasalahan: 

 Fungsi pers menurut teori liberal dapat dirumuskan sebagai berikut: 

1. Mengabdi  kepada  system  politik dengan menyajikan  informasi,  diskusi, dan  

    debat mengenai peristiwa umum. 

2. Menyebarkan   penerangan   kepada   khalayak  agar  mampu  berpemerintahan  

    sendiri. 

3. Mengawal  hak-hak asasi pribadi dengan mengabdi kepadanya sebagai penjaga  

    dalam menghadapi pemerintah. 

4. Mengabdi kepada system ekonomi, terutama dengan jalan mempersatukan para  

    pembeli dan penjual barang dan jasa melalui media periklanan. 

5. Menyajikan hiburan 

6. Mengusahakan dana bagi kebutuhan senduri sehingga bebas dari tekanan pihak   

    yang berkepentingan. 

Teori    liberal     menitikberatkan    superioritasnya    pada   prinsip     kekebasan  

perorangan, penilaian dan aksioma bahwa kebenaran, jika diberi kebebasan, akan muncul sebagai pemenang 

dalam setiap perjuangan, slogannya adalah proses tegakkan diri (selfrigting process) dan wahana pertukaran 

gagasan (market place of ideas). Ia telah menjadi bagian integral dari jajaran demokrasi yang telah 

menghasilkan kemajuan yang menakjubkan bagi kesejahteraan umum manusia. 

 Itu menurut paham liberalisme. Kenyataan  menunjukkan bahwa sejak dekade 1970-an teori ini 

menjadi sasaran para peneliti. Rasionalisme telah diserang. Khusus oleh para ahli ilmu jiwa ; teori hak-hak 

alamiah dikritik sebagai slogan persuasif semata-mata tanpa dasar politik dan sosial ; dan hak perorangan 

dituding sebagai ancaman terhadap kesejahteraan mayoritas warga.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV 

MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL 

 

4. Media Tradisional 

Media tradisional berupa berbagai macam seni pertunjukan, yang secara tradisional dipentaskan di 

depan khalayak terutama sebagai sarana hiburan memiliki sifat komunikatif dan ternyata mudah dipakai 

sebagai media komunikasi  yang efektif. 

 Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. Dalam pengertian yang lebih sempit, media ini 

sering disebut sebagai kesenian rakyat. Dalam hubungan ini menurut Coseteng dan Nemenzo 

mendefinisikan media tradisional sebagai “bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau 

diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau untuk mereka 

dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik. 

 Sejalan dengan defenisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian rakyat, tarian rakyat, 

musik instrumental rakyat, pidato rakyat yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra, visual, 

ataupun pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi. 

 Di negara kita , media tradisional yang masih memikat cukup banyak orang ialah pertunjukkan rakyat. 

Pertunjukkan rakyat ini adalah aktivitas kesenian rakyat yang bersifat hiburan. Ia menggunakan gerak dan 

suara sebagai sumber ekspresinya dan dipertunjukkan kepada khalayak penonton. 

 Sifat kerakyatan bentuk kesenian ini menunjukkan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang 

hidup di lingkungannya. Pertunjukan-pertunjukan semacam ini biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah 

dipa